Extra Part : HIM

628 65 5
                                    


Sebuah ballroom hotel telah disulap sedemikian rupa, nuansa putih dan juga warna nude mendiminasi ruangan ini. Beberapa bunga Lily dan juga bunga Baby Breath menghiasi setiap dinding, bahkan di lantai membentang disisi karpet merah yang menuju ke panggung di depan sana.

Beberapa meja bundar telah terisi oleh tamu-tamu undangan untung menikmati hidangan, beberapa kursi di pinggir disediakan bagi yang tidak kebagian meja agar para tamu dapat makan dengan keadaan duduk.

Dua mempelai wanita dan lelaki sedang berdiri di depan sana, menyalami para tamu yang mengucapkan selamat. Mereka berdua telah resmi menjadi suami istri sejak pagi tadi, dan malam ini resepsi diadakan dengan meraih.

Mereka terlihat bahagia sekali, senyum mereka tidak pernah lepas. Dan mempelai wanitanya sangat cantik, dengan hijab yang menutupi rambut membuatnya terlihat lebih cantik.

Iya, ini acara pernikahan Wildan dan Istrinya. Bukan pernikahan gue sama Yunis. Boro-boro dinikahin pacar gue itu, yang ada setelah pertunangan 6 bulan lalu diadakan. Cowok itu langsung pergi ke luar negeri untuk memenuhi panggilan pekerjaan setelah lulus.

Dan gue, masih setia di Bandung. Bekerja di salah satu perusahaan lumayan ternama disini. Clarisa sudah memiliki anak dari Kak Seno, dan anaknya sudah berumur 1 tahun minggu depan.

Dengan dress berwarna nude senada dengan dress code resepsi Wildan malam ini, gue menghadiri pernikahan mantan gue itu sendirian. Malangnya nasib gue yang LDR sama tunangan sendiri, rasanya gue dapet karma dari kakak gue itu.

"Haii, selamat yaaaaaa. Aduh gue keduluan nih, semoga menjadi pasangan yang samawa ya. Wil, jaga istri lo ya. Gak dapetin gue, dapetin mbak dokter cantik pan" ujar gue saat kini giliran gue untuk menyalami mereka berdua.

Wildan hanya bisa tertawa mendengar omongan gue dan istrinya yang bernama Asya itu cuma senyum doang. "Lo kapan nyusul ? Sendirian kesini ?" Tanya Wildan yang sukses membuat gue murung.

"Jangan tanya kapan nyusul!" Ujar gue kesel.

"Kenapa ? Kan lo udah ada calon, kalo belum ada baru kesel pas gue tanya begitu"

"Emang Kak Yunisnya kemana, teh ?" Tanya Asya yang umurnya memang lebih muda dari gue dan Wildan.

"Nyangkut di Jepang buat menyelamatkan kakashi dari orocimaru, kagak balik-balik. Kesel gue, kagak di kawinin mulu" jawab gue dan berhasil membuat mereka tertawa.

Berfoto sejenak, lalu gue pun bergegas turun dari panggung pelaminan. Karena antrian semakin panjang kalo lama-lama ngobrol, berjalan menghampiri keberadaan Mina yang sedang berduaan dengan sang pacar.

Dan pertanyaan mereka sama, kenapa gue sendirian dateng kesininya. Iya, beginilah nasib punya tunangan tapi ke kondangan malah sendiri. Dan yang tahu dengan status gue yang gak sendiri mengherankan itu.

Banyak temen kuliah yang menanyakan hal yang sama, sampe gue bosen dengernya. Rasanya pengen ngambil mic mbak penyanyi di panggung buat ngasih tahu ke semuanya kenapa gue dateng sendirian. Biar gak capek jawab pertanyaan yang sama setiap ketemu beda orang.

Handphone gue bunyi dari dalam tas tangan, menyimpan potongan buah ke meja lalu berjalan kesisi ballroom agar bisa mendengar telepon lebih jelas. Menghindari keramaian yang lama-lama bikin pusing.

"Halo"

'Yang, dimana ?' Suara Yunis mengalun dari speaker menuju telinga gue, rasanya gue pengen nangis. Entah kenapa kangen gue seketika memuncak, udah enam bulan gak ketemu sama dia.

"Masih di resepsi Wildan, kenapa ?"

'Jadi berangkat sendiri ?'

"Hmm, Ibu gak mau dateng ke resepsi soalnya. Kamu lagi ngapain ? Di Jepang udah jam 10 malem kan ? Tidur gih"

Him || Cho Seungyoun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang