3 | Sosok Rehan

37 15 21
                                    


Semakin sulit menjangkau hatimu, membuatku semakin tertantang untuk membongkar rahasia di dalamnya.

--- Rehan ---

Namanya Rehan Alviano Prasetya. Murid pindahan yang memiliki wajah tampan dan ucapan yang manis. Namun sayangnya, membuat masalah telah menjadi kebiasaan buruknya. Dia adalah sang pembuat onar di manapun ia berada. Hati yang mudah panas, membuat dirinya lebih sering mengandalkan keunggulan fisik demi menundukkan siapapun yang berani menentang dan melawan dirinya.

Sudah enam kali, lelaki itu dipindahkan dari sekolahnya, akibat ulah yang tidak bisa lagi di tolerir oleh pihak sekolah. Karena meskipun memiliki otak yang cemerlang, lelaki itu tetap saja seorang trouble maker dengan sikap pemberontaknya.

Gerald membaca profil Rehan yang telah tertulis dalam sebuah blog di internet itu dengan lantang. Awalnya, lelaki itu tidak begitu yakin jika seseorang yang tertulis dalam media platform itu adalah orang yang sama dengan murid pindahan di sekolahnya.

Gerald terus saja membaca tulisan itu hingga membuat dua orang perempuan berjilbab putih menampilkan ekspresi berbeda di wajahnya. Wila yang nampak seperti orang cengo dengan mulut terbuka lebar, sedangkan Fahera melototkan matanya kaget dan kemudian bergidik ngeri.

Perasaan Fahera menjadi tidak enak, mengingat ia telah nekat untuk mencampuri kehidupan seorang lelaki yang bernama Rehan itu.

Terlebih, ketika Gerald membaca tulisan terakhir blog yang berbunyi, 'siapapun yang berani ikut campur dalam kehidupannya, dia tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang'.


Fahera merasa tenggorokannya tercekat. Sebegitu burukkah lelaki itu?

Tidak.

Fahera tidak akan memercayai hal itu begitu saja. Ia memanglah seseorang yang tidak selalu menilai orang dari katanya, namun nyatanya.

Terbukti ketika pertama kali ia bertemu Gerald di hari ketika ia terpaksa duduk bersamanya, dikarenakan satu-satunya bangku yang tersisa hanyalah bangku di samping lelaki berkulit mulus itu.

Fahera bahkan hampir percaya, jika lelaki itu pasti melakukan perawatan dengan kulitnya sehingga nampak bersih dan bersinar. Tapi, semua itu tidak benar.

Fahera hanya terhasut bisikan-bisikan cewek-cewek penjilat yang membuatnya muak. Gadis itu bahkan sangat bersyukur memiliki sahabat cowok seperti Gerald. Namun, gadis itu tidak terlalu menunjukkannya karena tidak ingin lelaki itu gede rasa dan bersangka lebih kepadanya.

Padahal menurut Hera, apa salahnya mempunyai teman cowok yang membuat dirinya nyaman selain pacar?


Baiklah, kini Gerald dan Wila sedang menatap Fahera meminta penjelasan. Gadis itu tersadar dari lamunannya, hingga lupa sedang membicarakan hal apa sebelumnya.

"Haduh nih anak, bener-bener ngeselin tingkat parah ya Wil,"

"Bener banger Rong! Hampir aja gue ceburin ke comberan dia kalo dia masih bengong kayak tadi,"

"Kalo enggak, kita karungin aja dia terus hanyutin ke sungai gangga biar mampus kayak film-film India!"Cerocos Gerald mulai aneh.

Fahera menopang dagunya tidak merespon. Gadis itu kembali terngiang dengan percakapannya bersama congil di kantin tadi siang.

"Dengar gue baik-baik, cewek gak waras. Mulai sekarang,besok,lusa dan nanti, lu mesti mengikuti segala aturan yang gue buat untuk lo. Khususnya untuk tidak meninggikan suara ketika berbicara ke gue."

A Troublemaker's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang