Sabita melamun dalam perjalanannya menuju kelas, duh tidak peduli lagi dengan para murid yang menatapnya bak melihat orang tidak waras yang tersesat sampai ke sekolah ini.
Bagaimana tidak? Wajahnya ditekuk begitu, tatapannya kosong, rambutnya yang menutupi setengah muka, ditambah lagi badannya yang lemas sehingga ia jadi terlihat bungkuk. Hei, kemana Sabita yang ceria?
Sampai ketika ia masuk kelas pun, dirinya hanya berdiam diri di kursi. Padahal tadi dia sudah melihat Lintang yang sedang dikerumuni oleh teman - temannya yang lain. Ya, perihal minta maaf jadikan urusan nanti saja, Sabita masih terlalu kaget.
"Kalo misalnya dia cuma temen kamu, kenapa harus peluk - peluk segala?"
Sabita menggelengkan kepalanya kuat - kuat, berusaha menepis wajah Jingga yang menatapnya dengan nanar kala itu. Ia berdecak, "Pusing banget kepala ini, Ya Tuhan."
Setelah beberapa kali mencuri kesempatan untuk melihat apa yang sedang dilakukan Lintang, sepertinya kali ini Sabita terciduk, mata mereka menangkap satu sama lain. Ah— tapi jenis apa tatapan Lintang itu? Kecewa?
Kapan sih mereka yang ada di sekeliling Lintang pergi sebentar saja, setidaknya beri waktu Sabita lima menit saja untuk berbincang sejenak dengan kawannya itu.
Pikiran Sabita menggerutu tak henti - hentinya, apalagi saat dia melihat dua perempuan yang haus perhatian. Siapa lagi kalau bukan Lopika dan Gadis yang menghujam Lintang dengan ribuan pertanyaan sambil menikmati permen susu kesukaan mereka.
Gemas sekali rasanya, Sabita ingin menarik rambut Lopika dengan kuat. Kalau Gadis? Ah, dia tidak punya banyak masalah dengan perempuan itu.
Eh tapi coba lihat, Lintang berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Tidak memedulikan teman - temannya yang masih sibuk menggali fakta. Lintang sendiri telah memberi kode melalui isyarat mata kepada Sabita agar ikut dirinya keluar dari ruangan belajar saat ia sedang menarik kenop pintu.
Huh, jangan lupakan kondisi Sabita yang baru menyentuh kursi kesayangannya, terpaksa dia harus bangkit lagi. Kerjaannya di sekolah cuma keluar masuk kelas, apa itu belajar?
_____
"Mau ngomong apa? Gua peka kok dari tadi lo ngeliatin gue terus."
"Idih?"
"Maksud gua bukan ngeliatin takjub,
cuma yaa— ya gitu gimana sih!""Gimana?"
"Lupain, lo mau minta maaf ya?" Lintang mengulum bibirnya. "Atas perbuatan Jingga ke gue, iya apa ngga?"
"Iya."
"Bukan salah lo."
"Iya, salah Jingga makanya aku minta maaf."
"Bukan salah Jingga juga, lo gimana sih jadi pacar bukannya belain, bodoh."
"Ya ga gitu juga, cewek mana yang coba yang ga kaget pas pacarnya nyekik orang gitu. Mana tadi rame banget, untung ngga ada guru dan ga ada murid yang bocor juga." Sabita berceloteh panjang lebar, kini pandangannya menangkap satu luka di bibir Lintang, loh, robek?
"Abis baku hantam tadi."
"Jingga kan nyekik, kamu juga ga bales tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertemu Fana
Teen FictionTentang sebuah rasa egois, khawatir, serta ketakutan yang menyatu dan menjatuhi satu hati yang dulunya pernah tersakiti. Perpaduan rasa yang berhasil membuat insan memetik keputusan tunggal yang salah, dan suntingan ini hanya untuk mengirimkan lauta...