Mayat hidup

389 160 211
                                    

Baru saja dia mengerjapkan mata, sedikit pusing karna sepertinya dia tidur terlalu lama, akhirnya kinara berhasil duduk , dan mengedarkan pandangannya pada kamar yang hanya berisi kasur dan satu meja rias yang harusnya kosong.

Dia mengernyit kan dahi ketika meliat meja riasnya. Pandangannya tertuju pada tumpukan paper bag yang ada di meja kamarnya yang harusnya kosong karna memang dia tidak suka jika ada barang-barang tidak penting di kamarnya.

Dia berjalan mendekati tumpukan paper bag tersebut, dia melihat sekilas, lalu menghembuskan nafas kasar.

"Merepotkan!" Dia menyentak dalam hati sudah tentu tanpa suara, seorang kinara pastinya akan malas membuang-buang energinya bahkan untuk menghembuskan nafas setiap detik pun dia merasa kerepotan.

Dengan susah payah dia mengambil semua paper bag tersebut, lalu dia bawa keluar kamar, turun tangga menuju ruang keluarga, dengan wajah yang datar dan tatapan yang kosong, selalu.

Tampak seorang pria paruh baya sedang menonton televisi bersama sang istri dan juga seorang anak perempuan. Fokus mereka langsung tertuju kepada Kinara yang sedang jalan menuju mereka dan sedikit kesulitan karna membawa banyak paper bag.

Belum juga sampai di tempat papanya yang sedang berkumpul dengan mama dan adik tirinya, Kinara sudah menjatuhkan semua paper bag yang dia pegang.

Dia menatap datar papanya yang sepertinya sudah bisa menebak apa yang ingin Kinara katakan.

"Kinara gak mau nerima lagi pemberian dari papa ya?"
Akhirnya sang papa membuka suara, yang hanya di balas dengan satu kali anggukan oleh Kinara

"Padahal itu oleh-oleh aja kok, itu semua jauh-jauh papa bawa dari paris loh, masa kamu ga mau?"

Di balas dengan gelengan kepala dari Kinara

Nugroho papa dari kinara tentunya sudah sangat paham bagaimana karakter anaknya saat ini, dia masih mencoba bicara untuk meyakinkan putrinya agar mau menerima pemberian barang-barang dari sang papa.

"Kinara, itu baju-baju, tas, sepatu papa belikan bukan untuk manjain kamu kok, itu emang kebutuhan mu sayang, baju yang kamu pakai sehari-hari itu itu aja gak ganti-ganti, baju yang mau kamu simpen sama pake cuman tiga, itupun kaos semua,kamu pakai terus sehari hari sampe kendor di badan kamu, sepatu kamu juga tali nya udah agak lecet jadi ayah belikan yang..."

"Aku gak merasa butuh" Kinara memotong pembicaraan papanya, menjawab singkat dengan tatapan yang semakin dingin.

Papa nya menghela nafas berat, sepertinya dia sudah tau pasti jadinya akan selalu seperti ini.

"Ya sudah kalau begitu kamu terima aja boneka-bonekanya ya, untuk isi kamar kamu yang kosong"

Alih-alih menjawab pernyataan sang papa, kinara justru berjalan berbalik arah hendak segera kembali ke kamar.

Baru saja berjalan di berhenti dan berbalik menatap sang papa

"Ini semuaaa kasi saja ke anak jelek itu" katanya sambil menunjuk ke arah anak berumur 15 tahun, adik tirinya.

Yang di tunjuk melotot marah sedangkan kinara sudah berlalu pergi.

"Kamu harusnya ngelakuin sesuatu untuk anak mu itu" wanita bernama Sarah yang sekarang menjadi istri dari Nugroho sekaligus ibu tiri dari Kinara nampaknya tidak suka dengan kelakuan Kinara yang semakin hari semakin tidak bisa di toleransi, apa lagi kinara selalu terlihat tidak suka terhadap dia dan anak kandungnya.

Nugroho tidak menjawab, lagi pula pembahasan seperti ini sudah sering di bicarakan, dan berujung dengan debat yang panjang, emosi yang menguras perasaan dan tak kunjung reda, terlebih selalu tidak menemukan jalan keluar untuk masalah anaknya itu.

"Dia itu sudah seperti mayat hidup saja" Sarah melanjutkan kata-katanya dan langsung di balas dengan ekspresi murka nugroho.

Sebuah makian sudah siap keluar dari mulut Nugroho, namun belum sempat keluar dia sudah di kejutkan dengan guci yang jatuh dari lantai atas dan meluncur bebas tepat di wajah Sarah. Sarah menjerit histeris di susul oleh kepanikan tiara anaknya.

Semua mata tertuju pada Kinara yang berdiri di lantai atas, mama dan adik tirinya menatapnya dengan tatapan benci, di balas dengan tatapan datar dari Kinara yang melempar guci.

"Kak kinara sudah keterlaluan, kalau mama sampai kenapa-kenapa, kak kinara harus tanggung jawab!!" Tiara menyuarakan kekesalannya melihat mamanya yang sudah berdarah-darah.

Kinara masih membalas hanya dengan sorot mata datar tapi lurus ke arah tiara dan mamanya yang sudah di gendong Nugroho untuk di bawa kerumah sakit.

Sebelum pergi Tiara berbalik lagi ke arah Kinara yang masih berdiri di lantai atas "Kak Kinara itu jahat,kita gak pernah kejam sama kakak, tapi kakak gak pernah mau menerima kita" nafas tiara tersengal-sengal karna menahan emosi, air matanya sudah jatuh entah sejak kapan "Kak tiara itu manusia yang gak punya hati nurani!!!"

"APA MAYAT HIDUP JUGA PERLU PUNYA HATI NURANI?" Kinara menjawab dengan datar tapi suara nya cukup menggelegar memenuhi ruangan tersebut.

Tidak ada jawaban dari Tiara kecuali tatapannya yang tetap memandang kinara dengan kebencian. Baru saja tiara hendak menjawab tapi Kinara kembali bersuara.

"Manusia jelek itu harus nya tidak usah banyak bicara, kalau bicara kalian tambah jelek!!!" Kinara berbalik hendak masuk ke dalam kamarnya dan melanjutkan kata-katanya "Kalau suara mu masih terdengar dan mengusik telingaku yang suka kedamaian ini....Ku pastikan kamu juga akan menjadi mayat hidup seperti ku. Ralat, bahkan aku bisa membuat mu langsung jadi mayat yang original!!"

Kinara berlalu meninggalkan Tiara yang terpaku dengan tatapan semakin benci terhadap kinara.

Sedikit lagi sebelum sampai tepat di pintu kamarnya, Kinara menghentikan langkah, memikirkan sesuatu yang hinggap di otaknya, jarang-jarang dia berfikir keras seperti ini. Tak lama kemudian dia bergumam

"Mayat itu tidak mungkin hidup, mayat yang sungguh-sungguh itu pasti mati, maka aku....

Harus sungguh-sungguh untuk jadi mayat"

Hidup Untuk AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang