Hari demi hari gue sudah bisa mengontrol rasa cinta gue ke Resya beralih menjadi sahabat, tak ada lagi rasa canggung dan gugup saat ketemu dengan dia. Gue, Dimas, Resya, Dewi, dan Ruli pun sering ngumpul buat menyelesaikan tugas musik Seni Budaya, bahkan diliuar tugas Seni Budaya, kita berlima sering juga ngerjain tugas dan belajar bareng yang kini membuat kedekatan kita semakin akrab layaknya sahabat.
Hari Ini gue berangkat sekolah nebeng bareng Dimas, motor vespa matic kesayangan gue entah kenapa saat itu kumat gak bisa dinyalain. Karena udah hampir telat jam setengan tujuh lebih, gue langsung menelepon Dimas, dan untungnya dia baru mau berangkat lalu nyamperin ke Rumah gue.
"Tin Tin... Kenapa lo motornya ?." Saut Dimas datang mengampiri gue dengan motor vespanya.
"Tau nih tiba-tiba kumat, gak bisa di-starter dan gak bisa disela. Padahal bensin gue masih ada." Ucap gue lalu menghampiri Dimas di depan pager.
"Udah pensiunin aja, ganti motor baru." Balas Dimas
"Ntar dah gue masih seneng pake vespa matic. Yuk lah buruan udah mau telat nih." Ucap gue sambil menaiki motor vespa Dimas, lalu menyuruhnya langsung berangkat.
Pagi itu jalanan lagi macet-macetnya, entah kenapa antrian macet di lampu merah terlalu panjang gak seperti biasanya. Dimas yang menyetir motor melihat lampu merah macetnya masih lama, langsung mengambil inisiatif nyari jalan lain.
"Eh Dim, lo mau lewat mana ?." Tanya gue yang gak tau jalan lain menuju Sekolah
"Udah tenang, kita lewat jalan tikus." Balas Dimas yang langsung belok masuk ke dalam gang.
"Lo yakin bisa lebih cepet ? Ini paling juga kita kena macet 5 menit lagi udah lewatin lampu merah kok." Ucap gue yang gak yakin ada jalan lain yang lebih cepet.
"Lo gak liat apa macet di lampu merah masih panjang gitu, udah duduk manis aja lo di belakang." Ucap Dimas
"Tapi lo pernah lewat jalan sini kan ?." Tanya gue untuk meyakinkan kita gak salah jalan.
"Pernah sih sekali doang tapi lupa-lupa inget juga." Balas Dimas yang jawabannya gak meyakinkan gue bakalan gak telat datang ke Sekolah.
Gue dan Dimas masuk ke jalan yang lumayan sempit hanya bisa dilalui oleh satu mobil, kita udah berjalan cukup jauh dari jalan raya. Masuk jalanan sempit sana-sini yang membuat gue gak hapal kalau melewatinya lagi. Udah setengah jalan kita melewati jalan tikus ini, tiba-tiba di depan jalanan di tutup bambu dengan tulisan, "Mohon Maaf Jalan ini DITUTUP Sementara, karena ada Hajatan." Melihat tulisan itu membuat kita bingung harus lewat jalan mana lagi.
"Yahh Dim jalannya diboikot lagi. Lo yakin lewat sini ?." Tanya gue yang gak tau daerah situ.
"Wah iya anjirr. Tapi gue inget kok jalannya ini bener Ndi." Balas Dimas yang langsung berentiin motornya.
"Tapi lo tau kan ada jalan lain ?." Tanya gue yang udah mulah gelisah karena telat.
"Kaga Ndi, gue taunya cuma lewat ini doang." Balas Dimas yang membuat gue semakin panik.
"Yahhh terus gimana dong. Telat nih kita Dim." Ucap gue dengan paniknya.
"Bentar-bentar gue tanya ke warga, kali aja ada jalan lain." Dimas mencoba tanya warga sekitar yang saat itu sedang nyapu halaman rumahnya.
"Permisi Bu, mau nanya. Ini kalau mau ke jalan raya selain lewat sini kemana lagi ya Bu ?."
"Wah gak ada lagi Mas, cuma ini jalan yang nembus ke perempatan." Balas Ibu-ibu ini yang membuat kita harus puter balik lagi ke jalan yang tadi kita masuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Jawaban
Teen FictionAndi seorang jomblo yang cukup lama karena trauma dengan kisah cintanya waktu SMP membuat dia takut untuk mendekati cewe lagi. Ketika SMA dengan dibantu oleh Dimas sahabatnya sejak SMP, mengajaknya untuk kembali menemukan cintanya. Hingga bertemu de...