Sepulang dari sekolah, Naya berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan malas. Lelah rasanya setelah tidur di kelas selama seharian penuh karena seluruh guru di sekolahnya melaksanakan rapat mendadak. Ya, dia lelah karena terlalu lama tidur. Akibatnya, sekarang kepalanya terasa pusing. Ya bagaimana tidak pusing? Orang salah sendiri tidur terlalu lama seperti itu. Dasar Naya. Entah Sudah berapa puluh kali Anya membangunkan dirinya. Percuma, dia sudah seperti mayat hidup kalau sudah tertidur.
"Huhhh, pusing pala berbie." desah Naya pelan.
"Ma, naya pulang!" teriak dia pelan karena tenggorokannya terasa sangat kering.
"Berbie udah pulang kok gak ada yang nyambut sih?! Yakin gak ada yang siapin red carpet ini teh?!!" gumam Naya berbicara sendiri.
Tingg..
Notifikasi pesan masuk dari hp Naya.
From : Momski♥
Mama pulang malem.. Ada banyak yg harus mama urusin di restoran.
kamu jngn kmna2! kalo bosen main ke rumah Abi.
Kalo laper masak sendiri ya sayang:)
Dikulkas juga banyak cemilan, tinggal ambil ajah oke? Mwahh 😘.
Naya menghembuskan nafas beratnya.
To : Momski♥
Siap buaji !Disimpan nya kembali hp itu kedalam saku. Dia pun berjalan menuju tangga. Beban dipundaknya terasa sangat berat. Bagaimana tidak? Di dalam tasnya terdapat buku paket geografi yang sangat tebal dan percuma ia bawa karena tidak dipake sama sekali pada hari ini. Naya pun berdecak. Tanpa berpikir panjang . Dia pun menurunkan tas gendong yang berada di pundaknya itu ke lantai. Kemudian, digusurnya tas itu sambil berjalan menaiki tangga. Memang ada-ada saja tingkah nya ini.
Naya berjalan menuju kamarnya, kemudian membuka pintu.
"Wah ! Luar biasa !" dia berdecak kagum. Karena penampakan yang sedang dilihatnya sekarang. Kamarnya sangat rapih, beda dengan tadi pagi —seperti kapal pecah.
"Kasian bi inem" ucap dia sambil melemparkan tasnya yang berat itu ke kasur.
"Harusnya bi inem tuh jangan repot-repot" dialognya sendiri. "Bentar lagi juga bakal aku berantakin loh" ucap Naya santai.
Naya menatap penampakan dirinya di cermin.
"Gila, ternyata bener kata Abi. Gua mirip gembel Hahahah..." Gumam dia membenarkan perkataan Abi sambil mengangguk-nganggukan kepalanya. Aneh nya lagi dia malah tertawa melihat penampilannya sekarang. Dasar gak ada otak.
Rambut cepol yang kacau dan acak-acakan—entah kapan ia mencepol rambutnya, dia saja tidak ingat. Kemudian, muka bantal khas bangun tidurnya yang masih kelihatan —ya, akibat dari tidur terlalu lama tadi. Dasi yang sudah merosot dari tempatnya. Baju seragam yang sudah keluar sebelah dari roknya. Dan resleting rok yang seharusnya berada di belakang, kini berada di samping pinggulnya.
Dia masih menertawakan dirinya sendiri sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya.
Naya masih berdiri di depan cermin. Dia tersenyum sendiri seperti orang gila.
"Gak papa jadi gembel juga, yang penting gue cantik. Pasti ada yang mau mungut gue juga nanti." ucap Naya sambil mengedipkan matanya pada bayangan dirinya sendiri di cermin dan tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE
Teen Fiction"Kenapa lo senyam senyum gajelas kek gitu?!!" tanya Abimanyu menyelidik. "Kinipi li sinyim sinyim gijilis kik giti?!!" timpal Renaya santai dengan wajah tanpa dosa. Sepenggal dialog antara 2 bocah SMA yang masih labil dengan perasaan masing-masing. ...