Luka Lama

236 139 88
                                    


Aku masih tidak bisa lepas memandang lekat pria yang duduk di sampingku ini, bahkan setelah 10 menit yang lalu dia memanggilku dengan sebutan 'Ara' .

Hanya orang-orang tertentu yang memanggilku dengan sebutan itu, dan itu dulu, dan orang yang suka memanggilku Ara sudah pergi, hilang, dan pasti tidak kembali. Hanya ada papa yang tau, namun papa juga sudah enggan memanggilku dengan sebutan itu karna aku yang menolaknya, aku ingin melupakan semuanya.

Tapi orang ini, dia memanggilku Ara, dan yang paling menyebalkan belum ada kata-kata yang dia keluarkan setelah kata-kata terakhirnya, aku masih butuh penjelasan, namun dia hanya membalas menatap ku dengan senyum nya itu, senyum nya yang nampak tulus di mataku tapi justru membuat rasa sakit di hatiku.

Aku benci senyuman seperti itu!!!!

Aku belum bisa menerima senyuman itu
Apa lagi dia memberikannya dengan binar-binar kebahagiaan di matanya

Ini menyakitkan
Bagiku ini bukan kebahagiaan, ini mengantarkan ku ke dalam Keterpurukan!!!!

. . .

Sudah 7 hari setelah kepergian mama nya , Kinara masih saja hanyut dalam kesedihan. Dia menolak untuk sekolah, dia tidak suka di ajak berbicara, sekali nya akan menjawab perkataan papa nya yang mencoba mengajaknya bicara, dia justru akan menangis meraung-raung.

Kepergian mama nya memang terlalu mendadak bagi nya, mama nya meninggal karna kecelakaan lalu lintas saat akan datang memberi Kinara suprise ulang tahunnya yang ke 11.

Sehari sebelum nya mama Kinara menelfon, katanya "Mama besok akan datang merayakan ulang tahun kinara, mama janji akan memberikan kebahagiaan yang tidak akan kinara lupakan"

Kinara sudah siap menunggu kedatangan mama nya saat itu, ditemani sahabat kecil nya dia memilih gaun yang amat sangat cantik, masih teringat pula pujian yang di berikan pria kecil itu kepadanya.

"Kamu cantik Kinara, aku yakin ini akan jadi hari yang paling membahagiakan dalam hidupmu"

Tapi kenyataan nya hari itu menjadi badai terbesar bagi Kinara, rasanya itu jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan perpisahan papa dan mamanya.

Lalu mana yang di sebut kebahagian?
Apa setelah ini akan ada kebahagian?
Atau justru kejadian-kejadian yang lebih buruk akan ada lagi esok hari?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja berputar difikiran Kinara.

Berbulan-bulan Kinara meratapi kehilangannya, di temani sang papa yang setia berada di sampingnya, dan juga pria kecil yang selalu datang setiap hari untuk menemani kinara.

Pria kecil itu selalu mencoba menghibur kinara dengan segala celotehannya

"Aku tidak suka melihat kesedihan di wajah mu, kamu terlihat jelek, setiap hari mata mu merah seperti monster"

"Aku datang lagi hari ini, dan kamu masih terus saja menangis seperti ibuku yang sedang mengiris bawang"

"Kamu harus sekolah sebentar lagi kita ujian, setelah itu kita bisa pergi berlibur kemanapun kamu mau, kamu tinggal minta saja ke om nugroho, karna om nugroho punya banyak uang"

Setiap hari berbagai macam kata-kata yang di lontarkan ke Kinara tidak mendapatkan jawaban, hingga suatu hari sahabat kecil nya itu berkata

"Aku berjanji akan memberikan kebahagian di sepanjang hidupmu Ara"

Pria kecil itu nampak sungguh-sungguh kali ini, wajah nya menatap lekat sahabatnya seperti mengharapkan sesuatu yang begitu dia inginkan. Lalu dia berkata lirih

"Aku ingin kamu kembali tersenyum Ara"

Kinara menatapnya, melihat senyum tulus di bibir sahabat kecilnya itu, tak lama kemudian pertanyaan terlontar dari bibir kinara, pertanyaan yang selama ini memenuhi otak nya

"Apa kebahagian itu masih ada AL?"

Yang di tanya mengangguk mantap dengan senyuman sumringahnya

"Selama aku masih ada, akan ku pastikan kebahagian itu pasti ada Ara"

. . .

"Apakah sudah selesai flasbacknya?"

Seketika bayanganku tentang masa lalu hilang sudah, ternyata mengingat semua itu rasa sakit nya masih sama, bahkan lebih terasa sakit karna pria asing di hadapanku sekarang terus saja menatapku dengan senyum nya itu.

"Jangan terlalu di fikirkan, bukan kah kamu tidak suka terlalu banyak berfikir?"

Tidak !!! Aku sedang tidak bisa berfikir saat ini, tidak setelah dia menjelaskan siapa dia sebenarnya.

"Kamu ingin penjelasan tentang ku kan?"

Dengan cepat aku memalingkan wajah, aku sangat benci senyum nya itu, tapi dia benar, aku butuh penjelasan tetang siapa dia sebenarnya

"Ara... ini aku... Al"

Detak jantungku semakin tidak terkendali, aku berbalik menatapnya. Ahhh ternyata air mata ku sudah hampir jatuh, sudah sejak lama setelah 4 tahun lalu terakhir aku menangis dan berjanji terhadap diriku sendiri untuk tidak pernah lagi menangis.

Tapi pengakuan pria itu mampu mengobrak-abrik pikiran ku dan kembali memikirkan seseorang yang sejak 4 tahun lalu turut pergi meninggalkanku. Aku tidak tahan untuk mengeluarkan suaraku

"AL... Aldafi ?"

Air mata ku sudah tidak bisa ku bendung saat menyebutkan nama itu, aku benci suara ku yang lirih dan sangat parau ketika menyebutkan namanya.

Pria yang mengaku sebagai AL menghapus air mataku, tersenyum dan menjawab pertanyaan ku.

"Aku AL...Aldevaro"

Hidup Untuk AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang