Hari ini adalah hari Kamis. Setiap Kamis, kelasku ada pelajaran olahraga. Setelah para murid berganti baju, kami pun berkumpul di lapangan. Sesampainya kami di lapangan, Pak Sugandi, guru olahraga kami sudah menunggu di tengah lapangan.
“Kalian itu, ganti baju lama sekali. Lihat, sekarang jam berapa? 11.55, kalian telat 5 menit datang ke sini. Karena kalian telat, saya hukum kalian semua lari 10 keliling. Semuanya siap?”
Prit, Pak Sugandi meniup pluit.
Kami pun mulai berlari. Di putaran ke-8, aku melihat Julian sudah mulai kelelahan.
“Julian, kamu masih kuat?” tanyaku sambil terus berlari.
“Kuat, Jovitaku.”
“Masa? Aku lihat kok kamu kelelahan sekali.”
“Perasaan kamu saja.”
Di putaran ke-9, Julian terjatuh dan tidak sadarkan diri. Pak Sugandi langsung berlari dan meniup pluit menyuruh semuanya berhenti.
“Kevin, Andrew. Tolong bantu saya bawa Julian ke UKS.”
“Baik, Pak!” jawab Kevin dan Andrew kompak.
Julian pun dibawa ke UKS. Aku pun langsung mengikuti mereka ke UKS. Aku khawatir.
“Dok, ini Julian kenapa ya? Tiba-tiba dia pingsan.” tanya Pak Sugandi panik.
“Wajahnya pucat sekali, sebaiknya Julian langsung dibawa ke rumah sakit terdekat,” jawab dokter jaga.
“Kevin, kamu bawa mobil kan?” tanya Pak Sugandi.
“Bawa, Pak,” jawab Kevin.
“Kamu dan Andrew bawa Julian ke rumah sakit. Bapak harus ngurusin yang lain dulu. Mau ngasih tugas dulu. Nanti Bapak nyusul.”
“Oke, Pak.”
“Pak, aku boleh ikut ga? Please, aku boleh ikut ya! Aku khawatir sama Julian,” aku memohon pada Pak Sugandi.
“Ya sudah kalian bertiga antar Julian ke rumah sakit. Nanti Bapak nyusul.”
Kami bertiga pun membawa Julian ke mobil Kevin dan mengantarkannya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, Julian langsung dibawa ke UGD.
“Kalian semua tunggu sini, biar saya periksa pasiennya,” ucap dokter.
Dokter masuk ke dalam untuk memeriksa Julian.
<Jovita POV/End>
Dokter Satria pun memeriksa kondisi Julian. Tiba-tiba Julian sadar dari pingsannya.
<Julian POV>
“Saya kok ada di sini, Dok?”
“Tadi teman-teman kamu yang antar kamu ke sini. Katanya kamu pingsan saat sedang olahraga,” jawab Dokter Satria.
“Dok, hasil testnya sudah keluar?”
“Sudah, baru saja saya baca tadi. Hasilnya kurang bagus, Julian. kamu mengidap penyakit yang cukup serius.”
“Saya sakit apa, Dok?” tanyaku.
“Kamu mengidap penyakit leukemia.”
“Apa, Dok? Leukemia?”
“Iya, Julian. Kamu sakit leukemia.”
“Apakah penyakit ini bisa sembuh, Dok?”
“Bisa, Julian. Asalkan kamu mengikuti pengobatan secara teratur, pasti kamu akan sembuh.”
“Dok, tolong rahasiakan penyakitku ini ya! Jangan bilang ke siapa-siapa.”
“Baik, kalau itu mau kamu. Saya rahasiakan. Tapi saya sarankan, orangtua kamu harus tahu tentang hal ini. Saya permisi dulu, mau mengurus pasien yang lain.”
Dokter Satria keluar ruangan. Beberapa saat kemudian, Pak Sugandi, Kevin, Andrew dan Jovita masuk ruangan.
“Gimana kondisi kamu sekarang?” tanya Pak Sugandi.
“Sudah tidak apa-apa, Pak,” jawabku.
“Maafin Bapak. Gara-gara Bapak kamu jadi seperti ini.”
“Ini bukan salah Bapak kok. Ini salah saya, dari tadi pagi saya sudah tidak enak badan.”
“Kenapa kamu tidak izin kalau sakit?”
“Saya pikir saya kuat, Pak.”
“Dasar kamu sok kuat. Kalau sakit, mending ga usah ikut olahraga bikin saya panik.”
“Maafkan Julian, Pak.”
“Ya sudah, lain kali bilang ya! Saya permisi dulu.”
“Oke, Pak.”
“Oh iya, kalian bertiga, Andrew, Kevin, dan Jovita. Tugasnya Bapak tunggu besok. Tugasnya apa tanya temanmu yang lain. Untuk Julian, tugasnya boleh dikumpul Kamis depan. Saya permisi.”
“Baik, Pak!” jawab Andrew, Kevin, Jovita kompak.
“Terima kasih, Pak!” balasku.
Pak Sugandi keluar ruangan.
“Julianku, kamu habis nangis?” tanya Jovita.
“Nggak, tadi kelilipan.”
“Kelilipan gimana? Di sini memangnya berdebu?” tambah Kevin.
“Kamu kenapa? Ada masalah?” tanya Jovita lagi.
“Aku tidak apa-apa, Jovitaku. Aku hanya kelelahan.”
“Ya sudah, syukurlah kamu baik-baik saja. Cepat sembuh, ya!”
“Bro, kami pamit dulu ya! Mau balik ke sekolah lagi. Lu cepat sembuh ya! Ayo, Jov, Kev kita ke sekolah lagi. Oh iya, ini tas lu,” pamit Andrew sambil menyerahkan tas milikku.
“Oh iya, Makasih ya!”
“Sama-sama.”
Mereka pun keluar ruangan. Tiba-tiba, ponselku bergetar. Aku mengambil ponselku di tas.
“Mama? Halo, Ma.”
“Julian kamu tidak apa-apa? Kata bodyguard kamu, kamu sekarang ada di rumah sakit? Kamu kenapa, Sayang?”
“Julian baik-baik saja. Ada yang mau Julian omongin. Mama sama Papa ke sini ya!”
“Iya, Nak. Ini juga lagi di jalan mau ke sana.”
“Oke, aku tunggu.”
Bersambung...
©2020 By WillsonEP
Ebook Version
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian & Jovita 2
Подростковая литератураKisah Julian dan Jovita berlanjut. Tahun baru telah dilewati keduanya. Mereka berharap dapat selalu bersama dan bahagia. Namun, hubungan mereka diuji. Kesehatan Julian memburuk, ia mengidap suatu penyakit yang cukup serius. *** Selesai pesta tahun b...