"Dasar kutu buku busuk! Penghuni gua! Aneh! Tidak punya teman, kasihan. Haha." Ejek salah seorang mahasiswa di dalam ruang kelas. Sontak, mahasiswa lainnya pun tertawa.
***
"Akan kuhentikan tahun-tahun
diamku demi mengatakan kau
cantik. Setelah itu, aku bunuh diri.
Atau memintamu jadi seekor
gagak yang mematuk mataku. Aku
ingin melihat perih terakhir adalah
merah paruhmu.
Halaman dan rumahmu selalu
penuh langit jatuh. Permukaannya
menyentuh dan menjadi kalung
bagi leher kota. Laut merebutmu.
Matamu berteman baik dengan
ikan dan terancam mata pancing.
Langit adalah langit, namun sedikit
lebih basah. keduanya cemburu
kepada matamu."
Nadia membaca sebuah puisi dari buku yang lupa diambil Raka saat berdiskusi dengannya dua hari yang lalu. Ia tidak datang ke kampus karena tidak enak badan. Malam ini, Nadia sementara istirahat sambil membuka-buka buku dan berharap hatinya pun bertindak seperti itu. Jam di atas nakas menunjukkan pukul dua belas lewat dua puluh lima menit. Suara detak jam terdengar selain degup jantung Nadia sendiri. Ia membuka buku puisi tersebut secara acak dan tepat pada halaman kedua puluh empat, Laut Berparuh Merah adalah judul puisi yang segera saja dibaca Nadia sebelum terlelap tidur.
Baju tanpa lengan berwarna putih menyelimuti tubuh Nadia malam ini dan bando karet merah jambu terpasang di kepalanya agar rambutnya tidak acak-acakan.
Nadia melanjutkan bacaannya masih dengan suara berbisik,
"Waktu menjadi siang yang padam
berminggu-minggu. Menggenang
seperti kenangan yang
ditinggalkan jalan pulang.
Bencana melandai, menjadi tongkat
yang menggandeng tanganku ke
pantai. Dengan gemetar rindu,
kusentuh alismu. Sesuatu yang asin
dan asing menjawabku. Butiran-
butiran garam yang terbuat dari
masa lalu kita. aku tak bisa
merasakan angin lagi sebagai lagu.
Ia menyebut terlalu banyak nama.
Bekas lukaku hidup seperti air
terperangkap di telinga usai mandi.
Seperti gigi bungsu susah payah
tumbuh dan merobek gusi.
YOU ARE READING
Kesempatan Kedua: Mengapa Cinta Harus Dipercaya Lagi?
RomanceCinta seharusnya mengubah yang buruk menjadi baik dan hal yang baik menjadi lebih baik lagi. Cinta seharusnya menjadi alasan seseorang untuk terus hidup dalam kebahagiaan. Cinta seharusnya menjadi tujuan dari segala perjalanan hidup manusia, tujuan...