Him. 2

1.1K 121 1
                                    


Sebuah gunting dan sisir sudah di tangan, duduk di kursi rotan yang berada di belakang rumah. Clarisa sudah duduk di depan gue dengan kain putih yang nutupin bahunya.

Gunting yang gue pegang mulai memotong helaian rambutnya Clarisa, dibantu sisir yang dipegang tangan kiri. Hari ini kakak gue minta tolong potongin rambutnya yang udah panjang. Karena beralasan males ke salon sedangkan dia udah gerah sama rambut panjangnya akhirnya nyuruh gue buat motong.

Gue gak handal dalam urusan potong rambut, cuma emang dari dulu gue ataupun kakak gue kadang saling potong rambut sendiri di rumah. Biar gak keluar biaya, karena kalo ke salon pun motong dikit 20 ribu kan lumayan buat jajan janji jiwa.


"Kok lo gak bener sih!" Teriak Clarisa mengomentari hasil karya gue, dan gue dengan santainya tertawa melihat rambutnya yang agak kependekan dari permintaannya.

"Sorry sorry, lagian siapa suruh kepala lo agak ke atas. Kependekan kan" jawab gue masih dengan tawa yang ngaring.

"Iya lo yang bener dong! Rambut gue yang agung jadi gak rapih gini! Mana sempet ke salon ini. Aahhh"

Clarisa terus teriak gak terima rambutnya gak rapih gue potong, lagian udah kerja juga masih aja pelit keluar duit buat ke salon. Sambil masuk ke dalam rumah Clarisa terus marahin gue.

Ibu cuma bisa geleng-geleng liat kedua anak gadisnya yang berantem, Ibu berjalan ke pintu saat mendengar suara bel. Membuka pintu dan menyuruh masuk sang tamu yang memang lagi di tunggu kedatangannya.

"Aaarrgghhh lo rese ya sumpah! Awas gue bales dendam nanti" teriak Clarisa sambil naik ke lantai dua dimana kamarnya berada dan gue yang lagi ketawa tiba-tiba diem.

Megang rambut gue yang masih panjang lalu bergedik ngeri, membayangkan nanti malem tiba-tiba Clarisa dateng ke kamar gue terus potong rambut gue dengan brutal.

"Kenapa bu ?" Tanya Yunis pada Ibu yang masih berdiri di pintu masuk.

"Itu Nada, gak rapih motong rambut Risa" jawab Ibu sambil berjalan masuk di ikuti oleh Yunis yang natap gue dengan wajah datarnya. "Bukannya cepet ganti baju, nanti telat loh. Ini Yunis udah dateng, heh" omel Ibu pada gue yang masih berdiri dekat tangga.

Gue senyum dan melambai ke arah Yunis. Lalu naik ke atas untuk ganti baju dengan layak, karena sekarang gue masih pake baju tidur. Tapi tenang, gue udah mandi kok.

Setelah selesai ganti baju, gue turun ke bawah. Ternyata Clarisa udah siap juga, ditambah Ibu sedang mengenas beberapa barang bawaan.

Jadi hari ini ada acara keluarga besar dari bokap, karena di rumah ini gak ada cowoknya dan juga gak ada yang lancar bawa mobil. Alhasil gue memperbudak Yunis menjadi supir seharian ini untuk nganter gue dan sekeluarga.

Gue bisa aja bawa mobil, cuma belum punya sim dan Clarisa sangat menolak keras kalo gue yang bawa mobil. Takut nabrak kucing lagi katanya.

Kini kita semua udah masuk ke dalam mobil keluarga gue, Yunis dateng ke sini dengan motor kesayangannya jadi dari rumah gue bawa mobil keluarga gue.

"Kamu bawa botol minum gak ?" Tanya gue saat duduk di depan samping Yunis, gak mungkinkan Clarisa yang duduk di depan. Apalagi ibu, bisa-bisa Yunis jadi korban kekerasan ibu karena beliau parnoan.

"Lupa, di mobil Mama kayaknya" jawabnya sambil nyengir. Kebiasaan dari sebagian kebiasaannya, Yunis itu kalo bawa mobil harus banyak minum biar fokus.

Tapi botol minum yang biasa dia pake malah gak dibawa, salah satu kebiasaannya yaitu pelupa. "Mampir ke minimarker dulu ya, bu ?" Tanya gue sambil melirik ke belakang.

Him || Cho Seungyoun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang