“Pagi semuanya. Nama saya Tsukihiko. Ubuyashiki Tsukihiko. Saya disini menggantikan Urokodaki-sensei untuk mengajar fisika. Saya mengharapkan kerjasama kalian semua.”
Memang singkat, padat dan jelas. Guru ini tegas dan tidak suka basa-basi. Lengan baju yang dilinting sampai bawah sikut memperlihatkan lengan bawahnya yang bisa dibilang kekar, mungkin sebanding dengan guru matematika, Shinazugawa-sensei, minus codetnya. Digeplak penggaris kayu dengan otot lengan macam itu pasti sakit.
Matanya tajam, sewarna buah persik namun sedikit lebih gelap. Rambutnya lebih panjang dari pria pada umumnya, ujungnya pun bergelombang. Dilihat dari namanya, mungkin saudaranya Kepala Sekolah? Mereka sama-sama memiliki ‘Ubuyashiki’. Kalau itu benar, ‘ya model rambut Tsukihiko-sensei memang mirip dengan beliau. Walaupun sepertinya kepribadian mereka sangat bertolak belakang.
Ada pula murid-murid barisan belakang yang menggosipi. “katanya guru killer loh.”
“ah kudengar dia dosen, dan tidak kenal ampun ke mahasiswa yang ia ajar dan bimbing”
“Wah tahu darimana kamu?”…
Pergunjinggan tersebut cukup terdengar oleh Zenitsu yang pendengarannya peka. Malah membuat dirinya semakin takut pada guru di depannya ini.
Semua murid mengikuti mata pelajaran fisika dengan seksama (dan kebetulan dengan disiplin karena gurunya terpampang galak di depan kelas). Tanjiro yang biasanya mengikuti kelas dengan anteng, malah sulit fokus. Gurunya hari ini adalah pria yang kemarin datang ke tokonya ketika sedang bersiap-siap untuk ditutup. Pesanan melon pan yang sedikit terlambat diambil dari mejanya.
Tanjiro mengawang jauh, memandang adik kelas yang sedang berolahraga kasti di lapangan dari jendela lantai tiga. Tangan kanannya bermain-main dengan pensil mekanik yang ia biasa pakai menulis. Kanao yang duduk di sebelah Tanjiro memandangnya dengan aneh. Tak biasanya teman dekatnya terlamun seperti itu. Sebenarnya dalam hati Kanao ingin mencolek bahu Tanjiro dengan kepala pulpen agar Ia kembali fokus ke pelajaran namun gadis dengan jepit rambut berbentuk kupu-kupu itu masih ragu.
“Kira-kira kudapan kesukaan Tsukihiko-san apa? Sering dimakan bersama minuman apa? Mungkin tidak suka yang terlalu manis? Apakah dia suka yang asin? Mungkin pahit?”
Pikiran Tanjiro terus berkelana jauh. Memang benar kemarin gurunya ini memesan melon pan yang sudah jelas pasti manis, remahan manis kering diatasnya sudah bisa buat gigi mendiang ayahnya giung. Apalagi yang modelan seperti Tsukihiko-san. Wajah dinginnya saja sudah merepresentasikan gelas-gelas kopi hitam yang ia minum tiap harinya.
“Sst Tanjiro, Tanjiro!”
“Eh iya apa?” Tanjiro terlepas dari lamunannya, kini membalas bisikan Kanao dari sebelahnya.
“Perhatikan ke depan” ucap Kanao sembari mengarah-arahkan kepala pulpennya yang berhias kupu-kupu itu ke papan tulis di depan.
“Ah iya”
Tanjiro kembali meluruskan pandangannya ke depan. Tangannya kembali mencatat materi yang dijelaskan di papan tulis kapur itu. Biasanya jika ada guru baru atau guru inval, akan ada sesi intermezzo dulu, tapi Tsukihiko-sensei langsung mengajar, melanjutkan materi radiasi benda hitam. ‘Yah, mereka juga kelas 3 SMA sekarang, tidak ada waktu lagi untuk berbasa-basi. Lebih baik kalau langsung fokus ke pelajaran agar materi tersampaikan dengan baik.
Mata Tanjiro kerap kali berpindah dari papan tulis hitam ke guru barunya. Mungkin karena mereka sudah pernah bertemu sebelumnya, Tanjiro jadi memperhatikannya. Murid-murid yang lain seperti Zenitsu malah tidak mau memandang wajah guru didepannya saat ini sama sekali. Sepertinya takut ditanyai pertanyaan. Kalau tidak bisa jawab nanti malah jadi masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsukihiko Sensei ❤️ My Bread! [ MuzanxTanjiro ] Modern AU
FanfictionTanjiro selalu datang ke bakery keluarganya untuk mengisi shift siang dan malam. Sudah menjadi rutinitasnya membuat roti, berbagai jenis kue hingga pastry. Walaupun masih duduk di bangku kelas 12, Tanjiro senang dengan keadaannya. Pelanggan di toko...