Happy reading♥️🌹
* * * * *
Hari ini Naya berangkat sekolah dengan lesu. Matanya terlihat sangat sembab, karena menangis seharian kemarin. Huh pertengkarannya dengan sang Ayah kembali menggores luka di hati gadis itu. Sudah terlalu sering hal seperti kemarin terjadi, tetapi tetap saja itu terasa menyakitkan untuk Naya.
Tanpa disadari oleh Hendro keributan yang kerap terjadi antara dirinya dengan sang putri meninggalkan bekas luka yang semakin lama semakin dalam di hati putri sulungnya itu.
Sebenarnya hari ini Naya 'tak berniat untuk sekolah, tetapi ia sedang 'tak ingin ribut kembali dengan Ayahnya. Setidaknya jika di sekolah dia bisa sedikit melupakan semua masalahnya.
"Tumben lo datang siang gini Nay." Naya hanya nyengir mendengarkan ucapan Adel.
"Bentar-bentar kok ada yang aneh yaa?" ujar Clara memperhatikan lekat-lekat wajah Naya.
"Aneh apaan deh, gak usah ngarang lo."
"Lo abis nangis yaa Nay? Mata Lo bengkak gitu," tanya Clara penuh selidik.
"Ho'oh Nay bengkak banget gitu." Naya hanya tersenyum sekilas mendengar ucapan sahabatnya itu.
"Gue begadang semalem jadi yaa gini deh." alibi Naya.
Semuanya percaya dengan alasan Naya, tetapi tidak dengan Clara. Gadis itu tak sepenuhnya mempercayai ucapan Naya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu, tetapi entah apa. Naya selalu saja seperti ini misterius, dia hampir tidak pernah bercerita tentang masalah apa yang sedang menimpanya pada siapapun, tetapi tanpa Naya tahu Clara selalu mengetahui jika Naya sedang ada problem. Hanya saja gadis itu 'tak pernah menanyakannya, ia hanya bisa menunggu sampai sahabatnya mau menceritakan sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
"Ehh Nay gue chat lo semalem kok gak dibales sih," ujar Echa memecah kesunyian yang terjadi.
"Hp gue mati deh kayaknya Cha. Emang kenapa lo chat gue tumben," sahut Naya heran.
"Hhehehe ada perlu gue." Naya mendengus sebal mendengar alasan Echa.
"Giman-," baru saja Dina ingin melontarkan pertanyaan namun diurungkannya saat Miss Lani memasuki kelas mereka.
"Selamat pagi anak-anak," sapa Miss Lani.
"Pagi Miss," jawab mereka serentak.
Seluruh siswa menyiapkan buku dan mulai mendengarkan penjelasan dari Miss Lani dengan seksama
* * * * *
"Kantin gak Nay?"
"Enggak deh Din gue mau ngambil sepatu. Ntar dijual lagi sama tuh orang kalo gak gue ambil," tolak Naya.
"Yaa udah kita kekantin yaa, ntar Lo nyusul aja kalo udah dapet sepatunya," ujar Adel seraya menarik ketiga temannya menuju kantin untuk mengisi perut yang sedari tadi sudah merintih minta diisi.
Naya menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan absurd para sahabatnya itu. Naya meninggalkan kelasnya menyusuri setiap sudut sekolah untuk mencari orang yang telah membawa sepatunya kemarin.
Kakinya sudah lelah mengeliling sekolah tapi 'tak juga menemukan orang yang dicari. Naya pun memutuskan untuk istirahat sejenak di taman. Baru saja ia memasuki area taman Naya tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya sang pelaku yang ia cari dapat ia temukan.
"Huy cowok sedeng balikin sepatu gue." lengkingan suara Naya sukses mengusik Rey yang baru saja ingin memejamkan matanya.
"Sial siapa yang berani-beraninya ganggu waktu tidur gue," ujar Rey dipenuhi amarah.
"Gue yang ganggu lo! Kenapa gak suka hah!" sahut Naya berjalan mendekat kearah Rey yang menatapnya dengan kesal.
"Ehh lo rupanya cewek gesrek. Gede juga nyali lo ganggu waktu tidur gue yaa," Rey bangkit dari tempat duduknya dan menyeret Naya menjauh dari area taman. Naya yang diseret pun pasrah mengikuti langkah kaki Rey.
"Lepasin tangan gue!" teriak Naya kala menyadari dirinya sudah mendekati gudang.
"Wow santai aja kali gak usah tegang gitu." Rey tersenyum miring melihat Naya yang tampak panik.
"Siapa juga yang tegang, biasa aja kali!" seru Naya 'tak terima dengan ucapan yang baru saja dilontarkan Rey.
"Mana sepatu gue? Balikin cepat! Kalo gak abis lo sama gue!" tambah Naya mengancam.
"Hhahahaha gak salah nih lo ngancem gue." tawa Rey menggema mendengar ancaman Naya. Membuat Naya bergidik merinding mendengarnya.
"Jadi lo mau ngambil sepatu. Ada sih, cuma gak semudah itu lo bisa dapatin sepatunya." Naya menaikkan alisnya 'tak paham dengan yang diucapkan Rey. Seolah paham jika sang lawan bicara tengah bingung mencerna ucapannya Rey pun menjelaskan.
"Lo yang ngambil sepatu gue kenapa jadi gue yang harus menuhin permintaan lo. Ogahh gue!" ujar Naya sengit setelah mendengar penjelasan Rey.
"Lo kan yang nimpuk gue, jadi wajar dong kalo gue minta sesuatu sama lo," sahut Rey 'tak mau kalah. Matanya menatap tajam Naya yang sedang memandanginya.
"Yaa tapi kan lo duluan yang-."
"Mau atau enggak? Kalo gak mau, gue jual nih sepatu," potong Rey membuat Naya mau 'tak mau mengiyakan keinginan Rey.
"Okee deal. Sekarang mana sepatu gue." Rey tersenyum penuh
kemenangan dan menyerahkan sepatu milik Naya.Setelah mendapatkan sepatunya Naya pergi meninggalkan Rey yang memandangnya takjub 'tak berkedip.
Rambut Naya yang lurus terurai ditambah aksesoris bando yang menghiasi rambutnya membuat Naya semakin terlihat mempesona di mata setiap orang yang memandangnya.
"Ingat janji lo. Gue bakal tagih disaat yang tepat," seru Rey disaat Naya mulai menjauh. Membuat Naya berdecak sebal.
Huuu bisa-bisanya dia terjebak dengan cowok sedeng itu. Tau gitu kemarin lebih baik gak usah meladeni tuh bocah kalo akhirnya ia harus memenuhi permintaan itu orang.
* * * * *Makasih udah mampir🌹
Jangan lupa tinggalkan jejak, vote, comment juga kritik dan sarannya♥️Salam hangat
Rara😘
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAYA [On Going]
ChickLitSenyumannya itu hanyalah kepalsuan belaka. Kebahagiaannya itu hanyalah kepura-puraan saja. Semua yang terlihat tak sesuai kenyataan yang ada. Akankah ia mendapatkan apa yang seharusnya ia terima? "Kalo kalian gak tahu siapa gue, mending gak usah ngo...