Extra Part : us husband and daddy ?

667 65 8
                                    

Kehidupan yang sebenarnya itu bukan hanya saat lulus kuliah dan masuk dunia kerja. Memang hidup baru terasa saat mulai kerja, berjuang untuk mencari uang memang sesusah itu.

Tapi, kehidupan yang sebenarnya menurut gue yaitu sekarang. Disaat gue udah bukan tanggung jawab Ibu lagi, dan tanggungan itu berpindah pada Yunis. Kehidupan gue baru dimulai, dimana gue menjadi seorang istri.

Menjalani kehidupan baru setelah menikah itu tidak gampang, meski memang saat pacaran gue merasakan sulitnya menyelesaikan masalah yang hadir. Tapi tidak memungkinkan juga, setelah menikah masalah itu tidak datang.

Bukan masalah kalo Yunis bilangnya, tapi cobaan. Setelah menikah memang cobaan itu akan datang lebih berat dan juga banyak. Menyatukan dua kepala dua pikiran itu tidak gampang.

Beruntungnya, selama tiga bulan ini gue resmi menjadi istri dari Yunis. Rumah tangga gue tentram, tak ada cobaan yang mencoba menghembuskan pondasi rumah tangga gue dengannya. Dan semoga jangan sampai.

Pagi ini seperti biasa gue bangun lebih dulu, mengangkat tangan Yunis dari perut gue lalu turun dari kasur. Mengambil piyama dari lantai lalu mengenakannya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah berpakaian dengan layak, gue berjalan ke dapur. Menyiapkan makanan sederhana untuk sarapan pagi ini. Terdengar suara pintu kamar terbuka, hingga selanjutnya gue merasakan pelukan dari belakang.

"Morning" suara serak Yunis membuat gue tersenyum, mengelus rambut berantakannya untuk menjawab sapaan paginya hari ini.

"Morning, cepet mandi dulu. Sarapannya bentar lagi jadi" ujar gue yang kembali fokus ke wajan.

Yunis malah mengusek-usekan wajahnya di ceruk leher gue. "Bareng ?" gumamnya. Gue hanya bisa menggeliat untuk membuatnya menjauh dari tubuh gue.

"Enggak, aku udah mandi. Sana cepet ih, aku juga harus ke kantor" terpaksa gue menyikut perutnya sampai Yunis mengaduh kesakitan. Mengecup pipi gue singkat, lalu dia kembali masuk ke dalam kamar.

Sebelum menikah Yunis sebenernya kerja di bagian kedutaan Indonesia yang berada di Jepang. Tapi, dia lagi ambil tugas dalam negeri karena memang mau nikah.

Sedihnya itu hanya sementara, dia dikasih kerjaan disini cuma tiga bulan aja. Yang artinya akan segera habis, mungkin minggu depan dia harus bersiap ditugaskan kembali di negara sakura itu.

Baru aja menyimpan piring, gue merasakan aneh di perut gue. Mual yang entah karena apa, sampai gak tahan untuk di tahan gue muntah di wastafel dapur. Rasa mual itu kembali datang meski gue merasa lemes, tapi mual itu seakan hilang saat gue mendengar suara pintu kulkas dibuka.

"Kamu kenapa ?" Suara Yunis membuat gue menoleh, dia sedang berdiri di depan kulkas yang kebetulan gak jauh dari tempat gue berdiri.

"Gak enak perut, kemarin aku makan apa ya ?" Tanya gue, berjalan menuju meja makan dan melanjutkan kegiatan tadi.

"Makan batagor gak ?"

"Enggak kok, tapi sempet jajan cilok sih. Hehe"

Gue tuh perutnya agak sensitif kalo makan yang bahan dasarnya tepung kanji atau tapioka. Kayak cilok, cilor, batagor dan temen-temennya. Perut gue akan merasa gak enak, terus mual mulu gitu.

Him || Cho Seungyoun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang