1 | Cegaras dan Congil

86 24 104
                                    

Kamu datang tak diundang namun, pergi meninggalkan bekas.
--- Fahera ---


"Hei Ra, lo tahu murid baru yang pindah hari ini gak?" Tanya Gerald tiba-tiba.

"Enggak tuh," Fahera menutup buku catatannya sembari mengangkat bahunya, tak peduli.

"Kenapa emang?"

"Kalo gak salah sih, dia tuh alumni dari SD yang sama kayak elo. Siapa tahu kan, lo kenal," ucap Gerald.

"Siapa namanya?"

"Rehan," kata Gerald lalu memasukkan beberapa keripik pisang ke dalam mulutnya. Lelaki ini terus mengunyah, sampai tidak sadar jika keripik yang dimakannya telah habis. Tangannya beralih ke keripik pisang yang masih terbungkus plastik dengan sempurna. Ia menyobek plastik dan terus memakan keripik itu, hingga Wila, sepupu Fahera tiba-tiba meneriaki kupingnya.

“Hei Gerong, itu keripik gue! Huwa…” Gerald menyodorkan keripik yang tinggal separuh itu sambil tersenyum cengengesan. Wila menekuk wajahnya masam, namun tetap mengambil keripik yang tersisa itu.


“Gue gak ingat Ger, “ ucap Fahera pada akhirnya. Gadis itu sudah berusaha mengingat sosok yang dibicarakan Gerald sebelumnya, tapi tetap saja hasilnya nihil. Bagaimana tidak, saat itu Fahera masih sangat kecil, dan juga ia tak yakin jika bisa mengingat semua teman masa SD-nya.

“Gak ingat apa Ra?” Tanya Wila ikutan nimbrung.

“Itu sih murid baru,”

“O-oh, gue tahu. Si Rehan yang gantengnya masya Allah itu kan!” Teriak Wila seolah memeragakan peran wanita FTV yang sering ditontonnya. Fahera dan Gerald kompak bergidik jijik melihat salah satu korban sinetron yang berada di hadapan mereka. Mungkin setelah pulang sekolah, Fahera akan mengusulkan kepada tante Siska-Ibu Wila untuk tidak mengijinkan anaknya menonton sinetron FTV lagi. Agar supaya, Fahera enggak malu-malu amat jika memiliki sepupu seperti Wila di sekolahnya.


“Ra, lo lupa ya sama kak Rehan? Itu loh yang pernah nyanyiin lagu di ultah lo yang ke sepuluh!" Ucap Wila menggebu-gebu.

"Kok gue gak ingat ya?" Fahera membuat Wila semakin geram karenanya. Gadis itu mendesah malas dan tak sengaja menepuk jidatnya keras sampai membuatnya meringis.

"Astagfirullah, susah ya ngomong sama orang pikun." Gerutu Wila dan disambut cubitan kecil di lengannya. Gerald terkekeh pelan melihat aksi kedua sepupu tersebut.


"Gue gak setua itu kali Wil," keluh Fahera lalu ikut tertawa bersama kedua sahabatnya.

“Gue serius Ra, si Rehan baru saja pindah ke sekolah kita. Hebohnya lagi, dia telah berani menonjok wajah Alif di hari pertama ia sekolah!” Kata Wila heboh sendiri.

“Huh, si Alif yang ketos itu?”

“Iya, si Alif yang pernah nembak Hera di ulang tahun sekolah.”

Wila menyebut nama Alif dengan penuh penekanan, seolah berniat menyindir Fahera yang telah menolak pria itu dengan alasan klasik, tidak ingin pacaran.

Fahera memutar bola matanya malas, ketika mengingat apa yang terjadi padanya dua tahun silam. Bagaimana tidak, Fahera yang masih menyandang status adik kelas pada saat itu harus ditembak di hadapan publik oleh seorang lelaki yang menjadi incaran setiap siswi di sekolahnya. Jika kalian adalah seseorang yang tidak suka keramaian, terlebih menjadi sorotan publik, pasti bisa mengetahui betapa malunya Fahera saat itu.

A Troublemaker's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang