HTS---1

105 9 0
                                    

Follow. Vote. Komen. Share yuuuw
🍃

Semoga pandemi ini cepat berlalu
Biar kita bisa beraktivitas seperti sedia kala
Semoga doa-doa kita terkabul
Amiin




"Tok tok tok,"

Sayup-sayup Naila mendengar suara ketukan berasal dari pintu depan. Naila yang sedang menyalin catatan tugasnya itu pun menyerngit. Seingatnya Fatan memang belum pulang. Padahal waktu sudah menunjukkan ba'da isya'.

Ia menutup bukunya dan langsung bergegas menuju pintu untuk membukanya.

"Nai," samar-samar ia mendengar suara. Bukan, itu bukan suara Fatan. Naila mencoba membukanya dan ketika melihat siapa yang ada di depannya ini, ia berjengit ke belakang. Kaget.

"Saya tadi lihat Fatan teler di tengah jalan, kelihatannya mabuk," ia mengamati lekat adik satu-satunya ini sedang dalam keadaan tak sadarkan diri. Terbukti aroma alkohol yang menyeruak ke dalam indra penciumnya.

Fatan diantar oleh salah satu tetangga Naila yang kemungkinan yang menemukan Fatan.

"Eh Pak Rudi, maaf ngerepotin," Naila mengambil alih Fatan dari lelaki yang di ketahui bernama Rudi itu.

Dengan susah payahnya ia merangkul tubuh Fatan yang terbilang lebih besar dari tubuhnya. Walau kenyataannya Fatan adalah adiknya tapi Fatan malah terlihat seperti kakaknya.

"Nggak papa mbak, harus ekstra jaga Mbak. Anak seusianya Fatan itu lagi suka-sukanya nyari pengalaman. Pengalaman baik mah gapapa, nah ini bisa jadi buah bibir warga ini," ujar Rudi memperingati Naila.

"Sekali lagi makasih pak," lelaki itu berlalu setelah mengucapkan salam.

Kemudian Naila berbalik dengan Fatan yang masih menggumamkan sesuatu yang tak jelas.

Fatan ambruk tepat di depan pintu, "ayo bangun, Fatan?!"

Naila berkacak pinggang. Sudah beberapa kali Fatan seperti ini.

"Ehhhrggg," ia masih saja bergumam. Menghiraukan kemarahan Naila.

"Bangun Fatan, ini udah berapa kali kamu kayak giniii. Embak nggak mau kamu salah pergaulan, Fat."

Naila menyeret adik laki-lakinya itu ke kamar mandi. Mengguyurnya dengan air agar kesadaran Fatan cepat kembali.

Remaja yang baru menginjak kelas satu SMA itupun hanya bisa menggeram atas perlakuan kakak perempuannya itu.

"Ayo bangun, sebelum Mas Izal pulang. Kamu mau kena pukul lagi?"

"Heeeeng, biarinnnnn,"

"Jangan gini dong Fat, ayo bangun." setelah jiwanya mulai tersadar kemudian Fatan beranjak bangun dan menuju kamarnya dengan diikuti oleh Naila.

"Langsung pakek baju, nanti masuk angin," ucapan Naila hanya angin belaka menurut Fatan. Kakaknya ini terlampau cerewet.

Tak lama setelah itu, terdengar suara seorang pemuda mengucap salam di depan pintu. Naila langsung bergegas menuju kesana untuk membukakan pintu.

Dan ternyata pemuda tersebut ialah Rizal atau yang lebih akrab dipanggil Mas Izal---kakak Naila dan juga Fatan.

Naila berjalan mengekor di belakang Izal. Sesekali Izal menanyakan keadaannya atau keadaan Fatan, seperti Fatan sudah pulang? Atau sudah makan? Naila menjawab seadanya.

Dan perkara Fatan mabuk lagi, Naila terpaksa membohongi Izal. Ia takut kakaknya ini memukuli kasar Fatan seperti beberapa hari yang lalu ketika Fatan pulang dalam keadaan mabuk berat seperti tadi.

Heii Tunggu Sebentar ! [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang