Move on

9 1 0
                                    

Selama seminggu gue berlahan-lahan telah terbiasa untuk mengembalikan situasi seperti dulu, sebelum Resya pindah ke sekolah gue dengan membawakan harapan cintanya. Gue yang mulai terbiasa berkomunikasi dengan Resya di Kelas seperti teman-teman cewe lainnya tanpa rasa gugup lagi. Gue juga berharap Resya gak pernah tau perasaan gue ke dia saat itu.

"Woy..... Ngelamun aja lo, mikirin jorok ya ?." Suara Dimas yang datang mengagetkan gue, yang saat itu sedang makan Ketoprak di Kantin sambil memikirkan bagaimana gue bisa berteman dengan Resya tanpa terpangaruh rasa cinta.

"Setan emang lo ya Dim, bikin kaget orang aja." Sewot gue ke dia yang membuyarkan pikiran gue.

"Abis lo makan sambil ngelamun, awas kesambet baru tau rasa lo." Ledek Dimas yang duduk di depan gue sambil membawa Baso, dan gue kembali melanjutkan makan Ketoprak.

"Eh Ndi, kelompok musik kita buat tugas seni budaya siapa aja nih maksimal 5 orang ?." Tanya Dimas sambil makan baso lahap amat, seperti orang gak makan tiga hari.

"Bebas gue mah Dim, mau siapa aja juga boleh, lagian bikin lagu doang mah gue sama lo aja juga bisa kali." Saut gue ke Dimas

"Yaelah tugas kelompok berdua doang mah gak serulah Ndi, gak ada yang nyemangatin." Balas Dimas yang lalu asik menyeruput kuah Baso.

"Terus lo mau ngajak siapa ?." Tanya gue ke Dimas.

Tiba-tiba dari arah belakang nyeletuk suara Dewi yang ingin bergabung dengan kita.

"Gue, Resya, sama Ruli gabung sama kelompok kalian bisa kan ?."

"Eh Wi, ngagetin aja lo dari belakang, tiba-tiba nyautin." Saut gue sambil membalik badan ke arah Dewi.

"Nah boleh tuh, ide bagus malah, kalau gini kan gue jadi semangat kalau ada kalian." Saut Dimas yang kegirangan bisa sekelompok bareng Dewi Resya dan Ruli.

"Iya bisa kok Wi, tapi Resya sama Rulinya mana ? Mereka udah tau, kalau mau sekelompok sama kita." Tanya gue ke Dewi yang langsung duduk samping gue.

"Tuh mereka lagi mesen Bubur Ayam, ntar mereka juga kesini, mereka pasti ikut aja kok sama gue mah." Jawab Dewi sambil menunjuk Resya dan Ruli.

Tak lama mereka berdua menghampiri kita "Hay Ndi, Dim kalian udah kelar makannya ya, cepet amat." Nyapa Resya sambil duduk di depan gue.

"Oh iya Res, kita mah kalau makan cepet kaga dikunyah dulu, langsung ditelen kaya minum air." Ngelawak si Dimas dengan mencoba menghidupkan suasana agar tidak terlalu kaku.

"Lucu ya kalian kalau makan kaya bebek, langsung ditelan hahaha." Saut Ruli membalas lawakan Dimas sambil mempraktekan bebek nyosor, yang saat itu membuat kita berlima tertawa terpingkal-terpingkal melihat gayanya. Dan dari lawakan inilah percakapan pertemanan kita mulai mencair, Dimas dan Ruli, saling serang adu lawakan, layaknya stand up comedy yang saling roasting.

"Hahaha udah deh, udah... ini kita lagi makan kok malah ketawa mlulu dah."Saut Dewi yang gak tahan tertawa terus.

"Oh iya Res, Li. Tadi gue udah bilang sama Andi sama Dimas, untuk tugas seni budaya nanti kita satu kelompok, gimana kalian setuju kan ?." Tanya Dewi ke Resya dan Ruli sambil menatap mereka dengan mangangkatkan bulu matanya.

"Gue mah setuju-setuju aja kok." Jawab Resya sambil makan Bubur Ayam.

"Gue mah pasti setuju, apalagi kalian berduakan jago main gitar." Saut Ruli yang memuji gue dan Dimas.

"Oke deh kalau gitu, sepulang sekolah kita obrolin konsepnya lagi ya di Gazebo." Balas Dewi yang mengajak kita kumpul sepulang sekolah.

Sepulang Sekolah kita berlima berkumpul di Gazebo untuk membahas konsep tugas Seni Budaya membuat musik dan videoklip. Kita berlima saat itu merencanakan konsep yang bertemakan tentang pertemanan dan Sekolahan, karena untuk masalah percintaan menurut mereka cewe-cewe terlalu klasik, dan gak seru gak ada kenangannya untuk diingat ketika udah lulus nanti. Gue dan Dimas setuju dengan usulan mereka, gue juga lagi gak bersemangat kalau membuat lagu dengan temapercintaan, karena gue lagi berusaha untuk terus bisa melupakan rasa cinta gue ke Resya.

Mencari JawabanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang