6 | Hukuman

31 11 49
                                    

Masalah akan selalu datang.
Maka sambutlah dia dengan ramah,
Semakin ramah semakin cepat perginya...

--- Fahera ---

Keheningan sempat berlangsung selama beberapa menit. Namun suara Bu Kalsum tiba-tiba memecah keheningan.

"Yasudah kalo begitu, kalian pergi berjemur sambil menghormat ke arah tiang bendera sampai jam istirahat dimulai!" Tegas Bu Kalsum.

Fahera melotot tak percaya. Bagi dirinya, ia lebih baik duduk di  kelas memperhatikan penjelasan Bu Erna dengan tenang daripada harus berdiri di lapangan dengan cahaya matahari yang cukup membakar ribuan kalori di tubuhnya. Belum lagi, energi dan tenaga yang sudah terkuras akibat adegan lari-larian tadi pagi.

Namun, dia hanya pasrah ketika Bu Kalsum menuntun kedua muridnya ke arah lapangan. Dari kejauhan ia bisa melihat Pak Tono, satpam sekolah nampak diberi amanah untuk mengawasi mereka berdua.

"Tadi pagi lo sarapan, Ra?"

Fahera menggelengkan kepalanya pelan namun tatapannya masih terpaku ke arah bendera berwarna merah putih itu.

"Mana tangan lo?"

Huh?

Fahera mendelik tanpa sadar ketika sebuah permen milkita mendarat di telapak tangannya.

"Gak bikin kenyang emang, tapi
selain memiliki rasa yang manis dan enak, permen ini mengandung susu yang dapat membantu pemenuhan kebutuhan kalsium sehari-hari lo...."

Fahera ingin menyemburkan tawanya keras namun niatnya tergagalkan karena Pak Tono tiba-tiba berteriak ke arah mereka.

"HEI, KALIAN BERDUA JANGAN NGOBROL!"

"Iya Pak!!!" Seru keduanya kompak.

Rehan tersenyum tipis ketika melihat Fahera nampak terhibur dengan ucapannya barusan.

"Kalo mau ketawa gausah ditahan, biar gue bisa tertawa berdua bareng lo,"

Fahera memutar matanya malas.

"Eh pulang sekolah pulang bareng gue ya?"

"Kalo gue gamau?"

"Gue bakalan nyulik lo biar mau,"

"Enak aja, gue bakalan kabur kalo gitu...."

"Kabur aja, gue akan terus ngejar lo kok,"

"Kalau lo lelah gimana?"

"Gue bakal istirahat dan pulang,"
Rehan mengelap peluh keringat yang menetes di dahinya lalu berkata lagi, "dan kembali berlari hingga kamu  sampai di jalan buntu".

"Itu perumpamaan yang jelek," cibir Fahera.

"Tapi, yang penting direspon,bleee...!"

"Hih dasar, congil!"

"Apa lo bilang?"

Fahera tersenyum miring, "Congil, cowok tengil!" Bisiknya dengan suara keras.

A Troublemaker's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang