Him. 14

492 70 13
                                    


Langin pagi ini sangat bersahabat untuk melakukan olahraga, tetapi niat yang kurang menjadi malas untuk bergerak. Tetapi Yunis sudah duduk ganteng di depan rumah sambil ngobrol sama Ibu.

Terpaksa gue pun bersiap untuk melakukan olahraga pagi dengan si ganteng itu, tidak terlalu berat olahraganya. Hanya jalan santai di daerah Gasibu, setelah itu gue di antar pulang sampai depan komplek karena dia harus cepat ketemu Papa kandungnya untuk mengurus magangnya.

Melanjutkan jalan kaki dari depan komplek ke rumah lumayan juga, menutupi kepala dengan Hoodie gue berlari kecil menuju rumah. Tapi langkah gue terhenti saat melihat seseorang yang dikenali sedang membawa beberapa barang dari mobil.

"Wildan ?" Yang di panggil pun menoleh, oke tebakan gue benar. Dia menyimpan kardus terlebih dahulu lalu menghampiri gue.

"Hai, Nad. Abis jogging ?" Tanyanya yang gue jawab dengan anggukkan.

"Ngapain pagi-pagi udah disini ? Ada acara amal disini ?" Tanya gue penasaran, karena gue masih inget. Dulu saat kita masih pacaran, setiap hari jum'at dia akan melakukan acara amal.

Mau itu di panti asuhan atau madrasah dan lainnya. Tapi seinget gue, di daerah komplek gak ada panti. Kalo madrasah sih ada, tapi bukan blok ini.

Wildan senyum sebelum menjawab, dia menunjuk sebuah rumah di belakangnya. "Gue pindah kesini" jawabnya yang membuat gue terkejut.

Kenapa dari sekian banyaknya komplek di Bandung, dia malah pindah ke komplek gue ? Setelah berucap itu, seorang perempuan berkerudung keluar dari rumah nyamperin kita berdua.

"Eh Nada, apa kabar ? Udah lama gak ketemu ya" ucapnya sambil meraih tangan gue dan gue pun mencoba memberi senyum.

"Tante pindah kesini ?"

"Iya, Abinya Wildan pindah kantor di daerah sini jadi karena kejauhan rumah kita yang dulu akhirnya pindah deh kesini. Oh iya, kamu juga tinggal disini ya ?"

Gue pun tersenyum sebagai jawaban, dulu gue memang sempet main ke rumahnya Wildan saat kita masih bersama. Keluarganya Wildan sangat terbuka jadi gue bisa deket sama Uminya, tapi ya sayangnya kita tetep gak bisa bersama karena tuhan kita berbeda.

"Tante masuk dulu ya, mau beresin barang yang baru dateng" izin beliau lalu masuk ke dalam setelah mengelus pipi gue.

"Kayaknya lo sibuk, gue balik deh. Mau mandi juga" gue pun memilih izin, Wildan pun mengangguk dan mengizinkan gue untuk pulang.

Rumahnya dia dan gue hanya berjarak 2 blok, sebenernya gak masalah dia mau pindah kesini juga toh bukan urusan gue juga. Cuma ya kaget aja kenapa dunia bisa sesempit itu juga.

Setelah tahu kita tinggal dalam satu komplek, akhirnya gue sering pergi bareng Wildan untuk latihan debat. Dan juga Yunis mulai sibuk dengan kegiatan magangnya, kita bahkan cuma ketemu pas hari Minggu aja.

Tak lama dari situ juga gue memilih kerja part time di cafe kenalannya Clarisa, jadi semakin jarang gue ketemu sama Yunis karena kerja di Cafe itu gak ada liburnya. Weekend malah makin rame jadi gue sibuk dan Yunis pun sibuk.

Awalnya kita sering kasih kabar, tapi makin kesini tugas Yunis semakin banyak jadi dia selalu kelelahan. Pulang kerja sempet saling telepon tapi berakhir gue yang denger suara dengkurannya. Dia ketiduran.

Komunikasi semakin jarang, dan tidak memungkinkan adanya masalah-masalah kecil yang terjadi antara gue dan Yunis. Dengan kecemburuannya dia pada gue yang selalu pergi bareng Wildan saat latihan debat menjadi sering.

Him || Cho Seungyoun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang