Bab 1: Awal

41 3 0
                                        

Happy reading guys
Jangan lupa tinggalkan jejak ♥️

* * * * *

Pagi ini seperti biasanya setelah selesai bersiap Naya menuju meja makan. Tampak Ayah, Mama juga kedua adiknya sudah berada disana.

" Pagi kak Nay," sapa Niko adik bungsu Naya.

" Pagi Niko," jawab Naya seraya menarik kursi dan duduk disana.

Suasana di meja makan selalu sunyi seperti biasanya hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu. Karena Hendro Ayah Naya tak menyukai kebisingan dimeja makan.

Selesai sarapan Naya pamit untuk pergi kesekolah. Naya pergi menuju sekolah menggunakan sepeda kesayangannya. Sementara itu kedua adiknya diantar sang Ayah seperti biasanya.

'Tak perlu waktu lama Naya pun sampai didepan sekolahnya. Naya tampak berhenti sejenak kala dilihatnya mobil sang Ayah yang tengah mengantar Nissa sampai digedung SMP 'tak jauh dari SMA Naya. Naya hanya bisa menatap Ayahnya sendu, Ayahnya selalu bersikap hangat dengan kedua adiknya tapi tidak dengan dirinya.

" Kapan Naya akan mendapatkan kasih sayang yang selalu Ayah beri buat Nissa dan Niko Yah," gumam Naya pilu sembari menuntut sepedanya menuju area parkiran.

" Pagi Nayaku sayang,," sapa Echa bersemangat. Naya hanya berdehem tak berniat menjawab sapaan sang sahabat.

"Aelah pagi-pagi gini udah dicuekin aja gue," desis Echa.

" Hhahaha udah tau Naya gitu pake lo sapa lagi yaa pasti dicuekinlah," ejek Clara tertawa.

" Sialan lo Cla."

"Masih mau disini apa ikut gue kekelas," tanya Naya dingin lalu berlalu meninggalkan kedua sahabatnya itu.

" Woyy Nay ini Dina sama Adel belum dateng nih, tungguin dulu napa," teriak Clara saat melihat Naya pergi meninggalkan mereka diparkiran.

"Yaa bodo," sahut Naya ketus. Membuat Echa dan Clara mengelus dada sabar.

"Teman lo tuh Cha."

" Teman lo juga kali."

Naya terus berjalan menuju kelas tanpa memperdulikan mereka yang tengah ribut diparkiran itu. Baru saja Naya akan membuka pintu kelasnya untuk masuk, tiba-tiba saja ada yang menabraknya hingga membuat semua bukunya jatuh berceceran dilantai.

"Ehh setan kalo jalan pake mata," dengus Naya kesal.

"Jalan itu pake kaki bukan mata," jawab Rey songong.

"Udah salah jawab segala lo, beresin tuh buku-buku Gue."

"Ogah amat, buku-buku lo kenapa harus gue yang beresin," ujar Rey ketus.

"Kan lo yang nabrak gue sampai semua buku gue berceceran gini. Tanggung jawab lo," perintah Naya tegas.

"Emang gue ngapain lo sampai di suruh tanggung jawab hah? Bikin lo hamil?"ujar Rey 'tak terima.

"Jaga tuh mulut, gue sumpel sepatu tau rasa lo. Mending sekarang lo pungutin aja tuh semua buku gue." perintah Naya kasar.

"Gue bukan babu lo," ujar Rey seraya pergi meninggalkan Naya yang tampak mengeram kesal lalu melempar Rey dengan sepatunya hingga tepat mendarat diwajah cowok itu.

Rey tampak terlihat menahan marah karena terkena lemparan Naya, diambilnya sepatu milik Naya itu lalu dibawanya pergi tanpa memperdulikan teriakan sang pemilik yang meminta sepatunya dikembalikan.

"Dasar cowok gak punya otak, sepatu gue pake dibawa lagi," desis Naya kesal.

"Salah siapa lo pake nimpuk gue segala," sahut Rey menjauh.

* * * * *
Hari ini dikelas Naya tampak riuh seperti pasar, semua tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing. Naya hanya diam ditempatnya terkadang sesekali ia menimpali celotehan teman-temannya.

'Tak lama kemudian Pak Yahya guru Matematika masuk kedalam kelas membuat semuanya seketika diam 'tak berkutik.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Pak Yahya.

"Pagi Pakkk ...," sahut murid-murid kompak.

"Maaf bapak telat karena ada sedikit insiden di jalan." terang Pak Yahya.

"Sesuai janji bapak minggu lalu hari kita ulangan yaa, gak ada benda apapun di atas meja kecuali alat tulis saja."

"Yahhh Pak, kita kan belum belajar."

"Kenapa gak minggu depan aja sih pak," ujar Dino protes.

"Iyaa Pak bener tuh kata Dino," sahut yang lainnya.

"Sudah-sudah kita tetap ulangan hari ini gak ada alasan belum belajar, karena Bapak sudah memberitahu seminggu sebelumnya. Sekarang siapkan semua peralatannya kita mulai ulangan," tegas Pak Yahya.

"Iyaa pak," jawab mereka dengan lesu.

Kelas seketika hening setelah Pak Yahya membagikan lembar soal.

                           * * * * *
Sementara di tempat lain terlihat empat orang siswa tengah bersantai di sebuah warung 'tak jauh dari SMA Artheolus.

"Muka lo napa Rey? Pagi-pagi gini udah ditekuk aja," tanya Vano heran.

"Lagi kesel gue abis ketemu cewek gesrek," jelas Rey.

"Cewek gesrek siapa maksud lo?" tanya Irgi bingung.

"Gak tau gue siapa nama tuh orang, tapi kayaknya lumayan terkenal deh tuh anak di sekolah kita," tutur Rey menjelaskan.

"Mana pake ditimpuk sepatu segala lagi," imbuh Rey kesal.

"Hhahahaha rasain Lo," ejek Irgi tertawa.

"Seorang Reynold Putra Atmaja ditimpuk sepatu whahahaha."

"Wahh wahh sejarah baru nih Rey," ujar Edo menahan tawanya.

"Berengsek kalian," sahut Rey melempari ketiga temannya dengan kaleng minuman.

"Woles bro, emang kenapa kok lo sampai dilempar sepatu gitu?" tanya Vano.

"Gue gak sengaja nabrak tu cewek tadi, terus dia nyuruh gue beresin bukunya yang beratakan. Yaa ogahlah gue." jelas Rey. Membuat ketiga sahabatnya itu manggut-manggut.

"Ehh jangan bilang sepatu yang tadi lo bawa punya tu cewek yaa?" tanya Edo memastikan.

"Iyaa itu sepatu punya cewek gesrek."

"Ngapain lo bawa sepatunya Rey, kasian kan tu cewek ntar dihukum lagi," ujar Irgi menimpali.

"Bodo amat, salah siapa pake nimpuk gue segala."

"Ya lo juga yang salah udah nabrak dia, gak bantuin juga,"sahut Edo.

"Kalian teman gue bukan sih? Malah belain tuh cewek," ujar Rey terlihat kesal lalu pergi menuju kelasnya.

Rey tampak benar-benar kesal atas ulah Naya pagi tadi.

"Lo liat aja nanti gue bakal bikin perhitungan sama lo cewek gesrek," gumam Rey.
.
.
.
.
.

Kira-kira apa yang bakal Rey lakuin yaa?

Enjoy the reading guys, jangan lupa vote dan comment♥️

Salam hangat

Rara😘

ANAYA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang