Tanpa Alasan

208 39 6
                                    

Dara dan Kaela sibuk memasang wajah jelek guna menghibur Sabita yang sedari tadi murung, bahkan perubahan sikap dari Sabita ini menarik perhatian Gananda untuk mendekatinya— tentunya untuk meledeki, bukan mendekati dalam artian lain.

Sejujurnya Sabita ingin tertawa karena upaya sahabatnya yang rela menjadi seperti orang gila. Namun, apalah daya hati yang keadaannya memang sedang tidak baik.

Padahal ia sudah membawa hadiah istimewa untuk Jingga di hari ulang tahunnya, tapi kenapa dia tidak masuk? Pesan darinya bahkan belum dibalas. Ada apa? Jingga sempat online loh tadi.

"Udah doong, jangan sampe Jingganya gue seret ke sini cuma buat lo," cibir Dara.

"Kenapa sih dia?" Gananda ikut - ikutan.

"Masalah orang yang punya pacar, jomblo ga usah ngikut," ledek Kaela.

"Heh, gini - gini dulu gue kan pacarnya Sabita."

"Maksud lo apa?! Ngga ada urusannya," kata Dara.

"Ya berarti gue pernah punya pacaar!"

"Diem lo."

"Sabita, lo kenapa?" Nanda memosisikan dirinya tepat di depan Sabita, ia membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan Sabita yang duduk di kursi kemudian memegang lututnya lalu menatap mata Sabita dalam - dalam, sungguh, dia kebiasaan. Hati Sabita kalau sudah begini kan tidak bisa dikatakan baik - baik saja.

"Ck, minggir Nan."

"Lu kenapa?"

"Minggir."

"Kamu kenapa?"

Sabita tersenyum, bukan baper, tapi dia geli.
"Cih, kardus." Ia menatap remeh Nanda yang masih setia berada di hadapannya. Tapi Nanda malah tertawa dan menegakkan tubuhnya kembali.

"Liat guys, senyum kan diaa. Gampang banget kalo cewek gua bikin senyum," sombongnya

"Nandaa, geli banget sih!" Protes Sabita.

"Eh, duduk bego, Ada Bu Lilis." Kaela mendorong punggung Nanda untuk memaksanya kembali ke tempat duduk.

"Lo juga!"

"Loh gue sama Dara kan emang duduk deket sama Sabita!"

"Gue juga deket!"

"Lo duduk di pojok sana!"

"Hati gue deket sama Sabita, asik."

"Idiot."

"Kaela, Nanda, bisa duduk?" Sarkas Bu Lilis sambil melipat tangannya. Saking seriusnya Kaela dan Nanda bertengkar, mereka jadi tidak menyadari kalau yang lainnya sudah duduk rapi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
Sedangkan Lintang? Oh pastinya dia panas.

"Iya bu, maaf," ujar Kaela.

"Oke." Guru yang sudah berusia kepala empat itu mengenakan kacamatanya setelah itu menelusuri setiap inci kelas, mencari seseorang sepertinya.

"Sabita, coba deh kamu ke sini."

Oh ayolah, Sabita tahu kalau wali kelasnya itu mencari anak muridnya, tapi kenapa harus dia? "Kenapa, Bu?"

"Sini aja duluu, bingung belakangan."

"Asoy," sahut Nanda sok asik. "Bitiwei, kenapa Bu manggil mantan saya?"

"Gausah ngga jelas kamu, Nanda. Kepo deh."

"Apa yang salah dengan pertanyaanku wahai Ibu wali kelas?"

"Diam," balas Bu Lilis serius.

Sabita kemudian berdiri, membereskan rambutnya yang dikucir asal - asalan, mengencangkan dasinya, serta merapikan seragamnya yang berantakan. "Saya ada masalah, Bu? Kayaknya semua tugas udah saya kumpulin."

Bertemu FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang