bab-2

19 5 7
                                    

"dasar nenek sihir mau apa dia, datang kekamarku dengan menggebrak pintu" omelku dalam hati. dia menatapku dengan tajam, dia pikir tatapan seperti itu mampu membuat seorang Carla takut jawabanya tidak.

"Heh anak jalang turun bawah pekerjaan lo itu banyak, malah enak-enakan molor lu, dasar anak tak tahu diri, cepat sekarang turun" ucapnya membuatku enek banget sumpah.
tanpa tunggu lama Akupun beranjak dan bersiap turun.

sungguh aku terkejut melihat semua ruangan berantakan banyak gelas piring berceceran dimana-mana, dan tak lupa bau aneh apa ini menyengat dihitung ku. (anggap aja bau alkohol ya soalnya saya gak tau alkohol baunya seperti apa hehe).

setiap hari minggu Dimana semua orang libur sekolah, bersantai dan beristirahat, disinilah aku mengerjakan rumah tangga layaknya seorang pembantu di rumahku sendiri.

nasibku tidak disekolah tidak dirumah sama saja selalu dianggap sampah.

aku menguatkan diriku sendiri untuk menerima semua kenyataan pahit ini.

tak terasa siangpun tiba,Dimana aku baru menyelesaikan semua pekerjaan baktiku yang tak menghasilkan uang bahkan dikasih makan saja belum.

"hup"kuhempaskan napas kasar berkali-kali,keringat bercucuran kuhapus keringat dikeningku.

"kurasa semua sudah beres" kataku pada nenek lampir, eh bukan nenek sihir yang menyisir keluargaku jadi berantakan.
"Hmmm" dia menjawab dengan deheman saja,pandangannya tetap pokus pada ponsel yang ia pegang.

aku beranjak pergi dari hadapannya, kubuka pintu kamarku masuk dan kututup kembali.aku langsung membersihkan tubuhku yang penuh keringat,berandam dalam bak mandi,menghirup aroma sabun lavender yang menyegarkan.

15 menit dikamar mandi,membuatku lebih pres.

ruang makan
kulihat tidak ada apa-apa di meja makan, kubuka kulkas dan mengambil bahan yang batuhkan,memasak dan memakannya,selesai aku langsung pergi.

sampai halaman rumah pemandangan tak enak dipandang,kulihat si nenek sihir sedang bercumbu mesra dengan selingkuhnya, aku melewatinya begitu saja.

taman
aku ketaman mengistirahatkan tubuhku dengan duduk dibangku,aku menatap lurus kedepan,aku menangkap sosok wanita dengan baju putih panjang dipohoh,dia tersenyum menyeringai kearahku, aku pura-pura tidak tahu.

"kau pasti melihatku, kau bisa melihatku"ucapan yang terdengar seperti terbawa angin.

aku beranjak pergi,aku menunduk setiap perjalanan,aku tak ingin melihat kedepan apalagi ke belakang dia sudah pasti mengikutiku.

Braak

aku menubruk sebuah pintu tanpa pikir panjang aku masuk kedalam rumah, aku naik keatas tangga,aku membuka pintu kamar dan menutupnya kembali.

"hihihi sedang apa kau ditempatku hahaha" tiba-tiba angin berhembus kencang membuatku hampir Terjatuh, aku menajamkan penglihatanku untuk menatapnya.

sosok kuntilanak duduk dijendela dengan kaki diayun-ayunkan , mata merah menyala,bibirnya yang sobek tersenyum lebih tepatnya menyeringai kearahku.

wajah rusak tak berbentuk seperti terlindes,wajahnya berdarah,darah menetes dari sudut bibirnya.

tangannya yang remuk penuh dengan darah teulur maju menunjukku,terlihat kuku-kuku panjang yang melengkung

"kedatangmu mengusik diriku, rupanya kau sudah bosan hidup manusia" ucapannya  aku berusaha untuk tidak takut sedikitpun.

"maaf, aku akan pergi sekarang" ucapanku,sebelum kakiku melangkah dia sudah berada tepat didepanku,aku kaget bercampur takut,dia mencekikku

PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang