Follow. Vote. Komen. Share yuuuw
🍃
"Intinya sama, ada hujan yang turun ke bumi dan ada air mata yang jatuh di pipi."
-Naila Izzati-
Jepara,
Pagi ini daerah perkomplekan ramai dengan ibu-ibu membeli sayur pada penjual sayur keliling. Mereka mengerubungi gerobak laki-laki itu sambil memilah-milah sayuran yang akan mereka beli.
"Eh, Naila kok nggak kapok sih ngurusin Fatan. Masak kemaren malem suamiku liat Fatan mabuk berat. Teler." seorang wanita yang kemungkinan memasuki usia kepala tiga itu mulai berbicara.
Sudah lama mereka membicarakan tentang ini. Jauh sebelum Fatan begini, suka mabuk, pulang malem.
Dulu bahkan mereka membicarakan bahwa Fatan itu anak pendiem yang nggak tahu menahu tentang dunia luar. Kerjaannya di rumah mulu.
Dan sekarang Fatan berubah. Oh, sungguh Naila menyesali perbuatan Fatan kali ini. Fatan berubah menjadi buruk.
"Heh, biasalah. Anak nggak punya orangtua yah gitu," lanjut wanita disampingnya yang di ketahui tetangga dekat rumah Naila, Bu Rejo.
Omongan ini mungkin terlihat asik untuk di bicarakan sehingga banyak ibu-ibu lainnya mulai menyahut dan menggosipkan. "apalagi si Izal itu yah jarang pulang. Nggak pernah merhatiin palingan."
"Ya tau sendiri, hidup tanpa orangtua yah pasti nggak bener gitu,"
"Udahh. Pagi-pagi ngomongin orang. Pamali." ujar Bang Torik selaku penjual sayur memperingati para wanita yang ada di depannya.
"Yee itu sih emang fakta. Bang Torik sih nggak pernah liat kelakuan Fatan."
Samar-samar Naila mendengar kembali bisik-bisik yang tetangganya omongkan. Fatan yang lebih jalan dua langkah darinya itu hanya acuh. Ia menulikan pendengarannya. Sedangkan Naila menggeram kesal namun sebisa mungkin ia tahan dalam hati.
Sehingga keduanya berlalu melewati segerombolan ibu-ibu yang sedang menggosip.
"Embak kesel, tapi jangan di masukin hati yah. Buktiin aja kalo kita bisa hidup sebaik mungkin tanpa orangtua."
"Bodo."
Naila menghela napas panjang. Ia mulai mensejajarkan langkahnya pada Fatan.
"Kamu emang nggak punya orangtua, tapi kamu punya Embak."
Fatan hanya menghiraukan ucapan Naila. Tanpa menoleh seseorang yang sedari tadi mengajaknya berbicara.
"Belajar yang rajin," ucap Naila ketika Fatan berbelok menuju kelasnya.
---
Jepara,
"Bang Romii?!" seru ketiga perempuan yang menurut Romi ini seperti tante-tante. Lihatlah, mereka ini mau ngampus atau mau pamer tubuh. Baju ketat dengan warna cemerlang. Wajah di coret-coret menor yang intinya nggak sesuailah dengan kondisi mereka yang masih dikatakan sebagai mahasiswa.
"Apaan?" Romi membalikkan badannya mendengar seruan tadi.
"Minta foto dong,"
Pemuda yang diketahui bernama Romi itu hanya memutar bola matanya malas. Sudah berapa gadis mengajaknya berfoto hari ini. Semacam artis dadakan ketika melewati sekumpulan gadis-gadis yang bermake-up tebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heii Tunggu Sebentar ! [Hiatus]
Подростковая литератураSlow Update] [Bisa follow akun-ku? Tapi terserah deh, aku nggak maksa kok] Ig : @rnda_els24 Dingin, Kata itu sangat tepat untuk mendefinisikan seorang gadis cantik berkerudung bernama Naila Izzati. Gadis yang sudah 15 tahun menjadi yatim piatu ini...