[29].~Jodoh Pasti Bertemu~

1.6K 173 5
                                    

Bissmillahirrahmanirrahim

"Sejauh apapun jarak memisahkan, jika jodoh pasti akan saling bertemu."
-Gibran Hafiz Hanafi-

Muhasabah Cinta

Play Music!

***

Gibran membanting tubuhnya diatas kasur miliknya. Menatap langit-langit kamarnya, dia berpikir sejenak. Entah mengapa hatinya kembali ragu untuk menerima perjodohan papanya. Dia merasakan ada yang mengganjal dihatinya.

Apakah perasaan ini masih untuknya Ya Rabbi ...?

Jika memang dia adalah jodoh hamba, maka dekatkanlah kembali padanya.

“Papa mau bicara apa yah?” tanyanya pada dirinya. Kemudian, dia bangun dari tidurnya. Memutuskan untuk membersihkan badannya, karena tadi dia terkena air hujan.

Gibran berharap, papanya tidak memaksakan dirinya untuk menerima perjodohan itu. Sebab, hatinya tidak bisa menerimanya. Karena ada hati yang harus dia jaga, dia adalah Anastasya. Gadis bercadar yang telah mengambil hatinya. Gadis itu juga yang membuat hidup Gibran menjadi lebih berwarna.

Gibran menatap wajahnya didepan wastafel kamar mandinya. Mengusap wajah dengan kasar.

“Apa yang harus saya lakukan, saya bingung dengan situasi seperti ini,” ucap Gibran pada dirinya sendiri. Dia bingung kala memikirkan masalah hidupnya.

Tok... tok...

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Gibran. Lantas dia keluar dari kamar mandi.
Dia melihat sang mama sedang duduk ditepi kasurnya.

“Mama,” ujarnya sambil menghampiri mamanya.

“Gibran, papa ingin bicara sama kamu,” kata Mama pada Gibran. Sedangkan Gibran memikirkan perihal perjodohan sang papa.

“Tentang perjodohan itu lagi?” Gibran tahu, pasti papanya ingin membicarakan perihal perjodohan itu lagi.

Mamanya mengelus pundak sang anak. “Coba kamu dengarkan apa yang papa kamu bicarakan, barang kali ada hal lain selain perjodohan” balas mamanya menenangkan Gibran.

“Hal lain apa Ma? Bukankah Papa menginginkan Gibran untuk menerima perjodohan itu?” tanya Gibran.

Mamanya diam sambil menatap mata sang anak. Lidya juga tidak bisa memahami sang suami, karena sekalinya Zayn berkata ini, harus ini. Tidak bisa di ganggu gugat.

“Nak, mama sudah bicarakan pada papa, semoga saja papa berubah pikiran yah,” kata mama sambil mengelus lengan Gibran.

Gibran tersenyum kala mendengar itu, semoga saja papanya berubah pikiran. “Terima kasih ma,” kata Gibran sambil memegang tangan sang Mama.

“Yaudah yuk, kita turun,” ajak mamanya Gibran hanya mengangguk.

Kini, mereka bertiga sudah berada di ruang keluarga. Memang hanya mereka bertiga yang berada dirumah, sedangkan adiknya Gibran kuliah di luar negeri. Hanya ada beberapa pembantu di rumahnya.

“Ehmmm...” Zayn berdehem sambil mengubah posisi duduk menjadi tegap.

Sedangkan Gibran, hanya menatap sang papa.

“Gibran..,” panggil Zayn pada Gibran.

“Iya Pa?” jawab Gibran menatap sang papa.

“Papa sudah menetapkan keputusan ini, bahwa Papa...” kata Papanya menggantung perkataannya.

Muhasabah Cinta [SUDAH TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang