Part V - White Out

748 100 32
                                    

Tanjiro mengetuk-ngetukkan sepatunya yang tadi terlapis salju ke lantai semen, mencoba membersihkannya sehingga tidak membasahi sepatunya di esok hari. Mantel panjang sewarna biru tuanya ia gantungkan di sebelah lemari pendek di lorong pintu rumah.

Dapat tercium bau sup kentang dan nasi yang baru matang dari dapur. Terlihat Hanako sedang mengejar Rokuta yang merebut remot televisi di ruang keluarga.

"Kakak pulang" Tanjiro berjalan masuk, tangan kiri menggandeng tas sekolahnya, tangan kanannya membawa tas kertas khas dari toko roti mereka yang baru saja tutup setengah jam yang lalu. Kie; ibunya Tanjiro, menoleh keluar dari jendela dapur yang tak berkaca. Menyambut putra sulungnya datang.

"Selamat datang Tanjiro-kun! Hari ini berapa banyak yang terbawa pulang?" Kie keluar dari dapur sembari mengelapkan tangannya ke dalam celemek. Mempertanyakan jumlah produk yang tidak terjual, atau sudah mendekati tanggal ekspirasi produk. Tanjiro meletakkan tasnya ke lantai dan menunjukkan isi dari buah tangannya.

"Hari ini stok hampir habis bu, tarte flan kesukaan Nezuko pun tidak tersisa, jadi hanya beberapa pastry saja yang kubawa pulang."

Bulan-bulan seperti ini memang sudah menjadi rutinitas untuk dessert manis seperti tarte flan, tarte tatin, dan jenis-jenis tarte lainnya habis dalam sekejap.

Selain didukung oleh kondisi dan warna musim, kue, roti dan pastry buatan duo Kamado ini yang selalu membuat mereka menjadi incaran warga setempat di kota yang tak begitu besar.

"Ara- resepmu memang paling laris ya! Ah ibu jadi rindu masa-masa brainstorming resep bersama ayahmu." Mereka berdua berjalan kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatan masak makan malam.

Tanjiro meletakkan tas kertas tersebut di meja makan dan mengeluarkan isinya. "Dulu ayahmu sering membonceng ibu ke tengah kota untuk mencari buku-buku resep. Susahnya, buku-buku tersebut impor semua! 'Duh ibu sampai membawa puluhan buku ke pamanmu untuk minta bantu dibacakan, tidak ada satupun yang diterjemahkan ke bahasa jepang."

Tanjiro tertawa renyah, ibunya memang terkenal paling tidak bisa mata pelajaran bahasa inggris, apalagi bahasa asing lain.

Rata-rata buku resep yang disimpan di gudang berbahasa asing. Bahasa inggris adalah paling mudah untuk cerna. Ayahnya; Tanjuro, pandai berbahasa inggris. Tapi, tiga per empat dari semua buku resep tersebut, antara berbahasa prancis atau italia. Untung saja pamannya Tanjiro tidak keberatan untuk membantu.

Beberapa menit kemudian, dapur menjadi riuh dikarenakan oleh Rokuta yang merengek tidak diberi remot televisi. Tanjiro akhirnya turun tangan untuk mengomeli Takeo yang sengaja bersekongkol dengan Hanako untuk menyembunyikan remotnya.

Tanjiro menjitak kepala Takeo dan berkacak pinggang, khas dengan celemek yang masih memeluk tubuhnya.

Takeo akhirnya menyerah dan berbagi dengan adiknya yang paling kecil itu.


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tsukihiko sedang badmood sekarang. Kucingnya; Tsumi, sedang bermain ke lantai bawah apartemen dan belum juga kembali. Belum juga bawahannya yang salah mencetak dokumen dan juga salah mengirimkan dokumen. Banyak kejadian yang harusnya tidak perlu terjadi hari ini.

Tsukihiko Sensei ❤️ My Bread! [ MuzanxTanjiro ] Modern AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang