Sebuah Cara

184 33 61
                                    

•••

Suara hujan yang turun dengan derasnya di luar, sama sekali tidak membuyarkan fokus Oh Da Hye untuk membaca sebuah novel di balik meja penjaga. Gadis yang berprofesi sebagai pustakawati itu nampak serius membaca setiap kata demi kata dari novel tersebut. Bahkan tak jarang seulas senyuman tersungging di wajahnya.

Saat ini perpustakaan metropolitan Seoul---tempat Da Hye bekerja---sedang sepi dari pengunjung, jadi karena itulah Da Hye dapat menikmati waktu santainya dengan membaca sebuah buku.

Gadis bersurai panjang yang saat ini tengah dikuncir kuda itu menghela napas singkat, manik hitamnya bergerak memandang jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam, yang berarti satu jam lagi perpustakaan akan tutup.

Da Hye kembali memfokuskan kedua matanya pada buku novel yang sedang dibacanya itu. Novel yang dibacanya merupakan novel bergenre thriller-misteri, genre yang paling disukai oleh Da Hye dibandingkan dengan genre romansa.

Tok tok.

Tiba-tiba terdengar suara meja yang diketuk dua kali membuat Da Hye terpaksa mengalihkan atensinya lagi. Seulas senyuman lebar tersungging di wajahnya, kala melihat seseorang sedang berdiri di hadapannya. Seseorang itu juga tersenyum ke arah Da Hye, dan seseorang itu adalah Kim Doyoung---seorang penulis web komik dan sekaligus sahabat baik Da Hye.

Doyoung datang ke perpustakaan untuk menjemput Da Hye. Sudah menjadi kebiasaan dirinya untuk menjemput Da Hye, bahkan tanpa gadis itu memintanya.

"Senyumnya jangan lebar-lebar, nanti bibir sobek," ujar Doyoung dengan suara setengah berbisik.

"Kalau sobek tinggal dijahit, terus nanti aku bakal jadi kaya joker, kan keren, ya?" Jawab Da Hye.

"Nggak ada keren-kerennya, Hye-ya. Yang ada nyeremin. Masa cewek secantik kamu jadi kayak joker?"

"Ya biar aja, wajah cantik yang aku miliki saat ini, nanti bakal hilang kalau udah tua diganti sama wajah keriput. Benar bukan?"

Doyoung yang mendengar jawaban Da Hye hanya dapat tersenyum. "Kamu benar, Da Hyeku selalu benar," jawabnya sembari mengusap pelan kepala Da Hye.

"Duduk di sana dulu, jangan berdiri terus nanti kamu tambah tinggi," ujar Da Hye menyuruh Doyoung untuk duduk di bangku yang ditunjuknya.

"Baiklah."

Doyoung menurut, dia duduk di bangku yang dimaksudkan Da Hye. Pemuda itu terdiam sambil memperhatikan gadis itu.













Aroma ramen yang dimasak oleh Da Hye membuat Doyoung---yang sedang berbaring di sofa---segera bangun. Saat ini pemuda itu sedang berada di rumah sederhana milik Da Hye, mereka tiba di rumah sekitar setengah jam yang lalu. Setelah mandi, Da Hye menawari Doyoung ramen, dan pemuda itu dengan senang hati menerima tawaran tersebut.

"Wow, benar-benar terlihat enak," ujar Doyoung setelah panci berisikan ramen itu diletakkan ke atas meja di ruang tengah.

"Dan akan semakin enak jika di tambah kimchi, tunggu sebentar ya."

Da Hye pergi ke arah dapur, ia membuka kulkas dan mengeluarkan toples berisikan kimchi buatan ibunya.

"Kimchinya datang," ujar gadis itu. Ia lalu duduk tepat di hadapan Doyoung.

"Selamat makan," ujar kedua orang itu bersamaan.

Da Hye dan Doyoung mulai menikmati ramen serta kimchinya. Tidak ada suara dari kedua orang itu yang terdengar, mereka makan dalam diam sambil sesekali melempar tatapan dan saling tersenyum. Mereka terdiam hingga seluruh ramen dalam panci tersebut habis tak tersisa.

OneTwoSeven Familie | NCT 127 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang