DING DONG 10

249 38 43
                                    

MISI PART 10





'Brughh....'

Tubuh mungil plan ambruk seketika di pelataran teras rumah neneknya. Rasa  sesak mulai menjalar ke paru-parunya akibat terlalu banyak menangis. Dengan wajah yang sembab ia mulai bangkit dengan tubuh gemetar. Sosok techno telah tidak berada di tempatnya, sosok itu menghilang setelah menunjukkan semua memory pedih yang ia alami selama hidup.

'Mean.... aku harus bertemu dengan mean' ucapnya dalam hati.

Dengan tanpa alas kaki ia mulai berjalan tak tentu arah. Angin kencan yang di temani gerimis yang menyentuh tubuh mungilnya, sama sekali tak ia perdulikan. Yang berada di fikirannya adalah bagaimana agar ia bisa segera bertemu dengan mean secepatnya.

'Dugh..?!' Plan terjatuh dengan jempol kaki sebelah kanan yang berdarah. Ia tidak sengaja menendang sebuah batu, karna terlalu fokus menatap ke depan.

"Hiks...hiks...sakit..." ringisnya sambil merengek. Ingin sekali ia mengadu, namun entah pada siapa, karna dirinya sedang sendirian saat ini di tengah badai, tanpa alas kaki seperti orang bodoh.

"Mr.plan?" Saut seseorang tepat di belakangnya.

Ia mendongak dan menoleh kebelakang. Hal itu sontak membuatnya menghentikan tangisannya.

"G-gun?!" Tanyanya dengan dengan takut-takut.

Pria yang di panggil mengangguk-anggukan kepalanya, namun tiba-tiba menjadi gelagapan saat pria kecil di depannya menangis dengan kencang, serta merentangkan kedua lengannya ke arah gun dengan wajah yang seolah mengatakan....

'Ambil aku daddy....'

Gun menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan pikiran konyol yang melintas di otaknya. Jangan sampai pria di depannya tau dengan apa yang ia pikirkan, jika tidak ingin mendapatkan sanksi dari pria imut namun galak itu.

"Huaaaaaa......!!!" Plan kembali mengeraskan tangisnya saat melihat gun yang tidak bergerak mendekatinya dan masih berdiri di tempatnya.

Tersadar dari ketertegunanya, gun dengan cepat mendekati pria mugil itu, dan dengan ragu-ragu mulai merengkuh plan ke dalam pelukannya.

"A-apa yang terjadi mr.plan, kenapa kau berada di luar tengah malam begini?" Tanyanya, sambil mengelus-elus punggung kecil itu.

"Huhuhu....mau ketemu mean hiks" ucap plan masih dengan sambil menangis.

Gun tertegun, rasa takut mulai menghinggapinya. Ada apa dengan pria ini, bukankah kata perth ia telah berhasil mempengaruhi plan untuk tidak mendekati mean. Lalu kenapa pria itu tiba-tiba ingin bertemu dengan mean di tengah malam begini, dan jangan lupakan angin kencang juga gerimis yang telah membasahi sebagian baju yang mereka kenakan.

"Ke-kenapa ingin bertemu dengan mean malam-malam begini? Bukankah-..." ucapan gun terhenti saat plan mulai protes dengan pekikan yang tidak ingin di bantah.

"MAU MEAN, MAU KETEMU MEAN SEKARANG JUGA..!!"

"ba-baiklah.... aku akan mengantarmu" ucap gun pada akhirnya menyetujui.

Gun mulai membantu plan dari dudukan di batu beraspal, dan mulai menyadari bahwa pria mungil itu tidak memakai alas kaki. Dan yang semakin membuat pria itu khawatir adalah, jempol kaki plan yang terluka dan mengeluarkan darah di ujungnya.

"Mr.plan.... di mana alas kakimu?" Tanyanya.

"Tinggal" jawab plan singkat.

"Kenapa bisa tinggal, lalu kakimu kenapa terluka?" Tanya gun kembali.

DING DONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang