💚-Part 51

655 18 2
                                    

Waspada typo🚨


Vote dulu guys please dengan vote kalian sangat mendukung aku untuk terus lanjutin cerita ini.



Siang ini aku dan Brandon sedang berada di sebuah mall, kami sedang membeli perlengkapan bayi. Siang ini terasa sangat panas aku ingin sekali memakan yang segar-segar, sepertu rujak buah misalnya. Ya walaupun kandungan ku sudah menginjak 9 bulan. Hasil USG kemarin katanya anakku laki-laki jadi kami baru belanja sekarang.

"Ih baju nya lucu banget, kita beli ya" ucapku pada Brandon.

"Iya ambil aja, oh ya kita perlu beli box bayi gak?" tanyanya.

"Perlu lah buat tempat tidurnya, ayo kita cari" ajakku. Lalu kami mencaru box bayi untuk si kecil ini nanti.

"Ini bagus yang" ucapku sambil menunjukkan box bayi berwarna merah dan hitam.

"Iya ini warna nya laki banget, serius mau ambil yang ini?" Brandon memastikan, karena aku orang nya plin-plan jadi harus benar-benar pasti.

"Iya" balasku.

"Ya udah kita bayar dulu ya" kami berdua berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaan kami.

"Yang siang-siang gini enaknya makan rujak buah ya, kita beli dulu ya" ucapku.

"Iya nanti kita cari ya" ucapnya sambil mengacak rambutku.

"Tuhkan kusut" aku memajukan sedikit bibirku. Brandon hanya tersenyum. Setelah mencari-cari penjual rujak buah akhirnya kita menemukan penjual itu. Aku langsung memesan rujak buah itu.

"Yang cobain deh enak tau" ucapku sambil menyuapkan rujak ini pada mulut Brandon, ia pun menerima suapan itu.

"Iya enak" ucapnya sambil mengunyah rujak itu. Aku masih fokus memakan rujak ini.

"Udaj belum, kalo udah langsung pulang ya udah sore" ucap Brandon.

"Udah nih, yuk pulang" ajakku. Kami langsung pulang karena sudah sore dan kami juga sudah lelah.

"Sesampainya di rumah aku melihat Dian sedang melamun di teras rumah, aku menghmpirinya.

"Kenapa Yan?" tanyaku pada Dian. Dia menoleh ke arahku lalu menjawab pertanyaanku.

"Nggak. Gue pengen nikah, tapi Adriana masih ragu" ucapnya dengan raut wajah yang sendu.

"Cari cewek lain aja, dari dulu belum siap mulu" ujarku.

"Tapi gue cinta banget sama dia" ucapnya lirih.

"Ya udah lo yakinin dia kalo lo itu mampu menghidupi dia, mampu buat ngebahagiain dia, apa kurangnya elo coba? Lo udah kerja sebagai direktur utama, apalagi sih yang dia ragu in?" ucapku sedikit kesal.

"Itu dia, gue juga bingung" Dian mengacak rambutnya frustasi.

"Sabar ya, kalo emang Adriana jodoh lo kalian pasti bersatu kok, semangat. Gue masuk duluan ya, jangan ngelamhn terus" ucapku lalu beranjak masuk.

"Iya makasih ya" sahutD Dian.

Aku memasuki kamarku namun Brandon tidak ada, mungkin dia sedang mandi. Aku membaringkan tubuhku sejenak. Tidak terasa si kecil ini akan lahir ke dunia, aku tak sabar melihat si kecil ini hadir di dekatku dan Brandon.

"Malam ini mau makan apa?" tanyaku pada Brandon yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Apa aja yang penting enak" sahutnya.

"Ya udah aku mau mandi dulu" aku beranjak ke kamar mandi. Setelah selesai aku langsung menuju dapur untuk memasak. Aku memasak sup ayam kesukaan Brandon.

"Aku bantuin ya" sahut Brandon yang tiba-tiba datang.

"Gak usah, masak gini doang kok di bantuin" ujarku.

"Ya udah" Brandon memelukku dari belakang, ah rasanya sangat geli.

"Geli Brandon!!" ucapku menggeliat.

"Makanya aku bantuin ya" ucapnya.

"Iya deh kamu kupas bawang merah terus iris tipis ya" ucapku. Saat Brandon mengupasnya, aku melihat matanya memerah dan air mata yang ada di pelupuk nya akan jatuh. Aku tertawa kecil melihat itu.

"Kamu nangis yang" tanyaku jahil.

"Ah ini mataku perih" ucapnya lalu mengusap matanya dengan tangan bekas memegang bawang, alhasil matanya tambah perih dan merah. Aku ingin tertawa namun tak tega melihatnya.

"Akhhh perih banget" Brandon terus mengusap matanya.

"Jangan di kucek, tangan kamu bekas megang bawang jadi tambah perih, cuci tangan dulu" ucapku lalu menangtarnya ke wastafel untuk cuci tangan.

"Ada apa sih rame banget" sahut Dian.

"Tuh si Brandon matanya perih karena ngupas bawang" ucapku. Dian tertawa renyah melihat muka Brandon sepertu orang habis menangis.

"Lo nangis Don" ucap Dian di sela tawanya.

"Enak aja" sergah Brandon.

"Udah sana deh ganggu aja, mau makan 'kan?" tanyaku, mereka mengangguj lalu pergi ke ruang tv untuk main game katanya.

Setelah beberapa lama aku memasak akhirnya masakan ku telah selesai, aku mentiapkan makanannya lalu memanggil semua orang untuk makan. Semuanya telah berkumpul di meja makan, mereka masih fokus makan.

"Perkiraan kapan kamu melahirkan?" tanya papa yang baru saja selesai makan.

"Kata dokter sih minggu deoan harus udab persiapan Pa" jawabku.

"Berarti tinggal Dian aja yang belum punya pasangan" paa meledek Dian, Dian hanya memutar bola matanya malas.

"Tau nih Dian lama banget jomblo nya" timpal Brandon.

"Bentar lagi nikah kok pah" ucap Dian.

"Ya udah cepetan dong, biar tambah rame" ucap papa.

Aku senang melihat paa sebahagia ini walaupun tanpa pendamping hidupnya. Rasanya aku kangen mama, tapi aku tidak tahu mama ada di mana. Dan sampai sekarang aku tak pernah mengetahui penyebab mama dan papa bercerai. Aku ingin menanyakannya tapi aku takut papa tersinggung atas pertanyaaku nanti. Biar waktu yang menjawab saja semua rasa Penasaran ini.









••••••••••♪••••••••••

Halo guys! Semoga kalian suka ya sama cerita nya, guys jadi cerita ini mau aku tamatin dan bikin cerita tentang anak mereka gitu, kalo kalian setuju komen ya di bawah. Maaf ya guys kalo ada yang typo, jangan lupa vote, comment, dan follow akun author ya.

Terimakasih:)

Hati Yang Terluka [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang