5 | Tempat Pulang

39 14 30
                                    


Jangan mendekat, karena aku takut kamu akan melekat.

--- Fahera ---

“Semoga, gue bisa pacaran sama Fahera secepatnya.”


Entah kenapa Fahera masih saja tak bisa melupakan bisikan kecil itu. Siapapun itu, ia telah membuatnya tidak fokus kepada Bu Erna yang sedang menjelaskan pelajaran Fisika di papan tulis. Gadis itu sangat bersyukur karena hari ini, Bu Erna tidak jadi melakukan ulangan harian seperti yang telah disampaikan sebelumnya. Sambil menopang dagu malas, Fahera memalingkan pandangannya ke arah Gerald yang sedang sibuk menggambar sesuatu di buku catatannya.

“Ger,”

Lelaki itu memberhentikan aktivitas menggambarnya lalu menatap gadis itu dengan salah satu alis terangkat, “ada apa?”

“Namanya beneran Rehan,” ujar Fahera sepelan mungkin.

“Lah terus,”

“Barusan dia nonjok orang lagi,”

What?!!” Gerald menutup mulutnya spontan. Takutnya, Bu Erna akan menghukum dirinya jika ketahuan tidak memperhatikan apa yang sedang dituliskannya di papan tulis putih.

“Her, lo serius?”

“Apa wajah gue ini sedang terlihat bercanda?” Hera memutar matanya malas.


Bu Erna yang sedang sibuk menuliskan persamaan usaha, mendadak berhenti membuat Fahera dan Gerald terdiam ketakutan.

“Apa suara kita kedengaran ?”


“Hei, kamu ngapain berdiri di situ?!!” Seru Bu Erna membuat seluruh penghuni kelas melayangkan pandangan ke arah timur, tempat pintu berada. Mereka mencoba menebak-nebak siapa gerangan yang berani mengusik pelajaran Bu Erna, guru paling killer di sekolah Indonesia Maju.

Seisi kelas dirundung banyak pertanyaan ketika mendengar suara langkah dan sosok lelaki berperawakan tinggi dengan postur tubuh yang lumayan berisi. Ia berdehem pelan menyadarkan para kaum hawa yang sedang terpesona dengan senyum di wajahnya yang tampan.

Kyaa dia tampan sekali…


Aigo, oppa….


Dia bukannya anak baru berandalan itu ya?


Dia kan yang berantem sama ketua osis kemarin…


Suara-suara mulai bersahutan tiada henti. Masih dengan tatapan tajam dan wajah garang, Bu Erni maju mendekati anak baru yang sempat diperbincangkan guru-guru kemarin. Perempuan paruh baya itu awalnya tidak mengenali anak itu, sampai ketika matanya menangkap sebuah papan nama yang tertuliskan sebuah nama, Rehan Alviano Prasetya.


“Kelas kamu bukan di sini,” ujar Bu Erna to the point.

“Iya, Rehan tahu kok bu…”

“Terus ada urusan apa kamu kemari?” Bu Erna memperbaiki letak kacamatanya yang hampir melorot.

“Dia bu,” tunjuk Rehan ke arah Fahera tiba-tiba. Gadis itu sempat ternganga kaget, namun dengan cepat ia menguasai dirinya agar tidak terlihat seperti orang bego.

A Troublemaker's HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang