Hari ini, tanggal 20 Januari 2020. Pukul 09.00 pagi, jenazah Jovan Hartono diberangkatkan menuju tempat pemakaman. Kali ini, Julian dan teman-teman yang lain tidak ikut mengantar karena harus sekolah. Sekitar pukul 10.30, jenazah Jovan Hartono tiba di tempat pemakaman. Prosesi pemakaman pun dimulai. Prosesi berlangsung sekitar 1 jam. Setelah selesai, para pelayat mulai kembali ke mobil mereka masing-masing atau bagi yang tidak membawa mobil mereka kembali ke bus yang telah disediakan.
“Ren, kami berdua pulang dulu ya! Sekali lagi turut berduka cita. Oh iya, Jovita, Om sama Tante pamit dulu ya! Maaf, Julian tidak ikut mengantar,” pamit Steve.
“Makasih sudah mengantar Jovan, suami saya,” jawab Rena.
“Makasih, Om. Tidak apa-apa kan Julian harus sekolah,” tambah Jovita.
Steve dan Novi meninggalkan tempat pemakaman.
“Pa, Papa yang tenang ya! Mama janji akan jagain Jovita dengan baik,” ujar Rena. Rena memeluk Jovita. Rena terdiam sejenak. “Jovita, kita pulang sekarang ya!” ajak Rena.
“Iya, Ma. Ayo, kita kembali ke bus.”
Mereka berdua kembali ke bus. Tak lama, bus tersebut berangkat untuk kembali ke rumah duka. Pukul 13.30, mereka tiba di rumah duka kembali. Para pelayat mulai berpamitan dengan Rena dan Jovita. Setelah semuanya selesai, Rena dan Jovita kembali ke mobil. Bagas dan Irma sudah menunggu mereka di dalam mobil.
“Sudah selesai, Nyonya?” tanya Bagas.
“Sudah, ayo kita pulang sekarang juga!” jawab Rena.
**
<Jovita POV>
Selama perjalanan pulang, suasana mobil hening. Hanya alunan musik dari radio yang terdengar. Tak terasa, pukul 14.30 kami tiba di rumah. Begitu sampai, aku memilih untuk langsung ke kamar untuk bersih-bersih. Setelah selesai, aku memutuskan untuk berbaring di ranjangku.
“Pa, Jovita kangen sama Papa. Kenapa Papa tinggalkan Jovita secepat ini?”
**
“Jovita, bangun. Di ruang tamu ada Julian. Dia mau ketemu sama kamu,” panggil mama.
“Hmm, Julian datang? Kok dia tidak memberi tahu Jovita? Ya sudah, bentar Jovita ke ruang tamu. Jovita mau cuci muka dulu.”
“Ya sudah, Mama mau ke dapur dulu. Mau buatkan minuman buat Julian.”
Mama keluar kamar. Aku beranjak dari tempat tidurku untuk cuci muka. Setelah cuci muka, aku langsung keluar menghampiri Julian. Begitu aku melihat Julian, aku langsung memeluk dia.
“Julianku, kamu tidak akan meninggalkan aku kan?” tanyaku sambil terisak-isak.
Julian terdiam sejenak. “Aku tidak akan meninggalkan kamu, Jovitaku. Aku akan tetap menemanimu di Bumi ini. Kamu jangan sedih lagi ya!” jawab Julian.
“Janji?” tanyaku lagi.
“Janji, Jovitaku. Aku pasti sembuh dari penyakitku ini,” jawab Julian sambil tersenyum. “Oh iya, ini ada bakso buat kamu. Di makan ya!”
“Bakso? Bakso yang waktu itu kamu ajak aku?”
“Iya.”
Tak lama mama datang membawa dua gelas teh dan sebuah mangkok kosong beserta sendok dan garpu.
“Silakan di minum tehnya, Julian. Oh iya, ini mangkok kosongnya.”
“Makasih, Tante,” Julian menyeruput teh yang dihidangkan. Tak lama dia berkata, “Manis.”
“Manis? Perasaan tehnya Tante tidak kasih gula,” tanya mama kebingungan.
“Iya, Tante. Tehnya memang tawar. Jovita yang manis,” jawab Julian santai.
Aku dan mama tertawa mendengar perkataan Julian tadi.
“Bisa saja kamu. Makasih, sudah memuji anak Tante. Oh iya, Julian mau tahu tidak?”
“Tahu apa, Tante?” tanya Julian penasaran.
“Waktu Tante hamil Jovita, Tante suka makan yang manis-manis. Makanya Jovita manis.”
Aku dan Julian tertawa mendengar perkataan mama.
“Serius, Tante?” tanya Julian lagi.
“Ya, nggak lah. Tante bercanda.”
Kami pun kembali tertawa. Terima kasih, Julian. Berkat kamu, aku dan mama bisa tersenyum dan tertawa kembali setelah kepergian papa. Kamu semangat ya! Aku yakin kamu pasti sembuh. Terima kasih juga atas baksonya! Kebetulan aku juga belum makan.
Bersambung...
©2020 By WillsonEP
Ebook Version
KAMU SEDANG MEMBACA
Julian & Jovita 2
Подростковая литератураKisah Julian dan Jovita berlanjut. Tahun baru telah dilewati keduanya. Mereka berharap dapat selalu bersama dan bahagia. Namun, hubungan mereka diuji. Kesehatan Julian memburuk, ia mengidap suatu penyakit yang cukup serius. *** Selesai pesta tahun b...