Him. 11

566 72 3
                                    


Untuk kesekian kalinya gue gak mau menganggap Clarisa sebagai saudara kandung. Tingkahnya yang tidak memperlihatkan sebagai seorang kakak membuat gue memutuskan untuk tidak memanggilnya Kakak. Meski kadang suka pake, tapi kali ini tidak akan lagi.

Karena apa ?

Dia bikin gue jatuh dari tangga dong sepagi ini, kurang ajar gak tuh. Dengan berniat mengagetkan gue katanya, dan berhasil gue kaget. Alhasil gue jatuh dari tangga, meski gak dari atas. Sudah hampir bawah, tapi tetep aja kaki gue jadi terkilir.

Jeritan gue di pagi itu menghebohkan Ibu yang lagi masak untuk sarapan harus lari dari dapur ke arah suara gue berada, lalu melihat anak bungsunya sedang lesehan di lantai depan tangga dengan tidak elegan. Sedangkan Clarisa memasang wajah terkejutnya di tangga.

Meringis kesakitan memegang pergelangan kaki, Ibu tiba-tiba nyuruh Clarisa bawa gue ke rumah sakit. Padahal di bawa ke tukang urut aja sembuh kayaknya, tapi keparnoan seorang ibu tidak bisa diganggu. Lalu Clarisa dengan cepat menelepon kekasihnya yang masih tidur untuk segera ke rumah dan membawa gue ke rumah sakit.

Padahal gue hari ini seharusnya pergi ke kampus untuk latihan debat, tetapi karena kakak gue yang tidak punya pikiran untuk mengerjai gue di tangga membuat gue harus duduk di ranjang rumah sakit sambil menunggu kaki gue yang sedang dipereban.

"Dalam seminggu juga sembuh kok"

"Tuh kan ! Ah lagian lebay bawa gue ke rs, tukang urut juga bisa ya kan dok ?"

"Ya lebih baik ke rs ya dok, biar bisa di CT scan. Kali aja ada yang patah"

"Lo ya, doain gue ?! Gara-gara lo juga gue sampe gini!"

"Heh ! Gue tanggung jawab ya bawa lo kesini dan nyuruh Seno yang baru bangun nganterin lo. Beruntung pacar gue baik"

Gue cuma mencibir apa kata Clarisa, sedangkan Kak Seno geleng-geleng melihat calon istrinya adu mulut sama calon adik iparnya. Tugas dokter sudah selesai dan gue merengek untuk diantar ke kampus. Tapi Clarisa bersikukuh untuk bawa gue ke rumah aja.

Padahal gue di rumah juga ngapain ? Ibu udah pergi ngajar, dan Clarisa juga bakal kerja. Kak Seno ? Ya kali nemenin gue di rumah. Nyari duit lah buat biaya nikah. Mending ke kampus banyak temen, dan berguna juga.

Mencoba merengek, tapi Clarisa malah nelepon Ibu buat lapor. Alhasil gue di marahin sama Ibu lah disuruh istirahat aja di rumah. Takutnya kaki gue makin bengkak katanya. Dengan wajah cemberut gue pun setuju pulang.

Sesampai di rumah, karena kaki gue sakit buat jalan. Jadi gue cuma bisa diem di ruang keluarga aja, tiduran di atas sofa. Mengabari team untuk debat nanti, dan juga mengabari Yunis biar gak jemput gue. Tentu gak ngasih tahu alasannya apa, karena Yunis kalo udah khawatir. Hebohnya minta ampun.

Bisa-bisa dia skip kuliah padahal hari ini dia full kelas, dengan berbagai alasan dan beruntung dia mudah percaya. Mungkin.

Bosen juga, jadi gue memilih tidur aja. Tadi sempet minum obat dan efek sampingnya langsung kerasa. Memposisikan untuk tidur enak di atas sofa, karena gak mungkin naik ke atas. Kaki gue terlalu sakit dan badan terlalu malas. Gue pun tidur di ruang keluarga dengan keadaan tv menyala.

**

Perasaan gak lama gue mulai terlelap, tapi di dapur udah berisik. Melirik jam digital di atas televisi yang sudah mati entah sama siapa, masih pukul 10 pagi. Gak mungkin Ibu udah pulang, karena katanya hari ini ada ujian sekolah.

Him || Cho Seungyoun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang