Bagian 1. Mulai berfikir (Selesai Revisi)

42 9 3
                                    

'Apa yang terlihat lebih oleh mata
tidak semua bagus untuk diri.
Tuhan telah membuat porsinya untuk para hamba-hambanya.
Ikhlaskan hati dan mencoba memperbaiki diri, itulah kunci
jawabannya'

****

           Dua bulan sudah setelah Lala masuk sebagai anak baru. Dia, Ricis, Ojan dan Rey menjalin hubungan persahabatan, dimana ada Ricis di situ pasti ada mereka, entah di kantin, perpus, masjid, taman belakang sekolah, lapangan, kecuali toilet, jadi tak heran jika penghuni sekolah melihat mereka bagai tinta dan kertas, sulit terlepaskan.

"Reye, ambilkan buku sejarah yang tadi gue kembalikan ke rak buku!" titah Ricis tanpa melihat Rey yang kesusahan membawa buku berjumlah enam yang tebalnya seperti buku KBBI.

"Ckkk enak banget lo nyuruh gue ambil ini itu, enggak liat nih dari tadi lo nyuruh gue ambil buku sebanyak ini!" protes Rey meletakan buku tersebut di dekat Ricis.

"Yaudah sih. Lagian ini tuh tugas kelompok. Jadi tugasnya di bagi-bagi!" elak Ricis melihat Rey tajam.

"Lo ya--, "

"Udah napa, diem. Ini perpustakaan. Bukan pasar woy!" lerai Ojan sebelum Ricis dan Reye saling melempar buku dan terjadi peperangan. Bisa-bisa mereka di usir oleh penjaga perpustakaan dan itu sungguh memalukan.

"Udah Ricis. Dan Rey, thanks ya udah ambil semua buku ini," ujar Lala ikut melerai juga.

           Pada hari minggu ini mereka tengah berada di perpustakaan pusat di kota Jakarta, untuk membuat tugas proposal sejarah secara berkelompok. Dan sialnya mereka satu kelompok. Kesal Ricis.

              Setelah selesai menyalin dan mencari beberapa bahan materi yang mereka butuhkan, mereka langsung saja menuju ke rumah Ricis yang memang dekat dengan kawasan tersebut, untuk mengetik bahan materi tadi yang sudah mereka catat dan untuk di print. Namun di tengah perjalanan jam sudah menunjukan waktu shalat dzuhur, mereka pun melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim terdahulu.

             Setibanya di rumah Ricis, mereka pun langsung mengerjakan kembali proposal tersebut dengan di jamu oleh mamah Ricis dengan berbagai cemilan. Ojan yang memang dasarnya doyan makan, tanpa malu langsung mencomot pisang goreng yang masih hangat.

"Bantuin geblek. Makan aja lo!" Reye melempar Ojan dengan gulungan kertas yang sukses mengenai sasaran.

"Tau nih, siniin cemilannya. Gue sita" rebut Ricis wadah kripik pisang yang berada di tangan Ojan, karena pisang goreng yang masih hangat itu sudah ludes habis di makan Ojan.

               Melihat kelakuan teman-temannya itu membuat Lala menggeleng-gelangkan kepala menyaksikan aksi Ricis dan Ojan yang saling tarik-menarik toples kripik pisang.

"Iyee-iyee, siniin La, gue aja yang ngetik. Dari pada gue kena gampar mak lampir!" sindir Ojan mengalah memberikan toples kripik pisang yang tinggal setengah itu dan menerima laptop yang di beri oleh Lala dan dihadiahi timpukan bantal yang melayang bebas ke arah Ojan dari Ricis.

"Adooh!"

"Sundal lo!"

            Dua jam kemudian tugas yang mereka kerjakan akhirnya selesai semua. Tinggal presentasi saja di depan kelas pas jam pelajaran sejarah. Dan kini mereka tengah beristirahat santai di ruang keluarga. Ojan dan Reye di ajak main catur dengan ayah Ricis, mamah yang sedang pergi ke rumah bu RT, dan Ricis dan Lala sedang di dapur membuat minuman dingin yang diminta ayahnya. Mereka semua memang sudah akrab dengan orang tua Ricis, jadi tak heran mereka bisa sedekat itu dengan Ayah dan Mamahnya.

Hijrahnya Cendol Dawet (Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang