DING DONG 9

232 37 31
                                    

Misi part 9

Happy reading



Malam kedua setelah keluar dari rumah sakit....

Seorang pria mungil dengan wajah bayinya menatap cuaca malam di luar dengan wajah khawatir. Kerutan di kening serta gigitan-gigitan kecil di bibir menandakan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

Seorang wanita tua dengan kerutan di wajahnya mendekati pria mungil yang masih terlihat belum ada keinginan untuk meninggalkan dudukannya di teras rumah tersebut.

Tubuh ringkih itu menyampirkan selimut tebal yang sedari tadi ia genggam pada cucu satu-satunya itu, membuat si pemilik tersentak dari lamunanya.

"Nenek, kau mengagetkan-ku"

"Tampaknya akan ada badai besar malam ini" ucap wanita tua, seraya menunduk dan memberikan kecupan di surai coklat sang cucu, yang kemudian di angguki pria manis tersebut dan kembali menatap ke depan. Memperhatikan pepohonan yang tampak bergoyang-goyang saat di terpa angin kencang.

"Jangan terlalu lama di luaran, tidak baik untuk kesehatanmu..... kau baru saja keluar dari rumah sakit"

Plan mengangguk dan kembali tersenyum saat wanita tua kesayanganya kembali menciumnya tepat di bahu, lalu perlahan berjalan menjauh, memasuki rumah yang mereka tempati.

Plan kembali menatap kesunyian malam dengan tatapan yang masih terlihat cemas.

Angin semakin bergemuruh tak terkendali, plan tercekat di kala angin puting berwarna hitam kemerahan muncul dan berubah menjadi se-sosok mahluk yang selama ini selalu menghantuinya. Tenggorokannya tercekat saat sosok dengan perut terkoyak lebar dan menunjukkan isi dalemannya yang mengerikan berubah bentuk menjadi wujud seseorang yang begitu di kenalnya.

"Gun??" Plan menutup mulutnya dengan mata terbelalak, syok.

Plan semakin melebarkan matanya saat sosok yang menyerupai muridnya itu menggeram seperti menahan rasa kesakitan dan perlahan berusaha mendekati dirinya. Jantungnya berdetak dengan kencang, tubuhnya kaku tidak bisa di gerakan, namun bergetar kencang.

Sosok itu telah bediri di depan wajahnya dan perlahan tangan sosok itu terangkat dan menyentuh kedua bahunya. Terasa lembut... namun dingin, sangat....dingin. genggaman pada bahunya kemudian menaik ke atas dan berhenti tepat di atas kepalanya.

Perlahan ia mulai merasakan sesak pada pernafasannya, kepalanya sakit bagai di hantam batu besar, plan mulai menjerit. Namun.... tanpa suara, ia menengadah ke atas dan begoncang-goncang. Kemudian ia mulai melihat kilasan-kilasan bayangan yang campur aduk. Seperti sebuah ingatan yang tekurung di dalam bulatan-bulatan yang menyerupai gelembung air.

Salah satu gelembung mulai mendekatinya dan pecah saat gelembung tersebut telah menyentuh wajahnya membuat plan memejamkan mata, ia tidak merasakan sesuatu yang buruk telah terjadi. Rasa sakit dan sesak bahkan telah berangsur menghilang. Perlahan ia mulai membuka mata, tidak ada sosok pucat yang menyerupai gun di sana. Namun ia begitu terkejut saat ia sudah tidak berdiri di teras rumah neneknya.

DING DONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang