Keesokan harinya…
Hari ini adalah hari Sabtu. Aku bangun pukul 06.00 pagi. Saat ini, aku masih berada di rumah sakit karena kemarin baru saja menjalani pengobatan pertamaku. Ketika aku bangun tidur, kulihat mama masih tidur nyenyak di sofa yang tersedia. Mama kelihatannya kelelahan. Aku pun mengambil selimut yang aku gunakan untuk menyelimuti mama. Aku mulai menyelimuti mama. Tiba-tiba mama terbangun dari tidurnya.
“Julian sayang, kamu sudah bangun?” tanya mama.
“Sudah, Ma.”
“Kamu ngapain bangun jam segini, ini kan masih pagi? Terus ini selimut kamu kenapa dikasih ke Mama?”
“Hmm, Julian mau ke toilet. Soal selimut, aku takut Mama kedinginan. Julian tidak mau Mama masuk angin.”
“Ya sudah, sana kamu ke toilet dulu. Mau Mama bantu?”
“Tidak usah, Ma. Julian bisa sendiri.”
Aku pun masuk ke toilet untuk menjalani rutinitas pagi hari. Setelah selesai, aku keluar dari toilet.
“Sudah ke toiletnya?” tanya mama.
“Sudah, Ma. Oh iya, Papa mana?”
“Mama juga tidak tahu, mungkin pergi keluar sebentar.”
Aku pun kembali membaringkan tubuhku di ranjang. Aku mengambil ponselku yang kutaruh di nakas dan menyalakannya. Setelah ponselku menyala, aku menerima beberapa notifikasi “Line, Line..” Aku pun membuka aplikasi LINE dan melihat pesan yang baru saja masuk. Pesan dari Eric? Ada apa ya? Aku pun membuka pesan tersebut.
__
Eric Widjaja
Today
Bro, lu gimana kabarnya? 06:30
Sudah mendingan? 06:30
Read 06:31 Sudah membaik, bro! Thx
Syukurlah, kalau sudah mendingan. 06:31
__
Tak lama, papa datang bersama Dokter Satria.
“Selamat pagi, Julian. Bagaimana kondisi kamu sekarang?’ tanya Dokter Satria.
“Sudah mendingan, Dok. Apakah saya sudah boleh pulang, Dok?”
“Sebentar biar saya periksa kondisi kamu dulu.”
Dokter Satria mulai melakukan pemeriksaan.
“Baik, kamu hari ini boleh pulang. Pesan saya, kamu jangan terlalu lelah dan harus banyak istirahat. Satu lagi, kamu tidak boleh ikut pelajaran olahraga untuk sementara waktu. Jumat depan kamu jangan lupa ke sini lagi untuk pengobatan yang kedua ya!”
“Siap, Dok.”
“Ya sudah, saya permisi dulu, mau visit pasien yang lain.”
Dokter Satria meninggalkan ruangan. Kami pun bersiap-siap untuk pulang. Setelah siap, kami pun langsung menuju mobil.
**
Sesampainya di rumah.
“Kejutan!” teriak Anes, Andrew, dan Kevin.
“Welcome home, Julian!” tambah Jovita.
“Kalian ngapain di sini?” tanyaku sambil tersenyum.
“Pengen saja, biar kamu semangat,” jawab Jovita.
“Terima kasih, semuanya!”
“Kita ke sini juga, bawain semua buku catatan hari Jumat sama mau ngasih tahu tugas Olahraga yang disuruh Pak Sugandi kemarin. Nih, bukunya Jovita. Kenapa bukunya Jovita? Karena tulisannya bagus, kalau yang punya gue berantakan,” ucap Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian & Jovita 2
JugendliteraturKisah Julian dan Jovita berlanjut. Tahun baru telah dilewati keduanya. Mereka berharap dapat selalu bersama dan bahagia. Namun, hubungan mereka diuji. Kesehatan Julian memburuk, ia mengidap suatu penyakit yang cukup serius. *** Selesai pesta tahun b...