"Merindu akan hal yang Allah janjikan kepada umat-Nya tiap kali buat hati merasa sendu karena diri masih jauh dari kata taat"
****
Sepulang dari sekolah raut wajah Ricis masih terlihat sendu dengan mata yang nampak sembab itu membuat mamahnya bertanya-tanya melihat penampilan anaknya yang acak-acakan itu. Apa di sekolah baru aja ada demo? Atau malah Ricis berebutan naik angkutan umum tapi tidak kebagian? Atau malah di tolak cintanya? Sungguh ironis nasib anaknya itu.
"Assalamualaikum," salam Ricis memasuki Rumah dan melihat Mamahnya yang tengah memegang sapu itu.
"Waalaikumussalam!" jawab Mamah mengulurkan tangannya untuk disalimi Ricis.
"Kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa Mah," suara Ricis masih serak itu membuat Mamahnya semakin memikirkan hal aneh-aneh ketika mendengar jawaban anak perawannya itu.
"Perempuan perawan itu kalau ngomong tidak apa-apa, pasti ada apa-apa!" tutur Mamah dan menarik Ricis lembut ke taman belakang.
Setelah duduk pandangan Ricis masih kosong namun di dalam hatinya masih sangat tidak karuan, sedih dan tenang secara bersamaan membuat sang empu merasa ada yang aneh dalam jiwanya itu. Abstrak. Semua perilaku buruk, ucapan dan niat yang Ricis pernah dan ingin lakukan dulu seperti sebuah orkestra yang ditayangkan dalam otaknya.
Pelukan hangat diterima Ricis setelah dia mengeluarkan setetes air dari matanya yang tak lain dan tak bukan dari mamahnya itu, wanita yang berjuang begitu hebat dari ia masih di kandungan sampai dilahirkan dan dibesarkan sampai saat ini, tahun tujuh bellas dia hidup. Tapi apa yang Ricis balas? Dia masih saja membantah ucapan mamahnya tersebut, keras kepala, dan tak jarang dia membentak surganya itu. Astagfirullah. Dosa apa yang Ricis perbuat.
"Hey kenapa?" tanya Mamah ketika tiba-tiba Ricis terisak kuat sampai bahunya itu ikut bergetar hebat membuat sang Mamah mendekap Ricis lebih erat lagi.
Ada apa dengan anaknya? Dia merasakan sakit melihat Ricis menangis seperti ini. Apa ada yang melukainya? Atau memang ada yang benar-benar menolak Ricis?
"Hiks..hiks..hiks.. Maah-aahhh...hiks, " ucap Ricis kuat di sela tangisnya yang belum reda itu.
"Iya kenapa? Ayo cerita sama Mamah! Ada apa sayang? " seru Mamah lembut bahkan berbisik ditelinga Ricis yang memerah karena tangis.
"Hikk...hik.. Maah, maa--maaf hehe.. Maaf-in Ricis.. Maah... Hikss...hiks," tangis Ricis semakin kencang serta membenamkan wajahnya lebih dalam ke pelukan Mamahnya. Dia sadar, selama ini berapa banyak tumpukan dosa yang dia perbuat dari wanita surganya ini? Berapa? Apa puluhan? Ratusan? Atau ribuan? Bahkan staf akuntansi yang hebat atau profesor pun tidak bisa menghitung berapa banyak dosa yang Ricis kumpulkan sampai sekarang ini.
"Ricis kenapa? Jangan buat Mamah panik!" seru Mamahnya lagi dengan nada bergetar sekarang karena terharu dan merasa takut dengan suara tangis anaknya ini.
"Maa-aaff hehe...hiks...hiks... Maafhhfin Ricis yanghhh banyak dosa ini Mah hiks...hiks.. Mahf-haaff hehe, " jawab Ricis mulai sesenggukan dan Mamahnya sudah mulai paham dengan perkataan anaknya ini, 'maaf'. Hal tersebut tentu membuat sang Mamah tak kuasa menahan haru dan panas di matanya lagi melihat anaknya yang kacau setelah pulang sekolah dan berakhir menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf.
"Ya Allah Ricis bangun nak! " seru Mamahnya panik ketika tiba-tiba Ricis bersujud di kaki Mamahnya itu sambil mengucapkan kata maaf berulang-ulang kali.
"Maafin Ricis Mah. Ricis banyak melakukan dosa dengan Mamah! Kadangkala Ricis melukai hati Mamah. Ricis anak yang belum berguna untuk Mamah dan Ayah, hikss..hikk... Ricis aak--hkkan berjuang menjadi anak yang sholehah untuk Mamah dan Ayah. Ricis akan merubah diri Ricis seperti apa yang kalian harapkan. Maafkan Ricis Mahh- hiks..hikss," ujar Ricis yang masih berlutut di hadapan kaki Mamahnya membuat sang Mamah langsung berlutut dan menarik Ricis kepelukanya lagi dan menangis haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahnya Cendol Dawet (Series 1)
Spiritual'Allah Maha Tahu, Ia pasti memberikan ini untukku karena memanglah ini adalah hal yang terbaik bagi ku jalani' kata-kata itu terus saja menjadi acuan bagi seorang muslimah yang baru saja menduduki kelas XI SMA. -Zahratul Ricis "Cie hijabres! " "Udah...