Bagian 2 (Kembali)

36 6 0
                                    


Seketika tangan Aya yang menopang kepala perempuan itu bergetar. Muka wanita itu seketika pias dan terkejut. Sosok ini. Masa lalu yang begitu ingin dia lupakan bersamaan dengan rasa rindu tak tertahankan kini berada dihadapannya.

"Anya," lirih Aya menyebut sosok wanita dihadapannya itu.

Disentuhnya pipi wanita itu dengan perasaan. Dingin. Sekejab Aya tersadar jika wanita ini tidak baik-baik saja. Udara yang begitu dingin dan gerimis membuatnya yang memang lemah menjadi semakin lemah. Dengan sigap dibukanya jaket yang menyelimuti tubuhnya untuk segera dipakaikan kepada wanita itu. Aya berusaha membangunkan Anya yang nampaknya tak terganggu sedikitpun dengan ulahnya. Memikirkan bagaimana dia mengantar Anya pulang dengan motornya yang sangat tidak mungkin. Apalagi sejak tadi tidak ada kendaraan yang lewat. Di tengah kekalutan wanita itu menyadari jika dia memiliki aplikasi taksi online. Tanpa pikir panjang lagi dia segera memesan sebuah taksi disertai pesan darurat kepada si pengemudi.

Sembari menunggu Aya mengetatkan pelukannya berharap mampu menghangatkan tubuh Anya. Ditepuknya pipi Anya yang dia rasa semakin tirus itu seraya memanggil untuk membangunkan. Ya Tuhan tolong selamatkan dia, kumohon. Doa terus-menerus dia panjatkan kepada Sang Pencipta hingga tanpa sadar mata indahnya mengembun dan akhirnya tumpah.

Tiba-tiba sebuah cahaya yang sangat terang bergerak menuju kearahnya. Tak lama cahaya itu berhenti begitu berada di depannya, seorang paruh baya keluar dari balik cahaya itu.

"Dengan mbak Aya?" Tanya pengemudi taksi itu yang langsung diangguki Aya.

"Tolong buka pintunya pak," ucap Aya kepada si pengemudi taksi seraya mengangkat tubuh Anya dalam pelukannya.

Dengan hati-hati diletakkannya tubuh Aya dibangku belakang. Lalu keluar sebentar untuk mengambil kunci motor dan bungkus obat Anya. Setelah itu Aya kembali lagi kedalam mobil dan meletakkan kepala Anya di pangkuannya.

"kita pergi ke jalan anggrek pak," kata Aya yang langsung diiyakan oleh si bapak penegmudi.

"Emm... mbak, apa kita perlu ke rumah sakit saja," Tanya si pengemudi.

Ah, benar juga mengapa dia tidak ke rumah sakit saja, piker Aya.

"Apakah rumah sakit jauh dari sini?"

"Sekitar setengah jam ke rumah sakit terdekat mbak," jawaban sang pengemudi membuat Aya tersenyum kecut. Tidak. Dia tidak mau mengambil resiko, Anya perlu pertolongan yang lebih cepat dan jawabannya adalah pulang ke rumahnya yang hanya lima menit dari tempat kejadian. Terlebih saat ini dia memiliki obat Anya. Jadi semua pasti baik-baik saja.

"Tidak jadi pak, maksud saya kita ke jalan anggrek saja," putus Aya.

Benar saja, hanya lima menit mereka telah sampai di depan rumah Aya. Kembali wanita itu meminta si pengemudi untuk membuka pintu mobil dan juga pintu rumahnya.

"Sebentar pak," ucap Aya kepada si pengemudi untuk menunggunya, saat ini dia tengah menggendong Anya yang sebelumnya dibantu oleh si pengemudi taksi.

Aya masuk kedalam rumahnya lalu membaringkan Anya di atas tempat tidur tamu. Kemudian dia keluar lagi sembari menyerahkan beberapa lembar uang sebagai bayaran karena telah mengantarnya dan juga lebihnya karena telah membantunya yang langsung diterima pengemudi seraya mengucapkan terimakasih kepada Aya.

Setelah si pengemudi taksi pergi Aya segera menutup pintu dan menguncinya. Tiba-tiba saja kakinya menjadi lemas dan detak jantung yang berdetak dua kali lebih cepat.

Gadis itu menghirup napas panjang lalu menghembuskannya kasar sebelum melangkah menemui sosok gadis lain yang kini tengah tertidur. Dia di sana tergolek lemah tak sadarkan diri di atas tempat tidur. Kulit putih bersih yang masih sangat dia ingat itu kini terlihat lebih pucat dan mengkerut. Bersama dress yang dia kenakan kini melekat sempurna di tubuh Anya akibat terkena hujan. Apa yang terjadi Ya mengapa kamu bisa begini? Batin Aya.

Aya lantas pergi ke almari pakaiannya lalu mengeluarkan sebuah sweater dan sebuah celana panjang berbahan katun. Rasa gugup kembali dia rasakan. Tapi ini harus, toh dia hanya ingin membantu. Gadis itu melangkahkan kakinya ke arah ranjang dimana Anya berada. Perlahan dia mulai membuka jaketnya yang dia pakaikan ke tubuh Anya. Huft... astaga apa ini hanya membuka jaket dan aku sudah segugup ini, Aya please ini belum selesai, geram Aya pada dirinya sendiri.

Kembali Aya mulai membuka jaket Anya yang memang belum dia buka. Di sana terlihat lengan Anya yang mulus tanpa cacat atau bulu halus yang tak tertutupi dress mengingat model dress yang Anya kenakan memang tanpa lengan.

Aya merendahkan tubuhnya lalu mengangkat bahu Anya dengan salah satu tangannya sementara tangan yang lain mulai mencari resleting yang tersembunyi di balik punggung ringkih itu. Setelah menemukannya Aya mulai menurunkan hingga mentok. Secara hati-hati wanita itu melepaskan dress yang syukurnya memiliki model lebar pada bagian leher sehingga memudahkan Aya dalam pekerjaannya.

Rasanya saat ini tubuh Aya sudah sangat basah oleh keringat. Terlebih lagi dengan apa yang dia lihat saat ini. Menyingkirkan segala macam pemikiran tak bermutu Aya mengambil selimut untuk kemudian di letakkan di atas tubuh Anya. Setelah itu tangannya masuk ke dalam selimut untuk melanjutkan kegiatannya melepas segala aksesoris yang akan mengganggu tidur Anya. Ketika selesai melepaskan pakaian Anya, kini Aya kembali memakaikan pakaian kepada Anya dengan pakaian yang telah dia siapkan sebelumnya.

"Huft... akhirnya Tuhan," ucap Aya penuh rasa syukur.

Baru pertama kali Aya melakukan ini. Mengganti pakaian orang lain dan melihat keadaan orang dalam kondisi setengah polos selain dia sendiri. Well... Aya merasa serasa telah melakukan dosa besar. Oh come on Aya, loe itu perempuan dan Anya perempuan terus apanya yang dosa coba. Geram gadis itu.

Melupakan rasa gugup yang sempat mendera kini perasaan lega dan senang terpampang di wajah manisnya, begitu melihat Anya yang tengah tertidur begitu damai tanpa terusik oleh rasa dingin.

Aya lalu mengambil sebuah handuk yang sebelumnya dia rendam ke dalam air hangat. Diperasnya handuk itu sebelum diletakkan pada dahi Anya. Beberapa saat Anya tampak terusik dan itu membuat Aya menegang seketika bersamaan detak jantung yang berdetak dua kali lebih cepat.

"Ay... Aya... kamu kemana Ay?"

Sebuah gumanan yang Anya lakukan membuat Aya mencelos. Banyak tanya yang kini berada di kepala cantiknya. Apakah selama ini pilihannya untuk pergi salah?!

Tanpa berniat meneruskan kegiatannya Aya memilih melangkah pergi dari kamar. Toh Anya sudah lebih baik dan suhu badannya tak setinggi pertama kali dia menemukannya.

***



Hay guys, sebelumnya ini adalah cerita pertama yang saya publish... 

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, benar... Mohon kritik dan sarannya untuk membangun cerita ini menjadi lebih baik lagi. 

Cerita dikit yah, awalnya latar tempat cerita ini salah satu kota besar di Indonesia tapi saya merubah dengan penyebutan kota ini agar pembaca bisa membayangkan sendiri sesuai imajinasi pembaca. 

Cerita ini hanya fiktif semata dan murni imajinasi penulis. Jika ada ketidaksengajaan cerita, waktu dan tempat saya mohon maaf. Suwun.


Semarang, 00:12 (Publish Pertama Kali)

08/05/2020

MENGEJAR BAYANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang