Chapter 3

12 5 0
                                    


Adelle, gadis itu berjalan gontai menuruni tangga. Wajah nya lesu, rambut nya acak-acakan khas orang bangun tidur.

" Dad, your really? " Tanya Adelle, ketika duduk di meja makan.

" Why? " Tanya Darren binggung.

" Free ?  Seriously?  Why, Dad? " Kesal Adelle.

" Kondisi mu belum pulih, Adelle. Dan anggap saja ini hukuman untuk kamu yang diberikan Dad dan mrs. Aida. "

" Wait, Mrs. Aida? " Tanya Adelle tak percaya.

" Yes!  Hukuman dari Dad, karena kamu tidak sabar menunggu Queisha datang menjemput dan hukuman dari Mrs. Aida yang melihat mu berlarian sambil bermain hujan-hujanan. " Jelas Darren.

" Menyebalkan. " Adelle memakan makanan nya tidak selera. Hanya sekadar mengaduk nya tanpa minta sedikit pun.

" Sayang, kenapa makanan nya nggak dimakan?" Tanya Devana lembut.

" I'm badmood, Mom. You know? " Ucap Adelle masih memandang nanar makanan milik nya.

" I know. But, ini yang terbaik. Kamu tau, ini adalah keputusan yang terbaik. Lagipula kondisi mu belum pulih, hari ini ada kelas olahraga bukan? " Tanya Devana.

" Yes.  " Jawab Adelle.

" Makan yang banyak ya sayang. " Lontar Devana tersenyum.

" Yes, mom " Adelle dengan perlahan memasukkan sesuap Bubur ke dalam mulut nya.

" Devana, ayo kita harus segera berangkat. " Ucap Darren.

Darren berjalan mendekati Adelle dan mengecup pucuk kepala anak semata wayang nya tersebut.

" Get well son, my sunshine. " Lontar Darren.

" Kami pergi dulu. " Devana memeluk Adelle erat.

" Hm. " Kedua pasangan itu pergi meninggalkan Castle menggunakan Mobil mewah Rolls Royce.

Adelle menatap kepergian kedua orang tuanya dengan pandangan nanar. Lalu ia memilih bangkit berdiri dan meninggalkan ruang makan dengan sedikit berlari.

Sesampainya dikamar ia segera mengunci pintu dan berjalan menuju kamar mandi dan menangis sejadi nya disana.

Semenjak mereka pindah ke negara ini, mereka sibuk. Dulu memang sama tapi mereka pasti meluangkan waktu nya untuk sekedar menemaninya tatkala sakit maupun hari libur tiba.

Tapi?  Ah, ia benci dikelilingi harta melimpah tapi kurang akan ada nya kasih sayang.

Ia memejamkan matanya perlahan menghapus air mata yang dengan lancang nya mengalir bebas tersebut. Ia tak boleh lemah. Ia sudah terbiasa merasakan hal ini, jadi adelle harus kuat.

Ia bangkit berdiri lalu mencuci wajah nya dengan air mengalir lalu memilih berjalan keluar kamar mandi.

Adelle memandang pantulan dirinya di cermin. Lalu mengambil sisir di meja rias dan menyisir rambut panjang dibawah bahu miliknya.

Tampak lebih cantik.

Ia tersenyum samar dan melihat ukiran indah tersebut.

Ukiran itu tampak bercahaya ditimpa sinar matahari yang menerobos masuk lewat celah-celah yang ada. Adelle memandang nya lekat hingga ia melihat pantulan cahaya tersebut.

Pantulan itu jatuh tepat di sebuah Foto miliknya yang tengah mengunakan Gaun khas kerajaan. Foto itu diambil satu bulan setelah ia menempati Castle ini. Dan diambil di taman Castle.

Ia mengerutkan dahi, lalu berjalan mendekati Foto tersebut.

" Nona, ini aku Queisha. Kau baik-baik saja? " Tanya Queisha dari luar kamar Adelle.

The Secret Wedding CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang