Chapter 1 : Pesta Tahun Baru 2020

866 34 17
                                    

Tahun baru 2020 telah datang. Tepat pukul 00.00, kembang api diluncurkan. Kami semua menikmati keindahan kembang api malam ini.

“Julian, kembang apinya indah banget ya!”

“Iya, indah apalagi aku menyaksikannya bareng kamu,” jawabku sambil mengacak rambut Jovita.

“Mulai gombalnya,” respon Jovita sambil tersenyum.

“Jovitaku, yuk makan!”

“Boleh, yuk!”

Kami berdua pun menghampiri Pak Anwar yang sedang memanggang sosis.

“Pak Anwar, tolong buatkan sosis panggang 10 tusuk ya!”

“Siap, Tuan Julian. Tunggu sebentar ya! Saya buatkan dulu.”

Kami berdua pun duduk di kursi taman yang telah disiapkan.

“Banyak amat 10 tusuk. 10 tusuk buat kamu?”

“Nggak lah. 5 tusuk buat aku, 5 tusuk buat kamu.”

“Oh, kirain buat kamu semua. Malam ini dingin ya! Aku kedinginan.”

“Nih kamu pakai jaket aku. Biar kamu tidak kedinginan.”

Aku membuka jaketku. Kemudian kuserahkan jaket tersebut kepada Jovita.

“Makasih, Julian,” jawab Jovita sambil mengenakan jaket yang telah aku berikan.

Tak lama, Pak Anwar memanggilku.

“Tuan Julian, ini sosis panggangnya sudah selesai.”

Aku beranjak dari kursi menghampiri Pak Anwar.

“Terima kasih ya, Pak Anwar!”

“Sama-sama, Tuan.”

Aku pun mengambil sosis panggang yang telah dibuat. Setelah itu, aku kembali ke Jovita.

“Nah, sosis panggangnya sudah jadi. Sekarang kita makan ya! Oh iya, malam ini aku mau disuapin kamu dong!”

“Dasar manja. Makan sendiri atuh.”

Please, aku ingin disuapin kamu.”

“Ya sudah, aku suapin. Nih makan,” jawab Jovita sambil menyuapi aku.

“Nah, gitu dong. Hmm, enak sosisnya. Nih, kamu juga makan. Biar aku suapin.”

“Terima kasih, Julianku.”

Kami akhirnya bersuap-suapan.

“Jovitaku, aku bahagia sekali malam ini bisa berduaan sama kamu. Semoga kita bisa terus begini ya!”

“Aku juga bahagia bisa berduaan sama kamu. Amin.”

Beberapa jam kemudian, acara tahun baruan telah selesai. Teman-teman yang lain mulai berpamitan.

“Jul, gue sama Anes pamit dulu ya!” pamit Andrew.

“Oh, mau pulang sekarang?”

“Iya nih, gue sudah ditelepon sama Papa,” jawab Andrew.

“Ya sudah, kalian hati-hati ya!”

“Aku pamit ya, Julian, Jovita!” pamit Anes.

Andrew dan Anes pulang setelah berpamitan dengan kami. Tak lama, Om Jovan memanggil Jovita. Kami berdua langsung menghampiri Om Jovan yang sedang mengobrol dengan papa.

“Steve, Julian, kami pamit dulu ya!” pamit Om Jovan.

“Terima kasih sudah menyempatkan hadir,” jawab papa.

“Julianku, aku pamit dulu ya!” pamit Jovita.

“Iya, Jovitaku. Hati-hati di jalan!”

Keluarga Jovita kembali ke mobilnya dan mulai meninggalkan rumahku. Setelah mobilnya tak terlihat aku memutuskan untuk masuk ke dalam.

“Pa, Julian masuk dulu ya! Mau istirahat, Julian lelah.”

“Oke. Papa mau bantuin Mama beres-beres dulu. Kamu istirahat saja.”

“Iya, Sayang.  Biar kita yang beres-beres kamu istirahat ya!”

Aku masuk ke dalam dan langsung masuk ke kamarku. Sesampainya di kamar aku langsung mengganti pakaianku. Setelah berganti pakaian,  aku membaringkan diri di ranjang. Aku mengambil ponselku yang kutaruh di nakas.  Aku mengirim pesan kepada Jovita.

“Jovita, selamat tidur ya! Terima kasih buat hari ini.” (sambil mengetik)

Tiba-tiba bercak darah menetes tepat di layar ponselku. Kepalaku juga terasa sedikit pusing.

“Darah? Aku mimisan lagi?”

Aku langsung mengambil tisu untuk membersihkan darah di hidungku. Entah kenapa, akhir-akhir ini aku sering sekali mimisan. Badanku juga sering sekali terasa lemas. Setelah mimisannya berhenti, aku memutuskan untuk tidur.

“Selamat malam, Jovitaku.”

Bersambung...
©2020 By WillsonEP
Ebook Version

Julian & Jovita 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang