Enam Ratus Detik

237 53 2
                                    

"Bit, nungguin Jingga ya?"

Ah sial, kepergok.

Sabita mengiyakan pertanyaan Gemintang, salah satu teman baiknya yang sudah mengetahui hubungan spesial dirinya dengan Jingga.

"Lu beneran pacaran?"

"Kenapa?"

"Boleh ngomong sesuatu?" Tanya Gemintang sehingga Sabita mau tidak mau menatapnya, ehm, sepertinya menarik. "Jingga kayaknya ga baik buat lo."

______

"Gimana kemarin, Jing?" Sabita menyeruput susu coklatnya yang dia beli di warung pinggir jalan, dirinya itu bukan penganut stainless steel maupun sedotan plastik, jadi apa salahnya kalau diminum langsung?

"Please lah."

"Apa?"

"Jangan pake Jing gitu dong, berasa dikatain tau."

Sabita melamun sebentar, pikirannya berusaha mencerna perkataan Jingga dengan baik. "OH IYA HAHAHA, MAAF JINGGA."

"Ngga mau."

"Maafin aku, Jingga." Ia memasang jurus imut andalannya, Puppy Eyes.

"Panggil aku pake sayang dulu."

"Dih geli!"

"Cepet."

"Aku siram loh kamu pake susu!"

"Jangan, itu kan beli pake uang...."

"Siapa bilang pake daun."

Sejenak suasana di antara mereka menjadi hening, tidak ada yang buka suara karena keduanya larut dalam pikirannya sendiri, terutama Sabita.

"Kakak dia itu buronan."

"Gue yakin hal ini ga akan lo anggap sepele."

"Rumor ini udah beredar di sekolah dan lo masih ngga tau? Apa lo belum malu jadi pacar dia?"

Sabita menggelengkan kepalanya kuat - kuat, berusaha menepis suara Gemintang yang bergema di kepalanya.

"Kenapa geleng - geleng, kamu mikirin apa?"

"Ah, ngga itu ada tadi ada lebah."

"Kamu— kok kayak ada yang ngga beres? "

✦-✦

7 Mei. Aku harap kalian tidak lupa tentang rencana Lintang pada hari ini.

Sepasang kaki panjang itu berjalan menyusuri koridor, melewati orang - orang yang asik bergurau. Dia cuma butuh bertemu Kaela— dan menyampaikan perasaanya, iya, hanya itu.

Beberapa kali Lintang memberhentikan langkahnya guna bertanya pada orang yang mungkin saja tahu di mana keberadaan Kaela.

"Gadis, liat Kaela?"

"Ngga."

"Woi Nanda, lo liat Kaela ngga?"

"Ga."

Sampai akhirnya dia menangkap sosok perempuan yang baru saja berjalan menuju kelasnya dari arah yang berlawanan, oh- tentunya bersama dua teman sejatinya.

"Kaela, boleh ngomong sebentar? Penting banget," bohongnya.

Sabita yang mengetahui maksud terselubung Lintang pun menarik tangan Dara ke lain tempat, meninggalkan dua sejoli itu yang sedang dimabuk asmara. Ralat, sepertinya hanya Lintang.

Bertemu FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang