[15]. Ramadhan Pertama di Mesir

2K 200 2
                                    

Bissmillahirrahmanirrahim

~Muhasabah Cinta~

***
Happy Reading!

25 April 2020

Dear Diary ...

Ramadhan Tahun ini, Aku jauh dari keluarga. Jika tahun lalu aku melaksanakannya bersama-sama, tapi tahun ini, hanya ada aku dan Zahira saja disini. Ini pertama kalinya Aku melaksanakan puasa di kota Mesir ini. Jika tahun lalu Aku selalu dibangunkan oleh Bunda, tapi sekarang Aku harus bangun sendiri dan memasak sendiri pula.

Namun, Aku juga bahagia. Bisa merasakan Ramadhan di Mesir. Alhamdulillah... Allah mengabulkan doaku.

-Anastasya Putri Alisya Firdaus-

Hari-hari telah berlalu, kini sudah waktunya bulan suci yang penuh ampunan itu tiba. Namun, kali ini berbeda dengan tahun lalu. Jika tahun lalu, Tasya melakukannya bersama dengan keluarga besarnya, tapi kali ini dia melaksanakannya bersama sahabatnya, Zahira.

Ramadhan pertama di Mesir untuk seorang Anastasya, bukanlah hal yang sulit dia lakukan. Hanya saja, jika bersama keluarganya dia akan selalu dibangunkan oleh bundanya saat sahur. Namun, kali ini dia yang harus bangun dan menyiapkan makanan untuk sahur.

Seperti sekarang, Tasya dan Zahira sedang memasak di Asrama. Karena di Asrama juga memiliki sebuah dapur untuk para mahasiswi agar tak selalu membeli makanan diluar.

"Sya, ini garamnya sudah belum?" tanya Zahira saat dia mengaduk sayur tumis.

"Belum Zah, garamnya sedikit saja, biar tidak terlalu asin yah," kata Tasya menimpali perkataan Zahira. Zahira mengangguk dan memasukkan garam secukupnya.

Sedangkan Tasya, dia sedang memasak daging Ayam.

Beberapa menit kemudian, masakan yang mereka buat sudah masak. Mereka menatanya di meja. Asrama di Mesir ini memiliki banyak kamar untuk para mahasiswi, namun Tasya dan Zahira mereka sekamar berdua.

"Sya, kamu pimpin doanya yah," ucap Zahira setelah selesai menyiapkan hidangan makan sahur.

Tasya mengangguk. "Iya Zah," katanya sambil menengadahkan tangannya dan berdoa. "Aamiin."

***

"Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i fardhi syahri ramadhana haadzihis sanati lillahi ta'ala," ucap Gibran.

"Aamiin..."

Selama dua tahun dia berada di Mesir, Gibran dan Faisal selalu bersama. Puasa untuk kedua kalinya pun bareng bersama Faisal di Kota Mesir ini.

Gibran masih memiliki waktu dua tahun lagi di Mesir untuk menuntaskan thesisnya. Besar harapan Gibran, dia bisa cepat menyelesaikan thesisnya itu.

"Sal, ente kan udah lama banget nih kenal sama ane, ente gak ada cewe gitu yang deket sama ente," tanya Gibran saat sudah menyelesaikan makan sahurnya.

Faisal yang sedang menyusup teh hangatnya, ia dengan cepat menaruhnya diatas meja. Mengelap ujung bibir dengan tangannya.

"Gib ... Gib ... ente tau sendiri lah, ane orangnya tertutup. Ane enggak berani buat nyatain perasaan ane ke dia," kata Faisal. Memang, Faisal ini orangnya pemalu, bukan malu-maluin. Dia termasuk lelaki yang gengsinya tinggi.

Muhasabah Cinta [SUDAH TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang