EMPAT

1.1K 63 27
                                    

Perjalanan pulang jadi jauh lebih menegangkan karena gelap yang datang lebih cepat dari seharusnya. Jarak pandang ke depan hanya 10 meter, sehingga Joko yang berada paling depan saat itu terpaksa harus sangat berhati-hati. Belum lagi tanah yang basah membuat jalan setapak itu jadi lebih licin dan harus berhati-hati ketika hendak melaluinya, jika tidak ingin kejadian yang menimpa Wina yang hampir jatuh ke dalam jurang jadi terulang kembali.

Agar lebih mudah mengontrol semua orang yang ada dalam rombongan, Bastian dan Joko memutuskan untuk membuat urutan saling selang seling antara cowok dan cewek. Lagi-lagi, seperti telah disengaja Joko menempatkan Wina dan Bastian dalam urutan paling belakang. Joko malah senyum-senyum begitu melihat wajah protes dari Bastian, sepertinya Ia bermaksud untuk mendekatkan Bastian dengan Wina. Tapi, disisi lain Ia juga memilih Zainab untuk berada tepat di belakangnya. Seperti Joko punya perasaan khusus terhadap gadis cubby asal Kota Pariaman tersebut.

Sreeekkk sreeekkkk

"Eh, apa itu ?" Tanya Betty pucat begitu melihat seperti ada yang bergerak dari balik semak-semak tidak jauh dari mereka berjalan.

Yang lain pun tampak tegang dengan detak jantung yang semakin cepat, apalagi jalanan sudah mulai gelap. Dan mereka hanya bermodalkan cahaya dari senter biasa, itupun hanya ada empat. 1 dipegang oleh Joko, Satu dipegang oleh Bastian dan dua lagi dipegang oleh orang-orang dibagian tengah.

"Sssttt..." Joko memberi kode untuk tidak bersuara.

"Kalian.. Apapun yang kalian lihat nantinya, diam saja. Jangan menimbulkan kegaduhan ataupun panik. Cukup beri kode pada Saya atau Bastian jika kalian berada dibelakang, mengerti ?" tanya Joko dengan suara pelan seperti orang berbisik, Ia tampak cemas juga dengan suasana seram seperti itu, lalu Mahasiswa tersebut saling menyampaikan pesan pada orang yang ada dibelakangnya.

Joko dan Bastian mengeluarkan parang (Golok) dari sarung dipinggangnya masing-masing, jaga-jaga untuk segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.

"Ada apa Uda ?" tanya Wina cemas begitu melihat Bastian yang semakin waspada menatap area sekitar mereka.

"Ada apa Uda ?" tanya Wina cemas begitu melihat Bastian yang semakin waspada menatap area sekitar mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wina

"Udah, gak apa-apa. Cuma buat jaga-jaga aja." Jawab Bastian coba menenangkan, walau jantungnya sendiri sudah berdetak semakin cepat karena harus meningkatkan kewaspadaannya.

"Hiksss.. Aku takutt.."

"Tenang Gin. Jangan panik, Kami ada disini kok." Rupanya Gina yang menangis, coba ditenangkan oleh Gandi yang berjalan tepat dibelakangnya.

Sreeeekkk sreeekkk

Wooossshhhh

Suara krasak krusuk dari semak-semak kembali terdengar, kali ini disamping kiri di bagian agak menanjak disisi jalan mereka disertai dengan deru angin yang lumayan kencang.

Tanpa sadar Wina mengulurkan tangan kebelakang, Bastian tanggap dengan menjawab uluran tangan gadis tersebut. Benar saja, tangan Wina terasa dingin dan sudah basah oleh keringat. Gadis yang selama ini tampak tegar tersebut, juga merasa ketakutan namun sengaja dipendamnya. Tapi, yang namanya perempuan tetap saja memiliki sisi lemah yang tak mampu untuk selalu ditutupinya. Dan hanya pada Bastian, Ia seolah merasa nyaman untuk menampakan sisi lemahnya tersebut.

BUNIAN : Woman In WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang