6.Dess Camp

149 93 8
                                    

Bumi itu berputar ada saat nya kita berada di atas dan di bawah.
Sama hal nya dengan perasaan ada saatnya kita untuk mengutarakan dan untuk memendamnya. -Jeno Ardiansyah

Cahaya  sang Surya. Menyengat kulit dua insan yg sedang menjalani hukuman nya. Canda tawa selalu mengiringi mereka di mana pun. Bahkan sedang panas panasan mereka masih bisa bergurau.

Lama semakin lama panasnya matahari semakin terasa membakar kulit mereka. Yg mengakibatkan cucuran keringat terus terjun dari dahi mereka.

Penyesalan memang datang selalu terakhir. Tapi. Apa boleh buat. Mereka tak bisa menentang takdir yg sudah di tetapkan.

Xiyeon yg sedang melayangkan pandangan nya entah kemana tiba tiba pandangan nya tertuju pada satu insan yang di juluki Prince of the school. Ya, siapa lagi kalo bukan kaka kelas nya si pipi bolong Jaehyun.

Terlihat di mata Xiyeon, Jaehyun sedang berjalan di lantai dua. Tepatnya di area kelas 11 IPS. Pandangan nya lurus, tak lupa ia sering mengumbar senyum manis nya kepada setiap insan yg ia temui.

Karena Xiyeon keenakan memandang Jaehyun sehingga ia tak sadar selama ini Jaehyun juga sedang menatap nya kembali. Terlukis senyuman tipis di bibir Xiyeon.
Petikan jari dari Jeno berhasil menyadarkan nya dari alam lamunan.  Sedikit kesal namun di tambah rasa malu juga. Xiyeon tertunduk.

"Woy. Lamunin siapa lu? Ngeri kesambet gua." Jeno yg memperhatikan Xiyeon sedaritadi merasa heran teman nya sedang melamun dan tiba tiba senyam senyum. Kan ngeri kayak Film sajen.

Terbesit di fikiran Xiyeon untuk menjahili teman satunya ini.

"Hihihihi. Hahahaha. Hahaha." Xiyeon terus tertawa seperti orang kesurupan. Matanya terpejam tapi tangannya seolah olah mencakar cakar mukanya sendiri.

"Woy woy kaga lucu anjir." Sepertinya Xiyeon berhasil. Terlihat di muka Jeno, ia sedang panik di tambah khawatir terhadap teman nya satu ini. Ia ingin saja berteriak dan memanggilkan salah satu nama guru agar segera meruqiah Xiyeon.

"Hahaha. Hahaha. Hihihi." Xiyeon yg merasa senang terus menanmbahkan sensasi horor nya. Namun Jeno sepertinya tak ada cara lain. Ia mulai berkomat kamit layaknya orang pintar. Tak lupa juga  membaca bacakan salah satu surat surat Al-qur'an. Termasuk ayat kursi.

"Sok siah. Jurig timana siah. Ngomong! sok jurig dimana?. Hayang naon? Gehu Udin? Janda budak tilu?. Ku aing banjur ku cai cabe geura. (Siapa kamu. Setan dari mana kamu? Cepet bicara! Setan dari mana? Mau apa? Gehu Udin? Janda anak tiga? Disiram pake air cabe nih)."

Xiyeon merasa puas dengan akting nya. Mungkin dia berbakat sebagai aktris  film horor. Xiyeon mengubah ekspresi mukanya. Ia melirik kearah Jeno namun matanya terbuka lebar. Dengan senyuman yg lebar dengan gigi agak terlihat.

"Aing mah hayang getih maneh weh. (Saya mau darah kamu aja) Hihihihi."
Tawanya kembali muncul di akhir kalimat yg berhasil membuat bulu kuduk Jeno merinding.

"Anyiing emakk. Beneran ie mah." Jeno yg tadinya terlihat seperti Singa mendadak berubah 100% jadi kucing jalanan. Jeno merengek rengek meminta pertolongan. Teriakan nya berbuah hasil. Ia mendapatkan Kak Jaehyun yg sedang berjalan ke arah nya.

"KAK JAEHYUN! XIYEON KE.. Hmmpp...hmpp...." Jeno yg hendak meminta bantuan dan berteriak sekeras mungkin agar bisa di selamatkan. Namun nihil. Xiyeon yg menyadari Jaehyun yg sedaritadi menuju ke arah mereka, segera ia membekap mulut Jeno walau harus agak jinjit, untuk mengurangi frekuensi suara yg di hasilkan. "Berisik bego!." Sebisa mungkin Xiyeon mengecilkan suaranya agar tak terdengar oleh Jaehyun.
Setelah mendengar Jeno sudah tenang   Xiyeon melepaskan bekapan nya terhadap Jeno. Dan meperin tangan nya ke seregam Jeno yg di anggap bau jigong.

LOVE SCENARIO | JENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang