Tidak ada yang dapat Minho pikirkan selain kalimat protes yang ia ajukan pada takdir dan jalan hidupnya. Lagi-lagi Minho kembali beranggapan bahwa dunia ini memang penuh dengan ketidakadilan.
Bagaimana orang lain dapat selalu tertawa bahagia saat dirinya sama sekali tak pernah merasakan sebuah kebahagiaan?
"Argh bangsat!" Teriak Minho di tengah hiruk pikuk kendaraan malam ini.
Tin!
Tiin!Brak!
Motor yang Minho kendarai mendadak oleng hingga menyebabkan tubuhnya membentur aspal dengan keras. Ada sensasi perih yang langsung menjalar ke seluruh tubuh, Minho mencoba untuk tetap tersadar dan bangkit tanpa mempedulikan darah yang merembes di ke dua siku nya.
"Mas mas ndak apa-apa mas?"
Telinga Minho mendadak tuli, tak ada yang dapat ia dengar, karenanya dengan susah payah Minho berjalan mendekat ke arah motornya yang tergeletak di atas aspal.
"Mas? Mas?"
Semua orang menatap Minho ngeri, terlebih saat lebih banyak tetesan darah yang merembes di balik t-shirt tipisnya. Namun, alih-alih merasakan sakit, ada satu hal yang tengah Minho pikirkan saat ini.
Kenapa dia harus tetap hidup hingga sekarang?
Dada Minho kian terasa sesak, benar, pada akhirnya pertanyaan itu akan selalu muncul di dalam benaknya. Mengapa ia harus dilahirkan jika pada akhirnya harus merasa terbuang seperti ini?
●○●○●
Knock knock!
Dengan dahi yang mengernyit heran, Jisung segera berjalan mendekat ke arah pintu. Sedikit takut sebenarnya, lagipula siapa yang akan berkunjung saat hari telah larut seperti ini?
"Siapa?" Tanya Olivia yang memilih ke luar dari kamar.
"Ndak tahu ma" Jisung menggeleng sembari menatap mama nya bingung.
Tak ingin mengambil resiko, Jisung memilih untuk lebih dulu menyibak tirai jendela demi memastikan tamu mereka berdua malam ini.
Deg!
Dan jantung Jisung serasa berhenti berdetak begitu melihat sosok yang tak asing itu tengah berdiri di teras rumah.
Kriet!
"Kak ke--"
Grep!
Sebuah pelukan yang terasa hangat segera menyambut tubuh mungil Jisung begitu ia membuka pintu. Ragu untuk membalas, Jisung akhirnya memilih untuk tetap diam dipeluk seerat ini oleh seseorang.
"Kak?"
Pelukan hangat ini sama sekali tak mengendur hingga membuat Jisung mau tak mau mengulurkan tangan ragu untuk mengusap bahu tegap sang kakak kelas.
"Ma-maaf"
Dan pelukan itu terlepas bersamaan dengan raut bingung bercampur khawatir yang terpatri di wajah manis Jisung.
Lagipula bagaimana ia tidak khawatir saat melihat penampilan kacau Minho? Pemuda yang sudah tiga minggu menghilang tanpa kabar ini, kini kembali dengan wajah dan pakaian yang kusut.
Tes!
Tes!Dan begitu netra sipit Jisung menangkap lantai teras yang kini dihiasi oleh tetesan bercak darah sukses membuatnya semakin kalut.
Grep!
Tangan mungil Jisung terulur untuk menarik tangan Minho dan netra sipit itu kian berembun begitu mengetahui sumber tetesan darah di lantai teras. Jisung mendongak, menatap wajah penuh luka lebam Minho dengan mata berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
SINNER | Minsung
Hayran Kurgu[Sudah diterbitkan, cek PO di part terakhir] "Setiap orang punya cara berbeda buat milih dosa mereka sendiri" -Minho. "Dan jalan dosa kakak adalah hubungan kita?" -Jisung ⚠Warn BxB Lokal Start : April 27th, 2020 End : July 19th, 2020 [Highest Rank...