Jam baru menunjukkan pukul 04:30 ketika seorang pemuda bertubuh mungil itu telah bangun dari tidur singkatnya untuk kemudian berkutat dengan alat dapur.
Tangan mungil yang terlihat rapuh itu mulai bergerak lihai untuk memainkan pisau di atas tatakan. Memotong bawang, cabai, tomat, dan bahan masakan lain dengan cepat dan telaten.
Peluh keringat mulai membasahi wajah manis milik si pemuda, namun baginya hal itu bukanlah masalah besar. Karena ia telah terbiasa bangun dan melakukan banyak pekerjaan rumah sepagi ini.
"Nah udah jadi" Seru nya sembari menatap tumis nila asam manis yang kini telah tertata rapi di meja makan dengan mata berbinar.
"Jam lima lewat sepuluh. Kayanya masih isa buat nyuci baju habis nyapu" Lanjutnya yang kini mulai memegang gagang sapu.
Dingin. Satu kata yang dapat mendeskripsikan apa yang Jisung rasakan ketika tangan mungilnya mulai terendam oleh air busa.
Srak!
Srak!Dengan sekuat tenaga Jisung mulai mencuci satu per satu pakaian kotor miliknya dan sang mama. Berusaha sekuat tenaga agar pekerjaan rutinnya ini bisa selesai secepat mungkin. Apalagi jika mengingat bahwa hari ini adalah hari senin, hari paling keramat di mana telat adalah hal yang pantang untuk dilakukan.
"Tuhan, semoga ndak hujan ya" Mohon Jisung yang kini telah selesai menjemur pakaian basah.
●○●○●
Sosok remaja manis bertubuh mungil itu hanya diam menatap pantulan dirinya di cermin dengan tatapan yang sulit diartikan. Perlahan namun pasti jari-jari pendek nan lentik itu kembali bergerak dengan lincah untuk memoles wajah menawan milik Jisung.
Ada rasa sesak yang kembali hadir tiap kali Jisung selesai mempersiapkan penampilannya. Bukan. Bukan karena hasil makeup yang mengecewakan, ia bahkan terlihat sangat manis dengan cushion lipbalm. Hanya saja, Jisung merasa kosong. Bahkan sesekali merasa bahwa ia hidup untuk membohongi dirinya sendiri dan orang lain.
Srak!
Tangan Jisung terulur untuk menyambar jaket nike berwarna abu-abu yang tersampir di belakang pintu kamar. Mengenakannya hingga tangan kurusnya benar-benar tertutup dengan sempurna.
Lagi-lagi Jisung kembali menatap refleksi dirinya sendiri di cermin. Berharap apapun yang ia kenakan hari ini bisa melindunginya dengan baik.
"Mei shi Esa. U can do it" Bisik Jisung yang berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Kriet!
Pintu berbahan kayu dengan cat hitam itu terbuka. Menampilkan seorang remaja dengan wajah manis dan tubuh mungil yang tengah menenteng tas ranselnya dengan tergesa.
Barang sejenak netra kecokelatan Jisung menangkap bagaimana sang mama tengah menikmati sarapan di ruang makan. Ah wanita itu bahkan masih terlihat sangat cantik di usianya yang ke-34.
"Ma? Esa berangkat ya?" Pamit Jisung sebelum menyambar sepatu converse nya di rak dan memakainya sebelum benar-benar ke luar dari rumah.
Jisung bangkit. Menatap cerahnya sinar mentari pagi ini dengan mata berbinar. Perlahan wajah yang semula terlihat murung itu kini mulai melunak hingga ia bisa menyunggingkan senyum cerahnya.
"Esa Jia you!"
Dan hari Jisung resmi di mulai detik ini.
●○●○●
Akibat kaki pendek nan mungilnya, Jisung terpaksa harus berlari kecil untuk mengejar waktu agar ia bisa tiba di sekolah sebelum gerbang ditutup.
"Ayo buruan masuk. Saya tutup ini" Teriak penjaga keamanan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINNER | Minsung
Fanfiction[Sudah diterbitkan, cek PO di part terakhir] "Setiap orang punya cara berbeda buat milih dosa mereka sendiri" -Minho. "Dan jalan dosa kakak adalah hubungan kita?" -Jisung ⚠Warn BxB Lokal Start : April 27th, 2020 End : July 19th, 2020 [Highest Rank...