"Aku mau pindah dari sini"
Nugroho dan Sarah yang sedang sarapan di kejutkan dengan kehadiran Kinara secara tiba-tiba, mereka tidak habis pikir bagaimana caranya Ara keluar dari rumah sakit dan pulang sepagi ini.
Belum lagi soal pernyataannya itu.
"Kinara bilang apa tadi?"
"Aku mau p i n d a h" Kinara sengaja mengeja kata terakhir dengan penuh penekanan
"Maksutnya gimana? Papa gak bisa gitu aja pindah, Pekerjaan papa kan ada disi—"
"Emang aku ngajak papa?" Selain kebiasaan nya memotong pembicaraan ,kinara juga masih terus bicara dengan sorot datar yang menandakan seberapa malas dia bicara.
"Jadi maksud kinara tuh gimana?" Nugroho masih mencoba sabar lahir batin menghadapi ulah anaknya kali ini.
Kinara mendengus kesal
"Kenapa seisi rumah ini jadi bodoh kayak aku sih"Nugroho lebih menunjukan raut tidak paham nya.
"Aku mau tinggal sendiri" singkat, jelas dan padat.
"Ta- ta- tapi Kinara mau tinggal dimana? Apa papa punya salah sama kamu?"
Kinara memilih tidak menjawab
"Apa kamu masih marah sama adikmu Tiara?" Sarah bersuara
"Ssssttt aku tidak memintamu bersuara, simpan suara mu itu atau suara mu akan merusak suasana pagi yang cerah ini" seperti nya Kinara tidak tau diri, sudah jelas-jelas dia yang memperkeruh suasana pagi ini.
"Aku akan tinggal dimana saja, tergantung dapatnya dimana, Aku rasa tidak perlu lagi menjelaskan panjang lebar karna aku sudah terlalu mengeluarkan banyak kata pagi ini"
Kinara melengos pergi, meninggalkan Nugroho dan sarah yang masih diam tidak berkutik.
"Kenapa Kinara mau tinggal terpisah dari papa?"
Kinara tetap meneruskan langkahnya, mengabaikan pertanyaan papa nya yang sampai di ulangi berulang-ulang kali.
Selangkah sebelum menginjakan kakinya di tangga dia berhenti, menoleh ke arah papa nya.
"Aku mau sembuh"
. . .
Tidak ada lagi jawaban dari papa, aku bergegas untuk segera mengemasi pakaian ku.
Aku kembali mengingat percakapan ku dengan Al kw semalam
"Aku bisa menuruti permintaanmu itu, tapi sepertinya aku harus meninggalkan semua yang berkaitan dengan masa lalu ku, mungkin aku akan pergi dulu dari rumah"
"Pergi dari rumah?"
"Ya, rumah itu terlalu banyak kenangan di dalamnya"
Al tersenyum samar, tak lama kemudian dia tertawa
"Kamu menyebutnya dengan 'kenangan' tapi kamu justru ingin melupakannya?"Aku mengangguk setuju
"Kenanganku buruk, buruk sekali""Bertahun-tahun kamu bersahabat dengan dafi, apa hanya kenangan buruk yang kamu dapat?"
Mungkin Al benar, tapi aku akan tetap pergi sementara dari rumah ini, bukan untuk melupakan semuanya, tapi untuk menatanya.
Aku tidak mau membuang banyak waktu, setelah dengan repot nya aku mengemasi dua pasang pakaianku, aku segera pergi meninggal kan kamar ku.
Papa dan ajudannya itu masih setia menunggu di bawah rupa nya. Aku mengahampirinya, menyerahkan sesuatu yang sudah aku siapkan sebelumnya.
Papa membaca kertas itu dengan raut wajah yang heran, aku lebih heran lagi melihatnya, kenapa papa harus terheran-heran?
"Ini apa Kinara?"
"Oh rupanya papa sudah lupa cara membaca, itu proposal untuk meminta dana, apa papa pikir aku akan mengemis di sepanjang jalanan diluar sana?"
Aku menyiapkan itu semua sebelum pulang kerumah tadi pagi, lebih tepatnya Al yang harus repot-repot mencari tempat foto copy yang buka di jam 6 pagi.
"Kenapa harus pakai beginian?"
Aku mendengus kesal, papa masih saja tidak paham
"Supaya resmi"
Setelah lulus SMA aku memang tidak pernah lagi meminta uang ke papa, jadi untuk memintanya langsung sekarang apa lagi dalam jumlah yang banyak aku sedikit gengsi.
"Ini ATM dan kartu kredit untuk kinara, jangan lupa beli HP untuk sering-sering menghubungi papa"
Kali ini aku menerima pemberian papa dengan senang hati, tidak sia-sia copy paste proposal dari internet.
"Kamu sudah tau akan tinggal dimana?"
Aku menggeleng
"Ini kunci salah satu apartemen papa, kamu tinggal disitu saja"
Aku menggeleng lagi
"Aku bisa cari kos-kosan" aku memang sudah terbayang akan hidup di kos-kosan yang hanya sepetak, dengan begitu aku tidak akan repot membersihkannya, bahkan tanpa di bersihkan sekalipun tak apa kan?
"Tapi Kinara, kamu akan kesulitan unt—"
"Bisa aku pergi sekarang? Kaki ku sudah kesemutan karena terlalu lama berdiri disini"
Sebelum melangkah pergi aku melirik sekilas ke arah ajudan papa yang dari tadi hanya menjadi pendengar setia
"Kenapa? Mau ikut?"
Sarah menggeleng, sepertinya dia memang tidak niat berdebat dengan ku. Sebagai ibu tiri dia memang sangat payah, dia terlihat lemah dan cupu, tidak seperti ibu tiri di senetron yang sering aku tonton waktu kecil.
. . .
Sudah 1 jam lebih aku disini menunggu Ara, tapi dia tidak kunjung menampakan diri, padahal dia sudah meyakinkan ku pasti dia tidak akan lama hanya untuk mengemas pakaiannya yang hanya dua pasang saja.
Aku memang berjanji akan mengantar nya hari ini, lalu dia menyuruhku untuk menunggu di pinggir jalan seperti taksi online yang sedang menunggu orderan.
Akhirnya yang di tunggu telah muncul, seperti nya dia benar dengan perkataannya yang hanya mengemas dua pasang pakaian saja, terbukti tidak ada tas yang dia bawa, hanya satu kantong plastik di tangannya.
"Apa membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengemas dua pasang baju mu itu?"
"Tidak, tapi perlu waktu yang lama untuk berhadapan dengan donatur ku"
Aku terkekeh, mengingat proposal yang dia siap kan
Di jalan dia tidak banyak bicara, Ahh lebih tepatnya tidak sama sekali, hanya menjawab singkat setiap pertanyaanku
"Oh iya, apa kamu memang hanya mempunyai dua pasang baju?"
"Jangan sembarangan!!! Aku memiliki tiga pasang dengan yang aku pakai di badan ku ini"
Aku lagi-lagi terkekeh
"Jadi, apa rencana mu?" akhirnya ada pertanyaan yang terlontar dari mulut Ara
"Kita akan mencari tempat tinggal untuk mu dulu, setelah itu kita akan mengurus berkas untuk kuliahmu"
"Apa kamu mau membunuhku hah?"
* * *
Wah si kinara mau kuliah gak yaa?
Kalaupun dia mau kira-kira gimana jadinya seorang kinara penganut setia kemalasan akhirnya harus kuliah?
Kalian tinggalin vote + coment untuk Ara ya gaes supaya cepet tau kelanjutannya gimana ehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidup Untuk Ara
Teen Fiction[Ada baiknya untuk follow dulu baru lanjut baca] Manusia diseluruh muka bumi biasanya selalu berharap agar kebahagian selalu menghampiri kehidupannya, atau bahkan biasanya mereka cenderung berlomba-lomba untuk mencari kebahagian dengan berbagai cara...