[Empat Belas]

12.7K 2.2K 1.3K
                                    

< Danta Pulang >

●○●○●○

Kaki mungil itu terus berlari sekencang mungkin tanpa mempedulikan angin yang semakin bertiup kencang. Langit malam terlihat semakin kelam, hujan akan turun sebentar lagi. Tapi Jisung tak peduli, yang ia butuhkan sekarang adalah menghampiri Minho secepat mungkin.

Tap!
Tap!

Pemuda tampan itu menunduk sambil menggenggam ponselnya dengan erat. Hawa dingin terasa kian menusuk kulit, tapi Minho tak peduli. Ia hanya butuh pemuda manis yang selalu membuatnya tertawa, Minho ingin Jisungnya.

"Kak?"

Si tampan mendongak, menemukan seorang anak manis yang berdiri beberapa langkah dari tempatnya duduk dengan wajah yang basah oleh keringat.

Kemudian Jisung berjalan mendekat sambil membawa jaket dalam genggamannya untuk Minho.

Srak!

"Sa--"

"Sst! Udaranya dingin. Bentar lagi hujan, kakak pakai dulu ya jaketnya?"

Merasa tak lagi dapat menolak ataupun melakukan apapun, Minho akhirnya memilih untuk mengangguk dan membiarkan Jisung memakaikan jaket yang ia bawa di bahunya.

"Kakak kenapa? Ayo cerita" Ucap Jisung lembut.

Sial, air mata Minho merembes ke luar, bersamaan dengan Jisung yang tengah mengusak bahunya.

Selama beberapa menit Jisung memilih bungkam sembari menunggu Minho memantapkan hati untuk bercerita. Tak lama pemuda yang lebih tua akhirnya memilih untuk membuka mulut. Membuka luka lama yang selama ini ia simpan untuk kemudian ia curahkan pada si manis.

Malam ini adalah kali pertama Minho menangis hebat dihadapan orang lain. Karena setegar apapun ia mencoba untuk bertahan, pada akhirnya pertahanan yang dibangunnya selama bertahun-tahun akan roboh juga.

Beruntung, Jisung ada di sini. Minho menemukan tembok yang lebih kokoh untuk kembali berdiri. Setidaknya sampai ia benar-benar bisa hidup sendiri walau rasanya tak mungkin terjadi.

"Awalnya kakak cuma anggap kamu sebagai adik. Tapi nyatanya kakak berharap lebih dari itu"

"Maksud kak Danta?"

"Maaf karena lancang jadiin kamu sebagai rumah tempat aku pulang"

Deg!

Hati Jisung bergetar hebat. Tak menyangka akan jawaban yang Minho katakan padanya. Namun tak lama, ia tersenyum sembari mengulurkan tangan untuk mengusap bahu Minho yang mulai bergetar.

"Kakak bisa anggap Esa sebagai tempat untuk pulang sebelum Kakak menemukan rumah yang sesungguhnya"

Minho lantas menatap Jisung ragu sekaligus khawatir. Kini Minho menebak bahwa Jisung sama sekali tak menangkap maksud ucapannya barusan.

Namun tak lama Minho tersenyum, ia kembali sadar bahwa perasaannya pada Jisung memang terlalu sulit untuk dicerna. Bahkan mungkin memang lebih baik begini.

Biarkan Jisung beranggapan dirinya hanyalah tempat singgah. Walau bagi Minho, Jisung akan selalu menjadi tempat ternyaman untuknya pulang.

●○●○●

Perlahan namun pasti, lorong yang semula hening kini dihiasi oleh suara langkah kaki yang terdengar tak beraturan. Seorang pemuda bertubuh tinggi itu terus berjalan dengan raut wajah yang sulit untuk dibaca.

Langkah kaki panjang itu berhenti tepat di depan sebuah pintu berbahan kayu yang terlihat sangat kokoh. Perlahan namun pasti tangan dengan urat yang menonjol itu pun mulai terulur untuk memutar knop pintu.

SINNER | MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang