[24]. ~Sebuah Takdir~

1.6K 193 12
                                    

Bissmillahirrahmanirrahim

"Jika memang ini adalah sebuah takdir yang Allah tentukan, aku hanya bisa menerimanya dengan lapang dada."

-Gibran Hafiz Hanafi-

~Muhasabah Cinta~

***

Allahu Akbar Allahu Akbar
Laa Ilaaha Illallah huwallahu akbar
Allahu akbar wa lillah hilhamd.

Gema takbir terdengar di seluruh penjuru, sorak ramai Negara Mesir yang merayakan hari raya Idul Fitri membuat Tasya teringat keluarganya. Setelah mengikuti salat 'ied di Masjid Al-Azhar, Tasya dan Zahira kembali ke asrama mereka.

Hari raya yang tak seperti biasanya. Jika tahun lalu, Tasya bersama keluarganya, maka tahun ini dia merayakan di negeri piramid bersama sahabatnya.

Dia teringat Ayah, Bunda dan Aidar di Indonesia. Lebaran ini dia tidak pulang, karena beberapa hari lalu Tasya baru saja kembali setelah kepergian Hikam.

Tentang Hikam.

Tasya jadi sering terlihat sedih, dia selalu menangis dalam sepi. Setiap salat Tahajjud, dia selalu menumpahkan segala isi hatinya. Kerinduan yang amat besar, membuat Tasya selalu mencurahkan semuanya. Dia ingin bertemu dengan Hikam, tapi itu tak bisa dan takkan mungkin pernah bisa.

Hikam telah pergi menghadap sang Illahi.

Dia harus bisa tegar menerima kenyataan pahit ini. Dia harus ikhlas, dia harus sabar. Ya, Tasya harus ikhlas dan sabar. Mungkin ini memang sudah jalannya.

"Sya!" panggil Zahira sambil menepuk punggungnya.

Seketika Tasya terkesiap. "Eh, kenapa Zah?" tanya Tasya menyadari ada Zahira di sampingnya.

"Kamu melamun?" tanya Zahira ketika melihat raut wajah sahabatnya yang nampak bersedih.

Tasya hanya diam. Memandang indahnya langit yang di hiasi awan putih.

"Sudah Sya, jangan terlalu di pikirkan kak Hikamnya. Kasihan lho dia, masa kamu belum ikhlas, nanti dia nggak tenang disana" kata Zahira mengingatkan.

Benar kata Zahira, dia harus ikhlas. Mungkin sulit untuk melupakan sosoknya. Dia selalu teringat ucapan Hikam yang lemah lembut, tutur kata yang sopan, dan yang paling Tasya rindukan adalah suara lantunan kalam cinta Allah yang selalu keluar dari bibir Hikam. Dia sangat merindukan suara merdu itu. Suara yang membuat hatinya damai saat mendengarnya.

"Zah, kenapa aku selalu teringat kak Hikam, padahal aku udah berusaha buat ikhlas, tapi itu sulit untukku Zah," kata Tasya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia menengadahkan kepalanya agar air matanya tak luruh.

"Aku harus gimana Zah?" tanyanya pada Zahira.

Dia juga ingin melupakan Hikam, agar Hikam tenang disana. Dia juga ingin ikhlas, tapi rasanya sulit sekali. Ikhlas itu mudah diucapkan, tapi susah untuk dilakukan. Kenapa? Karena Ikhlas itu harus benar-benar dari hati. Ikhlas itu bukan hanya sekadar ucapan, tetapi perbuatan. Ikhlas yang seharusnya kita ucapkan dalam hati, bukan pada lisan.

"Ikhlas Sya, kamu harus ikhlas akan kepergian kak Hikam," jawab Zahira menenangkan Tasya.

***

Muhasabah Cinta [SUDAH TERBIT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang