"Karena sesuatu yang akan merubah dan berubah itu datangnya tiba-tiba tanpa di sangka.
Sang Maha Membolak-balikan hati begitu hebat dalam setiap perannya tanpa kita sadari.
Hiduplah untuk berubah menjadi lebih baik, sehatkan hati dan raga dan Cintai Sang Pemilik diri ini"******
Pagi ini Ricis terbangun lebih pagi dari biasanya, dulu dia bangun jam setengah enam sekarang dia bangun pas adzan subuh berkumandang di masjid kompleknya. Sebuah kemajuan bukan? Hal pertama yang dia lakukan hari ini adalah merayu dan meminta maaf atas ketidak sopananya semalam kepada mamahnya itu, dengan cara membantu mamannya memasak. Yah walau Ricis hanya bisa menggoreng, mengiris bawang, dan merebus kalau itu pun berhasil.
"Mah!"
"Hmm." deheman Mamah masih sibuk berkutat di penggorengan.
"Eh--mm Ricis bantu ya!" ujar Ricis terbata menatap punggung Mamahnya takut jika bantuan Ricis di tolak.
"Hmm!" hmm terus dah itu jawabnya, mau jadi nisa sabyan apa? Hmmmmm hmmmmm. Tapi tak apa, nyonya ratu sudah memperbolehkan Ricis berada di dapur dan 'membantu'.
Ricis pun segera melihat-lihat apa yang perlu di kerjakanya dan menemukan sayur yang belum di cuci, dengan cepat Ricis mengambilnya dan mencuci sayuran hingga bersih tersebut.
Melihat kelakuan anaknya yang tengah mengerjakan sesuatu tanpa perintah seperti biasanya, membuat sang ibu semakin merasa bersalah karena menegur dengan cara menyindirnya di hadapan teman-temannya tadi malam dan bangga karena Ricis sudah punya ke niatan untuk berubah. Alhamdulillah!
"Sudah Mah!" ricis meletakan sayuran di wadah yang bersih.
"Kamu potong aja, Mamah mau buat sayur sop buat Kakak kamu. Dia lagi mual-mual terus dan bilang katanya mau di buatin sayur sop ceker." titah Mamah yang masih sibuk menggoreng ayam, tempe dan tahu.
"Oke." Ricis pun berusaha fokus untuk memulai memotong sayuran di hadapannya, biasanya dia hanya memotong bawang dan berakhir dengan tangisan. "Ini gimana motong sayur kol dan wortelnya?" tanya Ricis lirih dan melirik Mamahnya yang masih sibuk.
Ricis pun mengingat-ngingat ketika dia memakan sayur sop, potongan sayur kol yang berbentuk panjang tapi tidak panjang, sedang atau dadu dan wotel yang diiris dengan ukuran sedang tidak tipis dan tebal. Setelah mengingat Ricis segera memotong sayuran yang berada di hadapannya dengan sabar dan teliti sampai-sampai keringat tipis mulai bersarang di dahinya.
"Sudah?" tanya Mamah menghampiri Ricis dan melihat potongan sayur yang Ricis kerjakan.
"Tuh kamu bisa!" seru Mamahnya mengambil sayuran yang sudah di potong dan Ricis mengucapkan alhamdulilah dalam hatinya. Misi pertama berhasil. Setelah membantu Mamah di dapur Ricis menuju ke kamar mandi untuk mandi lagi dan bersiap-siap mengenakan baju sekolah karena jam menunjukan pukul setengah enam pagi.
****
"La kamu engga gerah gitu make kerudung panjang ditambah ciput?" Ricis mulai penasaran apa jawaban Lala tentang pertanyaannya itu, jika Mamah dan Teh Winda pasti menjawab, 'sudah sepantasnya perempuan yang sudah baligh menutup auratnya'. Kali ini dia ingin mendengar jawaban dari Lala yang baru saja sholat dzuhur berjamaah di masjid sekolah dengan teman-temannya yang lain dan tentu saja Ricis juga ikut sholat. Kalau urusan sholat, sejak dulu Ricis tidak pernah meninggalkannya.
Lala menatap Ricis dengan tersenyum sampai matanya yang bulat itu kian menyipit, "Alhamdulillah enggak tuh Cis. Aku malah ngerasa adem pake kaya gini! " raba Lala di kerudungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahnya Cendol Dawet (Series 1)
Spiritual'Allah Maha Tahu, Ia pasti memberikan ini untukku karena memanglah ini adalah hal yang terbaik bagi ku jalani' kata-kata itu terus saja menjadi acuan bagi seorang muslimah yang baru saja menduduki kelas XI SMA. -Zahratul Ricis "Cie hijabres! " "Udah...