"Nad, Raka dikeroyok di sekitar halte bus dekat kampus." Lalu telepon itu pun terputus.
"Vid? Halo? Vidya!" Nadia kehilangan sambungan telepon.
***
"Nadia, kenapa belum pulang?" Kris menghampiri kursi Nadia yang terletak dekat mini bar. Mata Nadia memandang keluar kafe, "saya masih mau di sini dulu, Kris."
"Ada apa, Nad? Apa yang terjadi?"
Nadia menghela napas, "tidak ada apa-apa kok Kris."
"Jangan bohong, Nad. Kau mungkin bisa menyembunyikan perasaanmu dari orang lain. Tapi, kau tidak mampu menyembunyikan apa pun dariku atau Arki," ucap Kris.
Nadia memalingkan wajahnya, menatap Kris yang duduk di depannya. "Salah seorang temanku dikeroyok sore tadi, Kris. Namanya, Raka. Mungkin dia pernah ke sini."
"Mungkin dia pernah ke sini beberapa kali, Nad. Dia kenapa?"
"Dia dikeroyok. Vidya meneleponku sore tadi. Tapi sambungannya terputus. Saya bingung mau melakukan apa, Kris."
"Kalau memang benar dikeroyok, kenapa kau tidak menolongnya Nad?"
Nadia memegang gelas kaca yang sudah kosong, "Kris, minta air minumnya dong. Saya haus." Ia mengulurkan tangan yang memegang gelas.
Kris berdiri dan segera mengisi gelas sesuai dengan permintaan Nadia. Ia kembali dan menaruh gelas yang sudah terisi penuh di depan Nadia, "silakan tuan putri."
"Terima kasih, Kris." Nadia segera meminum air tersebut.
"Tumben, kau tidak langsung menyusulnya ke kampus dan tidak tahu menentukan apa yang akan kau lakukan. Biasanya, kau langsung bertindak cepat," Kris menunggu penjelasan Nadia.
"Saya bingung," jawab singkat Nadia.
"Bingung? Bingung kenapa?"
Nadia meletakkan gelasnya, "saya bingung akan bertindak seperti apa, Kris. Apakah saya harus menolongnya atau tidak. Saya takut, Kris."
"Takut?"
"Takut kalau saya mencintai Raka."
"Kenapa kau takut jatuh cinta lagi, Nadia?"
"Saya takut untuk jatuh cinta dan tidak ingin kehilangan lagi. Kehilangan untuk kedua kali, Kris. Saya, Raka, Vidya, dan Bara adalah teman satu angkatan. Mereka tahu masa lalu saya, tapi saya tidak tahu masa lalu dua laki-laki yang sementara dekat sama saya."
"Bukannya bagus kan Nadia kalau banyak yang mendekatimu. Kamu bisa memilih, mana yang terbaik untukmu," respons Kris.
Nadia segera berujar, "Bagiku, Kak Arki Manjurungi masih yang terbaik. Meski kami belum pernah bersama, tetapi setidaknya saya tahu cara mencintai seseorang tanpa harus berharap balasan."
"Jadi kau membiarkan temanmu dikeroyok, Nad?" Pancing Kris.
Nadia segera menyergap, "mau bagaimana lagi, Kris. Terkadang saya harus mengorbankan sesuatu, sejenis perasaan untuk tetap menjaga perasaanku yang masih ada untuk Kak Arki."
"Tetapi, Nad. Arki sudah tidak ada."
"Saya tahu, Kris. Saya tahu itu."
Nadia melanjutkan, "tetapi apakah salah jika saya tetap berharap dan mencintai seseorang meski ia sudah tidak ada?"
"Tidak ada yang salah dalam hal mencintai, Nadia. Tetapi sampai kapan kau akan seperti ini terus? Kau harus melupakan Arki, Nadia."
Nadia tersenyum.
YOU ARE READING
Kesempatan Kedua: Mengapa Cinta Harus Dipercaya Lagi?
RomanceCinta seharusnya mengubah yang buruk menjadi baik dan hal yang baik menjadi lebih baik lagi. Cinta seharusnya menjadi alasan seseorang untuk terus hidup dalam kebahagiaan. Cinta seharusnya menjadi tujuan dari segala perjalanan hidup manusia, tujuan...