Kringgg.....kriiiingggg......kriinggggg.....
Bel tanda istirahat sudah berbunyi semua murid SMA Artheolus berhamburan keluar kelas dan berebut menuju kantin. Tak terkecuali Rey beserta pasukannya yang juga bergegas meninggalkan kelas ketika mendengar suara bel berbunyi.
Derap langkah keempat cowok itu saat memasuki kantin sukses menjadi pusat perhatian semua orang. Hal seperti inilah yang membuat Rey terkadang malas untuk makan di kantin sekolah, tapi mau bagaimana lagi sedari tadi cacing-cacing diperutnya sudah berdemo minta segera diberi makan. Setelah menduduki tempat yang biasanya, tanpa diminta Irgi langsung pergi memesan makanan untuk ketiga teman-temannya.
Empat mangkuk bakso yang masih mengepul beserta empat gelas teh manis pesanan mereka sudah terhidang didepan mata. Tanpa babibu lagi keempat sohib itu langsung menyantapnya, sepertinya rasa lapar benar-benar sudah mendera mereka. Para gadis tampak masih heboh memperhatikan keempat sahabat itu, mereka seakan enggan mengalihkan pandangan mereka dari Rey dan teman-temannya. Seolah-olah jika mereka memalingkan muka sekejap saja maka akan hilang sesuatu yang sangat berharga.
"Huaa kenapa mereka ganteng-ganteng banget sih."
"Jadi pengen bawa mereka pulang nih."
"Masya Allah ciptaan-Mu sungguhlah indah ."
"Mereka cute banget."
"Ahhh Mama Irgi calon mantu mama nih mau aku kekepin rasanya."
"Aku cinta banget sama kamu Rey."
"Aku sayang kamu Rey."
"Rey kita nikah aja yuk."
"Rey jalan bareng aku yuk."
"Liat aku dong Rey, aku udah cantik banget ini khusus buat kamu."
Begitulah celotehan para siswi Artheolus yang begitu memuja-muja mereka berempat terutama Rey yang tak pernah luput dari perhatian.
"Gila enek gue lama-lama dengerin omongan mereka," ujar Rey meletakkan gelas es yang sudah ia habiskan.
"Sama panas nih kuping gue dengernya," sahut Vano menggosok-gosok telinganya yang tampak memerah."Daripada kalian ngeluh gitu, mending kita cabut aja dari sini," ujar Irgi mengajak mereka pergi meninggalkan kantin.
"Kuylah..." sahut Edo dan Vano bersamaan.
* * * * * * * *
Sepulang dari sekolah Rey beserta ketiga temannya berniat untuk nongkrong disalah satu café hits di ujung kota ini. Seperti biasa mereka berempat pergi mengendarai mobil milik Rey tentunya. Sepanjang perjalanan Irgi, Vano dan Edo berceloteh ria, entah apa saja yang mereka perbincangkan. Sesekali tampak terdengar perdebatan diantara mereka, sementara Rey hanya diam mendengarkan seraya memandang keluar jendela. Entah mengapa Rey merasa begitu gelisah seperti ada sesuatu yang akan terjadi, tapi apa dan siapa Rey tidak tau.Tak lama kemudian Rey melihat ada banyak kerumunan orang di jalan yang akan mereka lewati, Rey memperhatikan tempat itu dengan seksama tiba-tiba ia seperti melihat seseorang yang dikenalnya.
"Van berenti bentar," Pinta Rey setengah berteriak membuat Vano yang sedang fokus memperhatikan jalan seketika menginjak rem dan langsung dihadiahi dua pukulan tepat di kepalanya dari Irgi dan Edo yang kaget karena mobil tiba-tiba mendadak berhenti
"Sialan lo pada ngapa pada mukul gue sh*t," oceh Vano kesal.
"Heh lo emang pantes dapet semua itu, ngapain juga coba pake berenti mendadak bikin orang jantungan aja," semprot Edo.
"Ho'oh lo mau bikin kita mati muda apa Van tiba-tiba maen berenti aja spot jantung nih gue," ujar Irgi menambahi.
"La kenapa nyalahin gue, salahin aja noh Rey kenapa dia minta gue tiba-tiba berenti di sini," jawab Vano membela diri. Mendengar jawaban dari Vano, Irgi dan Edo kompak menatap Rey seakan minta penjelasan sementara Rey acuh saja .

KAMU SEDANG MEMBACA
ANAYA [On Going]
ChickLitSenyumannya itu hanyalah kepalsuan belaka. Kebahagiaannya itu hanyalah kepura-puraan saja. Semua yang terlihat tak sesuai kenyataan yang ada. Akankah ia mendapatkan apa yang seharusnya ia terima? "Kalo kalian gak tahu siapa gue, mending gak usah ngo...