"Kenapa sih kamu selalu bilang aku pembunuh, emang salahku apa?"Ucap Dinari emosi
"Coba kamu ingat-ingat lagi waktu
malam tahun baru, saat itu kamu berusia 14 tahun."Setelah berkata demikian Dedania pun pergi meninggalkan Dinari
Tiba-tiba aku melamun memikirkan perkataan Dedania dan tak tahu apa maksudnya.
Kini aku melamun memikirkan semuanya,terkadang hatiku mengatakan bahwa itu semua benar namun kenapa itu semua hanya terasa sebuah mimpi.
Hingga pada saatnya aku berjalan didekat danau cahaya malam dan tanpa sengaja aku menginjak sebuah makam tua,yang keberadaannya saja baru aku ketahui sekarang.
setelah aku melihatnya lebih lama tiba-tiba mataku terfokus pada sebuah foto yang tergeletak disamping makam itu.
aku menemukan sebuah foto yang anehnya itu adalah foto ibuku dan dibelakang foto itu tertulis Tanggal kematiannya juga namaku
"Ibu,kenapa foto ibu ada disini? "tanyaku binggung
Seketika Dedania datang dan menghampiriku sambil berkata
"Akhirnya kamu tau juga kebenarannya."Ucapnya sambil menangis
kakiku melangkah mundur menjauhi makam itu dan mataku seakan tidak percaya apa yang telah aku perbuat.
Namun Dedania menarik tanganku dan berusaha untuk mencekikku.
"Dari dulu kamu selalu menyusahkan ibu,setiap kali aku sering mendengar keributan dirumah karena kamu hilang,tetapi ketika kamu ada kamu malah membunuh semua keluargamu, gila kamu Dinari mungkin kalo kamu gak lahir didunia ini ibu masih ada disini."Katanya sambil mencekikku
"Aku minta maaf Dedania,sekarang aku ingat semuanya dan ini tidak seperti perkiraanmu."
"Minta maaf ?tapi kenapa kamu melupakan kejadian yang seharusnya itu gak pernah kamu lupakan,bahkan setiap hari aku tidak bisa tidur nyenyak karena ini, tapi kamu malahan hidup seperti tanpa ada salah."
Dinari berusaha melepaskan tangan Dedania yang mencekiknya dan usahanya pun akhirnya berhasil
"Maaf kalo aku sudah membunuh semua keluarga kita, tapi asal kamu tahu bahwa sebenarnya aku juga merasa kesepian dan setiap malam aku selalu merasa bersalah tapi aku tak bisa mengingat kejadian itu,yang hanya bisa kuingat hanyalah saat-saat dimana aku hilang didanau dan semuanya menyalahkan ibu."
Dedania menanggis dan memeluk makam tua itu.
"Kenapa ini semua terjadi kepadamu ibu."
Tubuhku kini seakan mati rasa dan pikiranku kosong bahkan menangis saja aku tidak bisa,
ini semua terasa seperti sebuah mimpi yang ingin aku lewati dengan segera.
Tanpa berkata apapun lagi aku bergegas pergi meninggalkan Dedania dan menuju kerumah Luis.Hallo semuanya 😇
Terimakasih telah membaca cerita ini, jangan lupa komentar dan ikuti terus alur ceritanya
Karena komentarmu membantu cerita ini untuk maju..